Sejarah negri ini membuktikan bahwa partai lurus, sederhana, yang dirasakan kehadirannya, dan karenanya mendapat kepercayaan rakyat, bisa dibajak sekelompok elit dan tetiba berubah menjadi partai kelas rendahan yg dicemooh mantan pengagumnya, dan tak lagi layak dipercaya.
Karenanya partai yang ingin tetap berada pada jalur lurus harus punya saringan kuat untuk hanya menerima anggota dengan rekam jejak baik. Mesti punya palu godam untuk keluarkan penjahat yang terlanjur bercokol di struktur. Partai pun bisa dibajak oleh sekelompok ronin.
Saat ini kebanyakan rakyat kita melihat keberadaan partai politik seperti orang yang sedang berjalan di tengah gurun pasir sangat luas, bahkan tak bertepi, dengan sangat sedikit bekal air di gembolannya. Nyaris tak ada harapan untuk bertahan hidup. Hampir tak ada tanda-tanda sama sekali bahwa elit partai akan berubah keberpihakannya kepada rakyat.
Petinggi partai yg baik harusnya melihat kondisi ini sebagai kenyataan sangat pahit yang mendesak untuk segera ditanggapi, yang mestinya mereka hadapi dengan jujur dan terbuka, dan seyogyanya diatasi dengan segera. Namun kondisi ini juga bisa dilihat sebagai peluang bagi partai yang mau berubah untuk merebut kepercayaan rakyat banyak.
Memang mesti ada perubahan mendasar pada perilaku partai politik, terutama para elitnya. Perubahan pada praktek berpolitik elit partai itu harus mampu membuat orang berdecak karena perubahan yang sangat nyata, dan karena bisa dirasakan keseriusan dan kejujuran pada langkah yang diambil. Dan itu akan menumbuhkan kembali harapan rakyat yang nyaris punah.
Yang pertama adalah perilaku partai yang terkait soal keuangan. Jika ingin mendapatkan kepercayaan luas dari masyarakat, partai harus berani menunjuk auditor kredibel untuk mengaudit laporan keuangannya. Lalu publikasikan laporan keuangan di situswebnya. Partai harus berani membuka dengan jelas aliran dananya, agar kepatutannya dinilai dan diuji.
Omong lontong elit partai yang bicara berbusa soal keterbukaan dan akuntabilitas dalam praktek keuangan negara, sesumbar anti korupsi, jika mereka sendiri tidak jujur dalam laporan keuangannya. Meskipun soal itu sudah ada undang-undangnya, namun belum terlihat dilaksanakan oleh partai. Jika pun ada, maka kejujuran laporan itu masih diragukan.
Yang kedua adalah partai politik mesti memperketat seleksi keanggotaannya, dan jauh lebih ketat lagi syarat untuk menjadi petingginya. Kelurusan dan rekam jejak hendaknya menjadi faktor penentu utama apakah seseorang bisa menjadi anggota partai, dan kemudian bisa menjadi pengurus dan petingginya. Soal ini pun harus transparan bagi semua kader.
Lebih baik partai politik memiliki jumlah anggota sedikit namun bersih dan bermutu, ketimbang mengejar jumlah namun mutunya payah dan penuh belatung dan benalu. Partai yang ramping, bersih, dan bermutu layaknya pasukan elit, dengan mudah akan memikat relawan untuk merapat mendukungnya bilamana waktunya diperlukan.
Sebagai salah satu kriteria seleksi, setiap anggota partai harus taat dengan laporan pajak penghasilan, dan partai harus sangat keras soal itu. Partai mestinya berhentikan kader yang diketahui menyembunyikan harta di luar negri untuk menghindari pajak. Jika orang tak bisa jujur soal ini, maka ia bakal tak jujur soal anggaran jika menjadi pejabat.
Ketidakjujuran soal pajak sudah bisa menjadi bukti yang kuat tentang perilaku tidak jujur dan orang itu berpotensi besar melakukan tindakan korupsi bila menduduki jabatan di partai dan pemerintahan. Partai tidak bisa memandang ringan soal ketaatan kader pada laporan pajak ini. Taruhannya adalah kepercayaan rakyat pada partai politik dan petingginya.
Yang ketiga adalah pendidikan, baik ke dalam maupun ke luar. Ke dalam partai wajib membuat modul pendidikan untuk menyiapkan kadernya kapan saja meraka menduduki jabatan politik atau jabatan publik. Dengan simulasi akan lebih baik. Institut Demokrat suatu hal yang baik. Sayang sekali kicauan elitnya di sosmed justru menjadi bahan cemoohan dan makin memperparah citra Demokrat.
