Oktober 28, 2017

Permainan Pikir di Jalan

Jika tinggal di Jakarta, Anda perlu meninggalkan rumah lebih awal untuk menghindari kepadatan lalu lintas di jalan, baik untuk prgi ke kantor atau mengantar anak-anak ke sekolah. Ambil saya sebagai contoh. Biasanya saya bangun di sekitar pukul 04:45, dan lalu pergi ke kamar anak-anak untuk membangunkan dan meminta mereka mandi.

Karena setiap mereka ingin tinggal di tempat tidur sedikit lebih lama, untuk menghindari perdebatan rutin akhirnya kami sepakat dengan pengaturan: si sulung harus mandi pertama pada hari Senin, diikuti anak yang kedua dan yang ketiga. Pada hari Selasa, anak nomor dua mengambil giliran pertama diikuti oleh yang ketiga dan si sulung, demikian seterusnya.

Sebagai insentif, anak yang mandi pertama bisa duduk di kursi depan mobil. Sejak si sulung tinggal di Depok agar dekat dengan sekolahnya, tinggal dua yang tersisa. Tapi tetap kami selalu bangun pada waktu yang sama, dan meninggalkan rumah sebelum jam enam. Itu karena anak-anak sekolah di dua lokasi yang berbeda, dan kantor saya waktu itu terletak di daerah "three in one", yang tak bisa lalui setelah pukul 07.00 lantaran hanya sendirian di mobil. Oleh karena itu, saya masih perlu buru-buru pergi ke kantor setelah mengantar si bungsu, jadi sudah bisa duduk di kantor sebelum jam tujuh.

permainan pikiran
Selama tahun-tahun itu, di saat ketika saya berjuang melewati lalu lintas jalanan yang begitu berat, saya menemukan sesuatu yang menarik tentang perilaku pengemudi mobil yang mungkin mencerminkan karakter mereka dalam menjalani hidup, meniti karir, dll.

Kami tinggal di Jakarta Timur. Ketika anak-anak masih sekolah di Labschool Rawamangun, sekitar 7 KM dari rumah, kami melewati jalan padat bernama I Gusti Ngurah Rai.

Angkutan umum seperti Metromini (bus ukuran sedang dengan warna oranye kuat) dan Mikrolet, sering berhenti di jalur kiri untuk mengambil penumpang. TransJakarta belum lagi beroperasi waktu itu. Ada juga di beberapa lokasi di mana mobil memasuki jalan utama dari jalan-jalan kecil yang menyebabkan lalu lintas lebih padat di jalur sebelah kiri.

Dengan pikiran seperti itu, kebanyakan orang cenderung mengambil jalur paling kanan dengan harapan bahwa mereka dapat melaju lebih cepat, tidak terganggu oleh Metromini atau Mikrolet yang sering berhenti, serta mobil yang masuk dari jalan perumahan.

Tapi anehnya, banyak mobil yang menggunakan jalur kanan justru cenderung bergerak lebih lambat dibandingkan mereka yang menggunakan yang kiri. Mengapa?

Salah satu kemungkinannya adalah bahwa jumlah pengendara mobil pengambil risiko (PR) jauh lebih sedikit dari pengendara yang takut resiko (TR). Dengan sejumlah besar pengendara mobil TR berada di jalur kanan, hampir selalu ada ruang kosong tersedia di jalur sebelah kiri. Namun karena mengetahui bahwa akan ada risiko bahwa mobil akan berhenti di belakang Metromini atau Mikrolet yang menaikkan penumpang, maka pengendara mobil TR cenderung tetap mengemudi di jalur kanan, dan tidak ingin mengambil risiko untuk pindah ke jalur kiri.

Pengemudai PR (pengambil resiko), di sisi lain, cenderung mau mengambil resiko itu. Sehingga mereka akan dengan cepat memindahkan mobilnya mengisi ruang kosong di jalur kiri. Ketika Metromini berhenti, mereka akan mencoba untuk cepat pindah ke jalur kanan. Sebagian besar orang TR adalah pengemudi lambat, dan orang-orang yang baik, dan karenanya cenderung membiarkan pengemudi PR memotong jalan mereka di sebelah kanan. Itu sebabnya lalu lintas jalur kanan cenderung lebih lambat. Tentu saja hal ini tidak akan terjadi di kota-kota besar di dunia yang sudah beradab lalu lintasnya, tapi ini Jakarta bung!

Jadi bagaimana dengan Anda? Apakah biasanya mengambil jalur kanan atau kiri? Apakah mencoba untuk bergerak maju lebih cepat, atau hanya senang bergerak maju secara lambat tapi pasti. Apakah pengambil risiko atau takut risiko? Mana yang benar-benar baik?

Itu tergantung. Bagi saya, adalah bagaimana melihatnya, dan karena itu merupakan permainan pikiran. Hal yang lebih penting adalah apakah dapat menikmatinya atau tidak. Jika menikmati sensasi pengambil risiko, kemudian bisa hidup dengan itu dan mampu bermain dengan cukup baik maka tak ada salahnya. Namun, adalah lebih baik untuk tidak membuat jengkel orang dengan memotong jalur mereka saat di jalan. Sama halnya tak baik memotong karir orang saat berjuang menuju ke puncak. (Terbit 3 Oktober 2006 di The Street Mind Game)
Label: Blog, Percikan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.