Ini waktunya buat e.s.t. Saat itu sekitar jam 5 sore, 23 Januari 2007, dan saya baru selesai mengikuti pertemuan di Lantai 27, Gedung BNI 46 di Jl Sudirman. Pertemuan berjalan baik, dan semua orang senang. Hujan turun deras, dan seperti biasa lalin parah. Membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai ke Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail di Kuningan, Jakarta Selatan, dimana konser e.s.t. digelar.
Namun masih terlalu cepat ketika tiba, karena ternyata pintu ruang pertunjukan baru dibuka pada jam 8.30 malam, tampaknya menunggu orang-orang yang masih terjebak kemacetan. Menggembol tas LowePro SlingShot yang berat, membuat gadis penjaga konser menyangka saya seorang jurnalis. Saya hanya meringis, sambil berpikir bahwa kenyataannya ini merupakan bagian dari proyek pribadi saya.
Seorang wanita berparas cantik dengan rambut dicat terang dan kamera berlensa L-series di bahunya beberapa kali melirik ke tas gembolan saya itu. Syet, tampaknya saya harus menggunakan tas kamera berbeda agar tak menarik perhatian. Setelah berada di ruang konser, saya sempat pindah ke empat lokasi sebelum menemukan tempat nyaman di bagian tengah belakang. Hanya mencoba mencari tempat untuk memotret. Sebenarnya saya tidak perlu duduk sama sekali.
Setidaknya ada sekitar 200 penikmat musik yang berada dalam ruangan, termasuk personil Krakatau (Dwiki, Ubit), Indra Lesmana dan beberapa wajah yang saya lihat di Pasar Jazz beberapa waktu lalu. Tak terlalu buruk untuk sebuah konser seharga Rp.200.000 per tiket, di hari hujan dan lalin yang macet.
Personil e.s.t. adalah Esbjörn Svensson pada piano, Dan Berglund pada kontra bas, dan Magnus Oström pada drum. Svensson seorang pria berparas ganteng dengan tatapan mata tajam, serta senyuman yang hangat. Ini baru bisa saya lihat saat mereka berhenti main sejenak dan Svensson menyapa penonton.
Berglund di atas panggung tampak seperti seorang Viking bertubuh tinggi besar di mata saya. Baik Berglund maupun Svensson keduanya membotaki kepalanya, pelontos tanpa rambut. Dalam memainkan kontra bass-nya Berglund nyaris tak pernah melihat alat yang dimainkannya. Jari jemarinya seperti memiliki mata.
Kepalanya pun nyaris tak pernah diam mengikuti gerak tangan dan jemarinya. Kadang tengadah, lurus, kadang menekuk hampir mencium dada. Mata juga sering terpejam, entah untuk menikmati musik yang mereka mainkan, entah untuk menyelaraskan nada dan tekanan bunyi. Ada masa ketika suara kontra-bassnya berubah menjerit-jerit seperti kesetanan. Luar biasa.
Magnus Oström sering memejamkan mata saat menggebuk drum. Oström terlihat lebih seperti seorang filsuf, terutama jika anda melihat wajahnya yang serius berkonsentrasi, berusaha selalu menjaga harmoni pada tempatnya, menyelaraskan gerakan-gerakan tangan dan kakinya pada drum dengan bebunyian lain yang ditangkap oleh telinga dan rasanya.
Meskipun setelah itu mereka tidak banyak berkomunikasi secara verbal, sebagaimana kebanyakan musisi lain, saya merasakan komunikasi intens mereka dengan penonton lewat gelombang demi gelombang komposisi dan suara yang mengagumkan, baik secara individual maupun grup, ditambah lagi aksi dan ekspresi panggung mereka. Sebuah konser yang sangat dekat dengan kesempurnaan.
