Sebenarnya Air Terjun Sindang Gila tidak termasuk dalam jadwal kunjungan kami ke Lombok kali ini, dikarenakan saya sudah terlalu sering mengunjunginya. Tujuan utama perjalanan ini mestinya adalah tiga Gili dan Tanjung Ringgit. Namun jadwal perjalanan kami rubah.
Saat bermain air di tiga Gili kami terkena hempasan gelombang. Paling parah ketika hendak kembali ke Bangsal, saat kapal kayu yang kami tumpangi dihajar gelombang tinggi sampai ada beberapa orang penumpang yang menangis ketakutan. Keinginan untuk mengunjungi Tanjung Ringgit langsung lenyap seketika, apalagi melihat empat wajah pucat pasi dari Priska, Uthe, A-ling dan Anna saat turun dari kapal yang membawa kami dari Gili Trawangan.
Salah satu jenis kapal kayu yang membawa wisatan mengelilingi Gili Trawangan, Meno dan Air. Oleh sebab itu ketika sampai di Bangsal, saya kembali bertanya kepada mereka berempat apakah mau tetap lanjut ke Tanjung Ringgit dan kembali bermain air atau mau merubah haluan melihat air terjun di sebuah desa kecil bernama Senaru. Dengan serempak mereka langsung menjawab air terjuuuun!
Maka selepas senja setelah selesai mandi bersih dan minum teh sore di Bangsal, kamipun melanjutkan perjalanan ke arah Senaru. Sebenarnya lama perjalanan dari Bangsal menuju Senaru dapat ditempuh dalam waktu 2 jam berkendaraan, tapi karena kami harus menepi sejenak untuk mengisi perut yang kosong, jadilah kami berlima tiba di Pos Pendakian Senaru, ketika jam sudah menunjukan pukul 21:00 lebih. Karena sebelum berangkat tadi kami semua sudah mandi bersih, maka ketika tiba di Pos Pendakian Senaru kami langsung menyiapkan tempat, untuk berbaring malam itu. Meski ini pengalaman pertama 4 dara cantik itu tidur di alam terbuka, untungnya mereka semua langsung terlelap dibuai mimpi begitu meletakkan kepala di atas pembaringan.
Keesokan harinya setelah selesai sarapan roti dan buah mangga di tempat Pa Sukrati di Desa Adat Senaru, kamipun bergegas menyiapkan diri untuk melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Sendang Gila, satu diantara beberapa tempat wisata yang sudah mulai dikenal di Desa Senaru ini. Tepat jam 10:30 kami berlima mohon diri kepada Bapak Raden dan Pak Sukrati, dua orang petugas Pos Pendakian yang sedang piket hari itu, dan yang sudah menerima kami dengan baik serta melayani kecerewetan kami dengan sabar dan ramah.
Berfoto sejenak dengan Pak Raden sebelum meninggalkan Pos Pendakian Desa Senaru. Di Pos Pendakian, kami tidak dipungut biaya sepeserpun dan sebagai ucapan terima kasih, kami membeli beberapa buah tangan yang dijual oleh pihak Pos Pendakian. Dari Pos Pendakian Senaru menuju gerbang air terjun tidak begitu jauh, hanya perlu 10-15 menit berjalan kaki. Jika malas berjalan kaki bisa menggunakan angkot yang biasa mangkal di depan gerbang Desa Adat. Ongkosnya hanya Rp. 2.000,- saja.
Ketika sampai di tempat parkir, kami berlima memutuskan untuk mengisi tenaga terlebih dahulu dengan membeli mie rebus di warung di dekat tempat parkir kendaraan, sebelum melanjutkan perjalanan menuju ke air terjun. Di warung mie rebus kami sempat berbincang dengan beberapa ibu-ibu paruh baya yang berasal dari Jakarta. Mereka sedikit terkejut melihat kami berlima perempuan semua melakukan perjalanan sampai di Senaru.
Bincang punya bincang ternyata ibu-ibu tersebut tidak mau turun sampai ke air terjun, karena takut tidak sanggup berjalan kaki sampai di bawah. Karena saya melihat mereka cukup sehat dan kuat, maka saya anjurkan agar ibu-ibu tersebut untuk tetap turun sampai di air terjun. Sayang jika sudah sampai di sini tidak menyempatkan diri untuk melihat air terjun yang cantik. Jalan pelan-pelan saja, dan masing-masing cukup membawa sebotol air mineral.
