Januari 30, 2017

Pulau Rubiah Nan Jelita di Iboih Sabang

Setelah puas berkunjung ke Titik Nol Kilometer di Desa Iboih, Kota Sabang, kami meluncur menuju Pantai Iboih untuk menikmati suasana sore disana sambil mempersiapkan logistik untuk dibawa berpiknik besok ke Pulau Rubiah. Di Iboih kami bermalam di bungalow tak bernama yang menghadap langsung ke Pulau Rubiah.

Luas Pulau Rubiah sekitar 2600-an ha. Hanya dijaga sepasang suami-istri bernama Pak Yahya dan Ibu Ismar, dan mereka tinggal disitu. Di pulau ini hanya ada satu bungalow dengan dua kamar, yang disewakan untuk turis asing maupun lokal, namun saya lupa menanyakan harga sewanya. Malam itu saya tidur di atas hammock yang diikat di luar bungalouw. Malam begitu indah, ditingkah suara debur ombak Pulau Rubiah yang terdengar bagai musik orkestra yang mengalun merdu di gendang telinga. Langit di atas kepala pun tak mau ketinggalan berhias molek dengan bintang gemintangnya. Damai itu begitu terasa di sini ….

Ongkos perahu menyebrang ke Pulau Rubiah Sabang hanya Rp. 20.000 / orang pulang pergi, dengan sistem antar jemput. Dijemputnya tergantung permintaan penumpang mau sampai jam berapa. Bisa juga dengan menyewa perahu kaca dengan harga sewa Rp. 350.000 untuk setengah hari, dan Rp. 750.000 untuk satu hari penuh untuk kapasitas 10-15 orang.

pulau rubiah sabang

Pagi yang cantik dilihat dari balik hammock berlatar Pulau Rubiah. Jam 05.30 saya sudah dibangunkan oleh suara alarm. Dari balik hammock saya mengintip keindahan Pulau Rubiah, sementara matahari sudah menampakkan dirinya di ufuk timur. Pagi yang indah. Doa syukur pun saya panjatkan buat anugerah yang begitu baik.

Tepat jam 9 pagi kami sudah bersiap di dermaga, dan Fatwa membantu kami mencarikan perahu untuk ditumpangi menuju Pulau Rubiah. Pada 1920 Pulau Rubiah sempat dijadikan sebagai tempat karantina bagi jemaah haji yang baru pulang dari Mekah. Tapi sayang tempat ini tidak dirawat dengan baik, sehingga kayu-kayunya banyak yang lapuk dimakan rayap.

Menurut pemandu kapal kami, pada tahun 2004 tempat itu sempat direnovasi oleh pemerintah daerah. Sayangnya pemerintah tidak memiliki agenda yang jelas mau diapakan setelah direnovasi. Padahal jika dikelola dengan baik, tempat ini juga bisa dijadikan sebagai lokasi wisata sejarah bagi penduduk setempat atau wisatawan yang datang dari luar daerah.

pulau rubiah sabang

Dermaga di Pantai Iboih. Tampak perahu-perahu yang akan mengantar kita menuju Pulau Rubiah, dua dibelakang adalah kapal kaca dengan kapasitas penumpang untuk 10-15 orang. Disini berlaku Hari Pantangan Melaut, dan itu harus dipatuhi benar oleh siapa pun. Jadi jika ingin beraktivitas di laut harus selalu diingat hari pantangannya yaitu:
  1. Hari Kamis mulai jam 19:00 sampai hari Jumat jam 14:00
  2. Hari Raya Puasa (24 jam) jangan pernah ke Iboih pada bulan Ramadhan.
  3. Hari Raya Haji (24 jam)
  4. Kenduri Laot ( 3 x 24 jam)
  5. Hari Tsunami (jam 06:00 – 12:00) tgl 26 Desember
  6. Hari Raya Kemerdekaan (jam 06 :00 – 12:00) tgl 17 Agustus
Aktivitas yang dilarang dilakukan oleh pengunjung di tempat ini adalah: melakukan snorkeling, menyelam, dan memancing ikan, baik dari daratan di tepian pantai maupun dari atas dermaga. Sedangkan tapal batas bagia pelarangan aktivitas itu adalah: di batas sisi Barat – Ujung Seu Gawan, dan di batas sisi Timur – Batee Dua Gapang.

Bekas karantina haji itu saya temukan tanpa sengaja ketika berpindah tempat snorkeling ke belakang Pulau Rubiah, dan saya memutuskan berjalan kaki merambah hutan ketimbang naik perahu. Kalau saja tidak berjalan kaki, mungkin saya tidak tahu kalau ada tempat itu. So thanks God for that, untungnya temen-2 mau diajak untuk bersusah-susah :-)

pulau rubiah sabang

Atap bungalow tempat kami menginap tepat menghadap ke Pulau Rubiah. Kami sangat beruntung karena hari Selasa bulan itu bukan hari pantangan melaut jadi kami bisa melihat kecantikan Pulau Rubiah dari dekat. Dari dermaga Iboih menuju Pulau Rubiah hanya 10 menit berperahu, tapi bisa juga dengan berenang karena jarak yang begitu dekat.

Saya dan Ikyu sempat mencoba berenang ke Pulau Rubiah sambil menikmati keindahan pemandangan bawah lautnya. Lautnya tenang tapi arus bawahnya cukup kuat sehingga di tengah jalan kami berdua sempat ditarik dengan tambang. Terumbu karangnya tidak begitu banyak, tapi mata kami dimanjakan oleh ikan hias cukup besar beraneka warna dalam jumlah banyak.

Di bawah permukaan laut saya bisa melihat serakan batu besar sisa keganasan Tsunami. Saat Tsunami, Sabang dan Pulau Rubiah hampir tidak terdampaknya karena dikelilingi pulau-pulau kecil, hanya air laut sedikit naik dari biasanya. Sayang saya tidak membawa kamera tahan air sehingga tidak dapat mengabadikan keindahan pemandangan bawah laut.

Pulau Rubiah sangat tenang dan sunyi, listrik cuma ada dari jam 06:00 sampai 12:00. Konon Pulau ini dibuat oleh para dewa sebagai tempat persembunyian Rubiah dan anjingnya yang setia dari kekejaman suaminya. Para dewa juga menganugerahi tempat ini lengkap dengan taman laut menakjubkan dengan karang-karang indah serta ikan aneka warna.

Rubiah juga dibuatkan teluk di belakang pulau dengan pasir putih lembut untuk tempat mandi dan keramas. Supaya suaminya tidak bisa ke pulau, para dewa meletakan hiu ganas dan bulu babi di sekitar pulau. Tapi hiu dan bulu babi sudah tidak ada lagi, hanya tinggal ikan-ikan cantik, karang-karang yang indah, serta pasir putihnya saja yang tertinggal. Catatan : Travelog ini ditulis oleh Decyca Saune (R.I.P.).


Pulau Rubiah Sabang

Alamat : Desa Iboih, Sabang, Nanggroe Aceh Darussalam. Lokasi GPS : Pulau Rubiah 5.8801998, 95.2577573, Waze, Iboih 5.873807, 95.256207, Waze. Rujukan : Peta Wisata Sabang, Tempat Wisata di Sabang, Hotel di Sabang.
Label: Aceh, Decyca Saune, Pantai, Sabang
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.