Oktober 27, 2017

Jokowi, Dul, dan KPK

Dul, kumau nerawang sebentar bagaimana pandangan Jokowi tentang lembaga KPK ya. Kalau ngikutin wataknya nih ya, di akhir masa jabatan keduanya nanti (atas kehendak-Nya, dan jika rakyat menghendaki) ia sepertinya ingin institusi KPK sudah tak relevan lagi. Tak perlu ada.

Begini lho logikanya. KPK akan menjadi setengah tak relevan saat Kejaksaan sudah bersih. Ini adalah tes pertama hasil kerja satgas elit 100 jaksa yang belum lama dibentuk itu. Jika tak ada gebrakan besar dalam setahun dua, Jaksa Agung mesti dapat teguran keras atau dicopot.

KPK jadi separo tak relevan lagi saat Polri bersih. Tim elit antikorupsi Polri diperkuat. Sistem kerja KPK yang bagus diadopsi, dan yang rawan diintervensi kepentingan diperbaiki. MA juga mesti bersih.

Ketika Kejaksaan - Polri menjadi institusi kuat, maka KPK tak lagi relevan, dan Jokowi menoreh tinta emas jika ia berhasil mencapai itu.

Namun Dul, Jokowi realistis dan pintar berhitung. Mari kita lihat Corruption Perception Index (CPI) yang dibuat tiap tahun oleh Transparency International sejak 1995. Di Tiongkok, pada 1995 skor CPI 2,16; pada 2000 3,1; 2010 3,5 dan di 2014 CPI-nya masih 36. Ada perubahan skala 0 - 100 sejak 2012.

Dul, Tiongkok menjatuhkan hukuman mati pada koruptor di 2007 yang membuat dunia geger. Pernah juga jatuhkan hukum mati di 2002. Umumnya dengan penundaan eksekusi 2 tahun, yang bisa lanjut eksekusi atau berubah jadi hukum seumur hidup.

Kenyataannya CPI Tiongkok belum naik nyata. Mungkin karena Tiongkok negeri besar dan rezimnya tertutup. Belakangan ada wacana penghapusan hukuman mati bagi koruptor, diganti hukum seumur hidup. Perjalanan perang korupsi di Tiongkok masih panjang.

Hong Kong punya ICAC (Independent Commission Against Corruption), yang telah berdiri sejak 1974 dan skarang masih ada! Pembentukan KPK di 2003 karena terinspirasi suksesnya ICAC berantas korupsi di Hong Kong. Film I Corrupt All Cops menggambarkan bobroknya Kepolisian Hong Kong sampai ICAC berdiri tahun 1974 itu.

Angka CPI Hong Kong di 1995 7,12; 2000 7,7; 2010 8,4; namun di 2014 turun jadi 74. Hong Kong wilayah kecil Dul, namun hingga hari ini mereka belum juga bisa bubarin ICAC!

ICAC sudah berumur 40 tahun. Dengan pengalaman dan sumber daya yang lebih besar dari KPK (sepanjangpendeknya ingatanku), namun ngurus area sekecil Hong Kong saja mereka masih belum berhasil berantas habis korupsi!

Dul, CPI Indonesia di 1995 1.94, bontot dari semua negara. Pada 2010 naik ke 2.8, dan 2014 jadi 34. Di 2014 itu Indonesia ada di posisi nomer 2 terbuncit dari 18 negara di Asia Pasifik, hanya sedikit di atas Vietnam.

Negri sebesar kita Dul, tentu jauh lebih besar tantangannya. Jokowi realistis, ia pintar ukur kekuatan. Dalam 10 tahun ke depan, negri sebesar ini belum bisa hanya mengandalkan Kejaksaan dan Polri yg bersih. Makanya ia akan tetap mendorong KPK agar lebih kuat. Ia mikir negara, nggak ngurus tinta emas.

Melawan korupsi akan jadi perang seumur hidup, karena serakah dan molimo (maling/nyuri, madon/prempuan, minum/mabok, main/judi, madat/narkoba) melekat di manusia. Memberantasnya nyaris mustahil, namun menekan bisa.

Idealnya semua pejabat bersih sebersih-bersihnya. Namun tak semua pejabat yang Jokowi telah atau akan angkat adalah orang bersih tanpa cela. Bagusnya watak Jokowi, ketika mengangkat orang ia tidak mau mengungkit masa lalunya, namun jangan coba-coba menyimpang dibawah kepemimpinannya.

Maaf ya Dul, jangan ciut dan galau karena gegeran soal korupsi diantara hamba wet. Itu pasti bakal berulang terus di masa depan. Siapkan diri perang lawan korupsi seumur hidup. Baiknya brantas korupsi mulai dari diri sendiri dulu. Akhir kata Dul, Wallahua'lam, dan Allah Yang Mahatahu.
Label: Blog, Inspirasi, Jokowi, Percikan, Politik
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.