Saddam Hussein, mantan presiden Irak, telah digantung. Itulah kalimat pertama yang saya baca tadi malam di Aljazeera. Saya masuk setelah mengetahui kematiannya dari berita TV. Eksekusi berlangsung sebelum 6 pagi pada hari Sabtu di sebuah fasilitas militer Irak di Baghdad utara.
Disebutkan bahwa Saddam divonis bulan lalu atas pembunuhan 148 warga Syiah setelah upaya pembunuhan kepadanya yang gagal pada tahun 1982. Namun pengacara Saddam dan kelompok hak asasi manusia mengeluh bahwa ia tidak mendapat pengadilan yang adil. Eksekusi itu direkam oleh pihak otoritas.
Saya mencoba mencerna berita dengan pikiran netral. Walau saya tidak senang dengan kematian, maupun pengadilan yang tidak adil, tapi tidak ada kematian terjadi jika bukan karena belum saatnya, dan pengadilan yang tidak adil itu hanyalah jalan menuju kematian. Dalam politik nyata, yang kotor, Anda bisa didakwa bersalah hanya karena tidak punya kekuatan lagi, tidak ada sekutu kuat yang mendukung Anda, atau Anda tak lagi berguna atau menjadi ancaman bagi penguasa baru.
Bagaimana dengan pembunuhan 148 warga Syiah, invasi Kuwait dan Iran, dan penindasan suku Kurdi? Itu tentu perbuatan salah. Sayangnya itu bukan hal yang langka dalam politik dimana para pemimpin membangun nama dan kemuliaan mereka dengan darah dari lawan-lawan politik mereka, dan orang-orang tak berdosa. Berapa banyak orang telah tewas di Irak sampai saat ini, dan siapa yang bertanggung jawab pada korban yang mengerikan itu? Apakah itu Saddam atau itu Bush, atau orang-orang dan penasehatnya? Itu tergantung di mana Anda berdiri. Hanya sebagian orang yang akan mengatakan bahwa mereka semua bertanggung jawab.
Sebuah penelitian di The Lancet memperkirakan ada 654.965 kematian di Irak (berkisar antara 392.979 hingga 942.636) dari Maret 2003 sampai Juli 2006, dan sekarang ratusan warga Irak masih terus tewas setiap minggunya, dibandingkan dengan 3.239 kematian pasukan koalisi - 2.989 dari mereka orang Amerika hingga 29 Desember 2006, menurut hitungan CNN.
Biaya Perang Irak menurut sebuah sumber bisa melebihi $700 miliar, dibandingkan Perang Vietnam yang menghabiskan $600 miliar, yang dibayar oleh pembayar pajak AS. Pertanyaannya adalah berapa banyak biaya akan diberikan untuk orang Irak, dan apakah orang-orang yang menarik pelatuk dan mendapat keuntungan dari perang akan bisa tidur dengan nyenyak di sisa hidup mereka.
Ketika Anda berada di tampuk kekuasaan, Anda selalu dapat membenarkan apa pun yang Anda lakukan, dan beberapa orang saja yang akan berani mengatakan kebenaran dan menantang Anda. Tapi bersiaplah ketika kekuasaan tidak lagi milik Anda, atau ketika Anda telah menjadi beban bagi konco Anda.
Dari sejarah kita bisa belajar dari naik turunnya Alexander, Attila, Achilles, Napoleon, Jengis Khan, dan Caesar. Ada juga nama-nama seperti Kennedy, Nixon, Gandhi, Reza Pahlevi, Marcos, Soekarno, Soeharto, Stalin, McArthur, Hitler. Ya, Anda benar, mereka bukan jenis orang yang sama dan tidak dapat dibandingkan. Namun, mereka semua menelan pil pahit dari kemuliaannya.
Alexander adalah orang besar untuk para pengagumnya, tetapi dia adalah tukang jagal dan penghancur bagi orang-orang di Thebes, di Kekaisaran ex-Persia, dan bagi orang-orang di Punjab. Dia baru berumur 33 tahun saat meninggal, mungkin karena keracunan.
Attila ditemukan tewas pada malam setelah sebuah pesta untuk merayakan pernikahannya dengan Ildico yang cantik dan muda, putri lawannya yang ia bunuh sebelumnya.
Dalam dunia bisnis, ada nama-nama seperti Steve Jobs, Lee Iacocca, Trump, Carly Fiorina, yang mungkin menjadi pahlawan untuk beberapa orang, namun orang brengsek bagiu yang lainnya. Steve digulingkan oleh Sculley, seorang pria yang ia bujuk agar meninggalkan Pepsi untuk bergabung dengan Apple. Steve kembali dan menciptakan sejarah, tetapi itu mungkin belum akan menjadi akhir cerita.
Fiorina, mantan CEO, Presiden dan pemimpin Hewlett-Packard, adalah superstar Silicon Valley. Beberapa orang berpikir bahwa ia bisa menjadi presiden AS berikutnya, tapi dia dipecat setelah lebih dari lima tahun bekerja.
Pelajaran apa yang bisa kita dapatkan dari naik turunnya dari orang-orang "besar" itu? Banyak hal, tapi saya akan membiarkan pertanyaan itu tetap terbuka. Bagaimanapun, tidak peduli seberapa besar konsekuensinya, jangan pernah kubur impian dan kerja keras untuk menjadi orang besar. Paling tidak nama Anda akan ditulis dalam sejarah umat manusia, dan orang-orang dapat belajar dari keagungan serta kekejaman Anda, dari sumber kemuliaan dan penyebab kematian Anda. (Terbit 31 Desember 2006)
Label:
Blog,
Percikan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.