Entah karena termakan bujuk rayu saya, entah karena penasaran mendengar cerita saya tentang keindahan air terjun Sendang Gila. Akhirnya pasukan ibu-ibu paruh baya itupun berangkat menuju ke Air Terjun Sendang Gila. Tak berapa lama setelah Ibu-ibu paruh baya itu pergi, kamipun mengikuti langkah kaki mereka, setelah masing-masing menandaskan semangkuk mie rebus ditambah sebungkus nasi campur yang dimakan rame-rame. Bekalpun sudah siap di dalam 1 tas gendong ditambah beberapa botol air mineral untuk di jalan. Untuk masuk ke Air Terjun Sendang Gila kami cukup membayar karcis seharga Rp. 2.500 / orang.
Empat dara jelita di depan loket pintu masuk Air Terjun Sendang Gila
Untuk sampai di Sendang Gila, kami hanya membutuhkan waktu 10 menit berjalan kaki dari Loket penjualan karcis. Jalan menuju Air Terjun Sendang Gila sudah cukup bagus dan sudah dibuat undakan dari batu semen yang dibangun oleh Taman Nasional Gunung Rinjani.
Undakan itu menuntun kami sampai di depan Air Terjun Sendang Gila. Gemericik air terjun langsung terdengan begitu kita melewati undakan anak tangga yang pertama.
Di sepanjang jalan menuju Air Terjun Sendang Gila, kami melihat beberapa pohon kopi yang sedang berbunga yang baunya tercium harum dan terlihat cantik.
Saya juga melihat sebuah pohon besar dengan buah yang lebat seperti buah Apel Malang. Uniknya, buahnya tumbuh lebat di batang-batang pohon tersebut. Menurut cerita bapak tukang parkir, pohon itu namanya Lemeke. Ada pula Pohon Lemeke, rasa buahnya asam, biasa dimakan oleh ibu-ibu yang sedang hamil muda di Desa Senaru, dan hanya tumbuh di hutan itu saja.
Ada banyak cerita menarik di balik penamaan Air Terjun Sendang Gila ini. Ada yang menyebutkan karena air terjun ini berasal dari aliran air yang tinggi dan deras, maka ketika air terjun ke bawah suaranya terdengar seolah-olah seperti singa gila mengaum yang sedang terjun bebas dengan membabi buta.
Cerita lainnya adalah mitos yang beredar di masyarakat setempat bahwa air terjun ini dijaga oleh seekor singa penjaga yang tujuannya untuk melindungi hutan sekitar dari kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Air terjun Sendang Gila juga dipercaya dapat menyembuhkan penyakit rematik masyarakat setempat.
Tahun 2007 adalah pertama kali saya mengunjungi kawasan air terjun ini. Tempatnya masih agak kumuh dan tidak teratur karena banyak pedagang yang membangun bedeng seenaknya saja untuk berjualan. Tapi sekarang, tempat ini sudah lumayan bersih dan rapih. Pedagang hanya diperbolehkan berjualan di area tempat parkir yang ada didepan pintu masuk air terjun.
Kita juga bisa melakukan piknik disini, karena pihak Taman Nasional Gunung Rinjani sudah menyediakan beberapa bangku dan meja dari semen untuk para pengunjung yang ingin berpiknik.
Komposisi Air Terjun Sendang Gila sendiri cukup unik buat saya, karena letaknya seperti dua air terjun kembar, dengan debit air yang sangat besar, dan memang cukup tinggi. Kata orang, kolam Air Terjun Sendang Gila ini memiliki kedalaman sekitar 200 meter, dan oleh sebab itu saya tidak mengijinkan Priska untuk turun meski dia ingin sekali mandi di sana.
Tidak boleh mandi, airnya saja diambil untuk dibawa pulang ;-). Selain dua air terjun utama, di kiri kanannnya ada beberapa air terjun yang lebih pendek dengan debit air yang sama deras seperti air terjun utama.
Terakhir saya berkunjung ke Air Terjun Sendang Gila adalah bulan September 2010. Meskipun sudah banyak perbaikan yang dilakukan, namun masih ada yang kurang, seperti toilet dan tempat sampah yang masih belum mencukupi. Toiletnya sebenarnya sudah cukup banyak, ada 6 pintu, tapi sayangnya pintu toiletnya tidak satu pun yang berfungsi dengan baik, malah hampir semua pintu sudah terlepas dari engselnya. Tempat sampah juga hanya ada beberapa saja. Untungnya kesadaran pengunjung di air terjun ini cukup baik dengan tidak membuang sampah sembarangan, sehingga tempat ini terlihat cukup bersih.
Lepas dari semua itu, Air Terjun Sendang Gila memang mempesona dan layak menjadi salah satu tempat tujuan utama wisata di Indonesia. Catatan : travelog ini ditulis oleh Decyca Saune (R.I.P.).
Air Terjun Sendang Gila Senaru Lombok Utara
Alamat : Desa Senaru, Kecamatan Bayan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. Lokasi GPS : -8.3061141, 116.408, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Lombok Utara.Label: Air Terjun, Decyca Saune, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.