Ketika selesai membawakan komposisi terakhir, para penonton pun bertepuk tangan bergemuruh. Trio itu membungkukkan badan dan meninggalkan panggung, dan penonton masih terus bertepuk tangan tanpa henti, sampai akhirnya mereka masuk lagi ke atas panggung memenuhi keinginan penonton untuk memainkan komposisi tambahan.
Menyenangkan penonton, e.s.t memainkan dua komposisi lagi. Sempurna. Semua orang puas, dan memberi standing ovation yang lama. Berharap bisa melihat mereka kembali di panggung suatu saat, dengan tingkat pencapaian musik yang lebih tinggi dan sempurna. Saya pun membeli tiga album mereka yang dipajang di ruang tunggu....
Setelah mendengarkan komposisi yang ditata mengagumkan, melihat eksotisme mereka dalam memainkan alat musiknya masing-masing, yang kadang lembut kadang liar bergairah, saya seperti mengalami multi-orgasme. Ekstatik. Anda harus melihat mereka bermain di atas panggung untuk memahami apa yang saya tulis.
Pada 14 Juni 2008 terjadi sebuah peristiwa tragis. Svensson hilang ketika tengah melakukan scuba diving di Ingarö di luar Stockholm, Swedia. Akhirnya ia ditemukan dalam keadaan tidak sadar dan mengalami luka sangat serius. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Karolinska University dengan helikopter, namun nyawanya tak tertolong. Svensson meninggal dalam usia 44 tahun. Sebuah kehilangan sangat besar bagi musik Jazz dunia. RIP.
Konser e.s.t. berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta. Lokasi GPS : -6.222772, 106.832911, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Selatan, Hotel Melati di Jakarta Selatan, Peta Wisata Jakarta Selatan, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Selatan.
Namun masih terlalu cepat ketika tiba, karena ternyata pintu ruang pertunjukan baru dibuka pada jam 8.30 malam, tampaknya menunggu orang-orang yang masih terjebak kemacetan. Menggembol tas LowePro SlingShot yang berat, membuat gadis penjaga konser menyangka saya seorang jurnalis. Saya hanya meringis, sambil berpikir bahwa kenyataannya ini merupakan bagian dari proyek pribadi saya.
Seorang wanita berparas cantik dengan rambut dicat terang dan kamera berlensa L-series di bahunya beberapa kali melirik ke tas gembolan saya itu. Syet, tampaknya saya harus menggunakan tas kamera berbeda agar tak menarik perhatian. Setelah berada di ruang konser, saya sempat pindah ke empat lokasi sebelum menemukan tempat nyaman di bagian tengah belakang. Hanya mencoba mencari tempat untuk memotret. Sebenarnya saya tidak perlu duduk sama sekali.
Setidaknya ada sekitar 200 penikmat musik yang berada dalam ruangan, termasuk personil Krakatau (Dwiki, Ubit), Indra Lesmana dan beberapa wajah yang saya lihat di Pasar Jazz beberapa waktu lalu. Tak terlalu buruk untuk sebuah konser seharga Rp.200.000 per tiket, di hari hujan dan lalin yang macet.
Personil
Setelah sebuah pembukaan yang pendek, personil The Esbjörn Svensson Trio (e.s.t.) melangkahkan kaki masuk ke dalam ruangan dengan anggun dan mendapatkan sambutan dan tepuk tangan hangat dari para penonton. Mereka langsung menuju tempat yang telah disiapkan untuk ketiga pemain yang semuanya pria itu.Personil e.s.t. adalah Esbjörn Svensson pada piano, Dan Berglund pada kontra bas, dan Magnus Oström pada drum. Svensson seorang pria berparas ganteng dengan tatapan mata tajam, serta senyuman yang hangat. Ini baru bisa saya lihat saat mereka berhenti main sejenak dan Svensson menyapa penonton.
Berglund di atas panggung tampak seperti seorang Viking bertubuh tinggi besar di mata saya. Baik Berglund maupun Svensson keduanya membotaki kepalanya, pelontos tanpa rambut. Dalam memainkan kontra bass-nya Berglund nyaris tak pernah melihat alat yang dimainkannya. Jari jemarinya seperti memiliki mata.
