Memilih Ahok adalah agar ia melanjutkan pekerjaannya yang telah terbukti baik dalam melayani kepentingan rakyat Jakarta, tanpa kecuali, secara adil, taat hukum, dan jujur. Oleh sebab mereka semua itulah yang membayar gaji dan fasilitas gubernur lewat uang negara. Rakyat mempercayakan manajemen keuangan dan birokrasi DKI kepada gubernur untuk melayani kepentingan semua.
Memilih pasangan Ahok - Djarot tak mesti dilakukan dengan merendahkan atau menghina pasangan cagub lainnya. Sebaliknya, kita menghargai mereka karena hanya dengan berkompetisi maka kualitas dan rekam jejak calon pemimpin bisa diperbandingkan. Dalam masa kampanye, orang bisa melihat karakter asli seseorang dari cara berkampanye dan caranya menyikapi berbagai masalah.
Pada musim kampanye boleh jadi orang yang tadinya kita anggap baik baru bisa kelihatan kelemahannya. Bahwa setiap orang punya kelemahan adalah biasa, namun tak semua kelemahan bisa ditolerir jika menyangkut jabatan publik. Kelemahan yang tak bisa diampuni tentu terkait kejujuran, potensi kolusi dengan begal anggaran karena tak bernyali atau malah menjadi bagian mereka, nepotisme, sikap SARA dan partisan pada kelompoknya sebagai lawan sikap kenegarawanan yang menjaga keanekaragaman dan keadilan.
Bagi saya, dan bagi banyak warga DKI, kolom ktp dan tampak luar bukan pertimbangan utama dalam memilih cagub. Oleh sebab kolom ktp dan penampilan luar bukan sertifikasi bagi kejujuran, kemampuan, dan keberanian melawan begal anggaran dan ketegasan dalam mendisplinkan birokrasi. KTP adalah sertifikat hak dan kewajiban yang sama dimuka hukum. Tak ada minoritas mayoritas berdasar ktp. Tak ada hak istimewa karena kolom ktp, dan dengan itu kita merawat keberagaman dan persatuan.
Saya tak hendak berpesan kepada cagub lain, karena saya tak memilih mereka. Tak memilih mereka bukan berarti mereka jahat atau tak mampu sebagai gubernur, hanya secara subyektif saya menilai Ahok lebih siap, lebih mampu, dengan rekam jejaknya yang sangat solid. Jika pun yang terpilih nanti bukan Ahok, saya tak hendak merecoki mereka dengan pesan dan harapan.
Korupsi
Tetaplah Jadi AhokTak perlu berusaha menjadi orang lain yang bukan dirimu. Tetap keras dan tegas melawan siapa saja yang ingin rampok anggaran dan ganggu kepentingan rakyat banyak. Itu sifat keras paling disukai rakyat yang sangat muak dengan korupsi.
Hemat Emosi
Ke jajaran birokrasi, cukuplah berbicara keras sekali untuk beri kesempatan berubah. Pecat tanpa perlu lagi marah-marah jika tetap bandel. Tak perlu buang energi sia-sia. Tak perlu membuat musuh tak penting.
Banjir
Tetap RelokasiAda baiknya mendengarkan omongan miring untuk evaluasi kelemahan dan untuk perbaikan, namun tetap percepat bangun rusun baru sebanyaknya dan memindahkan warga selekasnya dari bantaran sungai dan jalur hijau agar sungai bisa segera dinormalisasi dan jalur hijau direvitalisasi. Ini cara terbaik memuliakan warga dan telah terbukti berhasil mengurangi titik banjir, selain karena bersih dan lancarnya sungai berkat kerja keras PPSU.
Tetap Reklamasi
Saya percaya dengan Ahok di Balai Kota dan Jokowi di Istana maka reklamasi teluk Jakarta dan Giant Sea Wall (Proyek Garuda) akan benar-benar dibuat bagi kepentingan rakyat, tanpa terkotori korupsi. Gas pol, agar kami bisa lebih awal merasakannya, dan DKI punya tambahan dana untuk biayai pembangunan.
Macet
Jalur EksklusifMenuntaskan jalur eksklusif bus TransJakarta di seluruh koridor. Semakin lama ditunda akan semakin mahal ongkosnya. Jangan lagi ada jalur TransJakarta bercampur dengan kendaraan pribadi karena membuat ketidakpastian jadwal dan ciptakan kesan buruk.
Menara Parkir
Bekerjasama dengan pemerintah daerah terkait, agar membangun menara parkir dengan ongkos parkir gratis atau flat murah bagi komuter di stasiun kereta api di Bekasi, Bogor, Tangerang, dan di dekat Halte TransJakarta. Ini akan menghadang kendaraan bermotor yang hendak masuk ke Jakarta.
Sistem Gaji
Semakin cepat dihilangkannya sistem setoran untuk seluruh moda angkutan umum di DKI, semakin memperlancar arus kendaraan. Selama sistem setoran berlaku dan pengawasan serta penegakan hukumnya lemah, kepadatan dan kemacaten lalu lintas akibat ngetem di lampu merah dan dekat gang akan terus terjadi.
Selebihnya adalah memperluas jangkauan MRT dan LRT serta sedapat mungkin menghilangkan perlintasan sebidang jalan raya dengan jalur rel kereta api.
Budaya
TrotoarMempercepat pelebaran trotoar, selebar mungkin, setidaknya di sepanjang Jalan Thamrin - Sudirman, dan sepanjang Jalan Casablanca - Kampung Melayu. Menghormati dan memuliakan pejalan kaki adalah salah satu ciri sebuah kota beradab. Trotoar lebar membuat DKI lebih siap untuk menyelenggarakan festival dan karnaval budaya.
Kota Festival
Mewujudkan keinginan Jokowi agar Jakarta jadi Kota Festival Budaya bertaraf internasional. Janganlah orang luar mengenal Jakarta sebagai kota demo, apalagi demo anarkis dan demo intoleran yang bukan hanya rusak citra DKI namun juga rusak citra bangsa di mata dunia. Beri tantangan pada pengelola Festival Jember untuk menyelenggarakan Karnaval dan Festival Budaya Indonesia di Jakarta. Undang negara tetangga untuk tampil.
Akses
Akses bus TransJakarta ke pusat-pusat seni budaya dikaji ulang dan diperbaiki. Bagaimana agar orang dari berbagai penjuru Jabodetabek bisa berkunjung dan meninggalkan TIM dengan mudah dan nyaman, juga ke Gedung Kesenian Jakarta, Pusat Perfilman H Usmar Ismail, Salihara, museum, dan galeri lainnya di Jakarta.
Masih ada lagi? Banyak. Namun cukuplah itu dulu karena selebihnya Ahok jauh lebih faham apa yang hendak dilakukannya dan apa yang terbaik bagi warga Jakarta di Jakarta Smart City. Semoga pilkada satu putaran saja. Amin.
Label: Blog, Inspirasi, Percikan, Politik
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.