Apakah pernyataan itu benar? Nah, setidaknya itu benar sampai hari ini, benar selama kurun waktu hidup kita, terlepas betapa muda kita, dan akan tetap seperti itu di tahun-tahun datang. Berapa tahun Indonesia ada di belakang Jepang dalam hal pendidikan, riset dan teknologi, dan karenanya kemakmuran? Mungkin dua puluh tahun, mungkin lebih.
Cukup menarik untuk mengetahui bahwa pada tahun 1997 masih ada orang miskin di Jepang yang tinggal di rumah kardus di jalan atau tepian sungai. Tahun 1997 masih relatif belum lama, dan Jepang sudah menjadi juara ekonomi terkuat di dunia sejak tahun sebelumnya.
Apakah Jepang telah berhasil memberantas kemiskinan sekarang? Dari apa yang saya baca di sebuah artikel yang ditulis oleh Makoto Yuasa di Jakarta Post pada tanggal 17 Maret 2007, sayangnya masih ada orang miskin yang berkeliaran di Jepang, tunawisma. Memang benar bahwa mereka tidak tidur di tepi sungai lagi; sebaliknya mereka tidur di kafe-kafe internet atau asrama yang disediakan oleh perusahaan di mana mereka mendapatkan pekerjaan sebagai pekerja tak tetap.
Tidak bisakah pemerintah Jepang yang kaya atau keluarga mereka mendukung orang-orang miskin? Mereka bisa, tapi jaring pengaman sosial atau sistem perlindungan kehidupan publik tidak bekerja seperti yang diharapkan. Beberapa pemerintah daerah dan bahkan pemerintah pusat dianggap sebagai tidak proaktif atau tak transparan dalam menangani isu-isu ini. Di sisi lain, ikatan keluarga tidak lagi sekuat sebelumnya, meninggalkan orang-orang untuk menghadapi masalah mereka sendiri.
Orang-orang tanpa tabungan yang cukup dipaksa untuk berada di jalan ketika mereka kehilangan pekerjaan karena sakit atau alasan lain, dan hal itu tidak langka terjadi terutama di perusahaan dimana kebijakan kerja sepanjang umur tidak lagi dipraktekkan.
Di AS, negara dengan kekuatan ekonomi terhebat di bumi (setidaknya pada suatu masa), menurut Biro Sensus Amerika Serikat angka kemiskinan resmi pada tahun 2005 adalah 12,6 persen, atau 37,0 juta orang. tingkat kemiskinan untuk warga kulit hitam 24,9 persen, Hispanik 21,8 persen, sementara warga kulit putih non-Hispanik 8,3 persen.
Di Inggris, jumlah penduduk miskin pada tahun 2004 adalah sekitar 11 juta, sementara di Jerman ada 2,4 juta. Di Indonesia, jumlah orang yang hidup di bawah garis kemiskinan ada sekitar 40 juta orang. Beberapa orang percaya bahwa jumlah sebenarnya jauh lebih besar dari itu.
Secara global, diperkirakan bahwa setengah dari populasi dunia kini hidup dengan penghasilan kurang dari dua dolar per hari.
Terlepas dasar pengukuran, yang bisa diperdebatkan, kenyataannya tetap sama: ada sejumlah besar orang yang hidup di bawah garis kemiskinan di setiap sudut dunia.
Saya tidak akan membahas bagaimana kita mengatasi masalah kemiskinan dan bagaimana kita bisa mengurangi itu, saya hanya menawarkan pandangan sederhana bahwa pemberantasan kemiskinan tidak akan pernah terwujud, lantaran kita hidup di dunia yang tidak pernah sempurna.
Ini tidak berarti bahwa kita tidak perlu melakukan apa-apa terhadap kemiskinan. Itu hanya berarti bahwa orang perlu dipersiapkan untuk melewati perjalanan yang tidak akan pernah berakhir dalam menuju kemakmuran. Kemakmuran bagi semua mungkin bisa tercapai untuk waktu singkat tetapi tidak akakn pernah dapat dicapai secara permanen.
Pesannya adalah bahwa pemerintah, organisasi amal, orang-orang kaya mungkin perlu untuk mendukung untuk seumur hidup kepada yang membutuhkan, untuk pengemis, untuk pedagang kaki lima, untuk mereka yang bekerja keras untuk hidup sederhana.
Salah satu dukungan adalah untuk membantu lebih rendah ekonomi tingkat mesin bergerak, di mana orang-orang kaya menghabiskan uang tidak hanya di mal dan restoran yang bagus, tetapi juga di pasar-pasar dan pasar tradisional, di mana orang menjual barang dan makanan hanya bertahan selama satu atau dua hari, atau mungkin seminggu.
Pendidikan bagi orang miskin pasti akan membantu untuk membawa masa depan yang lebih cerah bagi mereka. Pemerintah kemudian perlu bekerja keras agar ekonomi tumbuh lebih baik untuk menyerap jumlah tenaga kerja yang semakin meningkat. Korupsi, ekonomi biaya tinggi, keamanan dan kepastian hukum adalah beberapa masalah yang masih menantang bagi pemerintah.
Hidup dapat berubah, untuk lebih baik atau lebih buruk, tapi kita tiak akan pernah mampu menghilangkan keterkaitan antara Yin atau Yang, kekayaan atau kemiskinan, karena keduanya membuat dunia berputar. Kita hanya perlu berurusan dengan keduanya tanpa henti dan secara lebih bijaksana. (Terbit 21 Maret 2007)
Label:
Blog,
Percikan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.