Ke luar, partai baiknya membantu mendidik masyarakat soal hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan membantu meningkatkan pengetahuan serta ketrampilan mereka dalam lingkup kehidupannya. Keberadaan partai politik harus bisa dirasakan oleh masyarakat, bukan saat pawai pemilu, namun partai hadir di tengah rakyat dan dirasakan manfaatnya.
Keempat, partai politik hendaknya mewajibkan kadernya yang duduk di pemerintahan dan di DPR untuk selalu membuat rekaman pada rapat anggaran dan kebijakan publik, dan unggah rekaman di Youtube sebagai pertanggungjawaban kepada rakyat luas. Ikuti jejak yang dilakukan Ahok di DKI Jakarta. Ada transparansi, dan publik bisa menilai kiblat keberpihakan pejabat.
Kelima, petinggi partai mestinya sudah harus berbicara dan berperilaku sebagai negarawan, bukan hanya sekadar corong partai politik, dan hanya membela kepentingan partainya secara sangat sempit. Petinggi partai harus sudah memperhatikan dan memperjuangkan aspirasi rakyat banyak yang baik. Karena ada aspirasi yang justru merusak. Intoleransi misalnya.
Substansi bicara dan perilaku petinggi partai penting dijaga karena mereka berpeluang menjadi petinggi negara. Dan sebagai petinggi negara, mereka mengabdi pada seluruh rakyat, bukan lagi hanya kepada kadernya. Petinggi partai, karenanya mesti pula memperhatikan kepentingan rakyat banyak, baik simpatisannya atau pun bukan.
Sejauh ini saya melihat partainya om bewok punya peluang untuk merebut hati rakyat. Om bewok punya modal stasiun tv yang hingga kini bisa dipercayai publik dengan program-programnya yang mendapat tempat yang baik dan dipercaya pemirsa. Bahwa stasiun om bewok terlihat berpihak itu keniscayaan. Namun hendaknya keberpihakan itu terus pada kebenaran.
Sejarah mencatat bagaimana dukungan om bewok dan partainya pada Jokowi di pilpres lalu ikut menentukan jalannya sejarah negeri ini. Begitu pula dukungan om bewok kepada Ahok untuk maju pilgub DKI di jalur independen juga merupakan langkah keberpihakan yang patut diapresiasi. Apalagi gencarnya kampanye hitam ke Ahok sudah sangat terasa belakangan ini.
PKS saya kira masih harus lebih keras lagi bekerja ke dalam untuk bersihkan anasir merusak. Jalan masih sangat panjang agar partai itu bisa kembali dihormati dan menjadi titik harapan seperti di jaman partai keadilan dulu dengan kesederhaan, kelurusan, dan perbuatan nyata para kadernya. Kesetiaan partai itu pada Pancasila dan NKRI juga harus diuji.
Kembali ke om bewok. Karena pengaruh tontonan tv yang sangat besar, baiknya si om sediakan sebagian slot iklan di stasiun tv-nya untuk mendidik rakyat dengan iklan layanan yang menginsipirasi perubahan perilaku. Mulai dari soal remeh namun besar dampaknya bagi kehormatan kota dan bangsa, seperti soal sampah, antrian, dan disiplin lalu lintas, hingga ke soal yang lebih besar dan berat seperti perilaku korupsi, kebiasaan menyuap, dan narkoba.
Seingat saya, iklan layanan tv yang memberi dampak sangat besar adalah kampanye pemilu damai yg dibuat oleh Garin Nugroho (Visi Anak Bangsa) saat pemilu langsung pertama. Iklan tv seperti itu baiknya dibuat secara massif utk merubah perilaku bangsa ke arah yg lebih positif dan bermartabat. Termasuk menghargai perbedaan, dan membantu melenyapkan perilaku pemaksaan kehendak oleh sekelompok orang yang terasa kian marak belakangan ini.
Mungkin bisa dikatakan bahwa ketika hampir semua partai mengalami pembusukan, maka harapan satu-satunya adalah tumbuhnya benih partai baru yg bersih dan mampu tumbuh kuat. Jika yang ada tetap tak bisa penuhi harapan, maka saatnya simpatisan Jokowi, Ahok dan politisi bersih lainnya untuk mulai memikirkan, berembug, dan membuat konsep sebuah "partai lurus".
Label:
Blog,
Inspirasi,
Percikan,
Politik
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.