Kepalanya pun nyaris tak pernah diam mengikuti gerak tangan dan jemarinya. Kadang tengadah, lurus, kadang menekuk hampir mencium dada. Mata juga sering terpejam, entah untuk menikmati musik yang mereka mainkan, entah untuk menyelaraskan nada dan tekanan bunyi. Ada masa ketika suara kontra-bassnya berubah menjerit-jerit seperti kesetanan. Luar biasa.
Magnus Oström sering memejamkan mata saat menggebuk drum. Oström terlihat lebih seperti seorang filsuf, terutama jika anda melihat wajahnya yang serius berkonsentrasi, berusaha selalu menjaga harmoni pada tempatnya, menyelaraskan gerakan-gerakan tangan dan kakinya pada drum dengan bebunyian lain yang ditangkap oleh telinga dan rasanya.
Meskipun setelah itu mereka tidak banyak berkomunikasi secara verbal, sebagaimana kebanyakan musisi lain, saya merasakan komunikasi intens mereka dengan penonton lewat gelombang demi gelombang komposisi dan suara yang mengagumkan, baik secara individual maupun grup, ditambah lagi aksi dan ekspresi panggung mereka. Sebuah konser yang sangat dekat dengan kesempurnaan.
Kelas yang Berbeda
Ini sebuah pertunjukan musik jazz dari kelas yang berbeda. Sebuah penyatuan teknik tak bercela dan hasil riset eksplorasi individual yang intens dan dalam yang melampaui keterbatasan instrumen, dan suara yang mengagumkan pun dihasilkan dengan dibantu teknologi suara tambahan yang diawasi ahlinya, kreativitas langka yang saling memperkuat, menghasilkan komposisi dan penciptaan musik luar biasa yang menyentuh imajinasi yang belum terpetakan. Tak heran jika e.s.t. didapuk sebagai band jazz yang paling inovatif saat ini.Ketika selesai membawakan komposisi terakhir, para penonton pun bertepuk tangan bergemuruh. Trio itu membungkukkan badan dan meninggalkan panggung, dan penonton masih terus bertepuk tangan tanpa henti, sampai akhirnya mereka masuk lagi ke atas panggung memenuhi keinginan penonton untuk memainkan komposisi tambahan.
Menyenangkan penonton, e.s.t memainkan dua komposisi lagi. Sempurna. Semua orang puas, dan memberi standing ovation yang lama. Berharap bisa melihat mereka kembali di panggung suatu saat, dengan tingkat pencapaian musik yang lebih tinggi dan sempurna. Saya pun membeli tiga album mereka yang dipajang di ruang tunggu....
Setelah mendengarkan komposisi yang ditata mengagumkan, melihat eksotisme mereka dalam memainkan alat musiknya masing-masing, yang kadang lembut kadang liar bergairah, saya seperti mengalami multi-orgasme. Ekstatik. Anda harus melihat mereka bermain di atas panggung untuk memahami apa yang saya tulis.
Pada 14 Juni 2008 terjadi sebuah peristiwa tragis. Svensson hilang ketika tengah melakukan scuba diving di Ingarö di luar Stockholm, Swedia. Akhirnya ia ditemukan dalam keadaan tidak sadar dan mengalami luka sangat serius. Ia dilarikan ke Rumah Sakit Karolinska University dengan helikopter, namun nyawanya tak tertolong. Svensson meninggal dalam usia 44 tahun. Sebuah kehilangan sangat besar bagi musik Jazz dunia. RIP.
Konser e.s.t. berlangsung di Gedung Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Kuningan, Jakarta. Lokasi GPS : -6.222772, 106.832911, Waze. Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Selatan, Hotel Melati di Jakarta Selatan, Peta Wisata Jakarta Selatan, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Selatan.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.