Kamar mandi, sering dengan WC berada di dalamnya, adalah tempat dimana kita membersihkan tubuh dari sampah metabolisme busuk, untuk menyegarkan dan menggosok kulit, menyikat gigi agar tetap berkilat dan sehat, serta tempat yang baik untuk tercenung, merenung, dan menemukan ilham.
Namun demikian, kamar mandi di kebanyakan rumah justru sering menjadi tempat yang paling kotor, bau, dan menjadi wilayah yang penghuninya paling segan untuk masuk, sampai terpaksa harus berkunjung ke sana ketika datang panggilan hajat yang tak tertahankan.
Coba lihat sikat gigi. Walau ia membersihkan gigi setiap hari, seberapa sering anda membersihkan dalamannya dengan baik? Gagangnya? Bagaimana dengan sabun? Meski membersihkan sabun kedengarannya menggelikan. Tempat sabun dan sikat gigi juga mengalami nasib sama, dibiarkan kotor bertahun-tahun. Tempat duduk kloset dan dalamannya, sikat pembersih, dalaman kamar mandi dan pintunya, sapu, bak cuci piring, spons dan wadahnya, juga sering menjadi tempat terjorok di rumah.
Tampaknya secara tak sadar kita berharap bahwa mereka bisa membersihkan diri sendiri, tanpa bantuan pemakainya. Lagipula bukankah mereka alat pembersih? Kenyataannya mereka tak bisa melakukannya sendiri, sehingga tak heran jika tempat untuk membersihkan menjadi tempat-tempat paling kotor dan paling busuk di sebuah rumah. Ini yang saya sebut sebagai sindrom kamar mandi.
Rumah mewah cenderung memiliki kamar mandi yang bersih dengan bau harum. Itu bukan berarti bahwa pemiliknya sadar dengan sindrom kamar mandi, namun lebih pada karena mereka membelanjakan banyak uang ketika membuatnya dan ingin agar investasinya tetap baik dan mengkilat, dan bisa dipamerkan ke tamu. Namun apakah benar-benar bersih?
Hidup penuh kejutan, dan ironi. Ada hakim dan jaksa, yang seharusnya bekerja dengan sepenuh hati dan jiwanya untuk menegakkan keadilan, malah menjadi pelanggar hukum, dan bertindak tidak adil untuk keuntungan sendiri dan pemberi upeti. Ada pula sebagian legislator, petugas kepolisian, pengacara, pejabat negara, eksekutif korporasi, yang terpeleset dan bertindak bertentangan dengan apa yang seharusnya mereka kerjakan. Boleh jadi semuanya adalah korban sindrom kamar mandi.
Ada masa dimana orang segan datang ke kantor polisi untuk mendapatkan bantuan, lantaran bukan pelayanan yang mereka peroleh, namun kerepotan. Ada pula kelakar bahwa jika orang bertemu seorang pengacara dan seekor ular maka lebih baik menggebuk pengacaranya dahulu. Syukur ada banyak polisi dan pengacara yang menjalankan tugas mulianya dengan baik.
Memberi khotbah kepada umat untuk memurnikan pikir hati dan jiwa adalah tugas ulama dan pendeta, namun sebagian mereka pun tak pernah sepi dari skandal dan tindakan memalukan. Penyembuh penyakit tak bisa sembuhkan penyakitnya sendiri dan ada yang malah jadikan pasien hanya sebagai ladang bisnis. Ini sedikit berbeda dengan peramal yang tak mampu ramalkan nasib sendiri atau paranormal yang tak bisa membuat hidup mereka sendiri normal.
Jangan buru-buru mencibir, karena anda dan saya tidak bebas pula dari sindrom ini, dan ini bukan hanya masalah di negara ini. Tidak ada manusia sempurna, tidak ada rumah sempurna, tak ada profesi sempurna, tak ada lembaga sempurna, dan tidak ada pula negara yang sempurna.
Di negara maju dan kaya, sebagaimana di sebuah rumah mewah, semuanya tampak lebih bersih, kinclong, dan membuat silau banyak orang. Namun anda hidup di sebuah pulau terpencil yang tidak ada pesawat televisi, koran (dan sekarang sosial media) jika mengira bahwa negara maju lebih baik dari negara berkembang dalam hal sindrom kamar mandi. Tidak ada manusia, profesi, lembaga, dan negara yang sempurna.
Pesannya sederhana. Dengan memahami sindrom kamar mandi maka memang mestinya ada pengawas yang membersihkan manusia (teristimewa yang dianggap paling suci), profesi (terutama yang harusnya paling mulia), lembaga pembuat aturan dan undang-undang, serta para pembersih kejahatan serta penegak keadilan, karena selamanya mereka tidak akan pernah bisa membersihkan diri sendiri. Pengawas pun perlu diawasi dan dibersihkan, demikian seterusnya hingga membentuk spiral menyempurna. (Terbit 5 September 2006 di The Bathroom Syndrom)
Label:
Blog,
Percikan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.