Sebuah tugu dibangun untuk tujuan tertentu, mengenang suatu tokoh terkenal atau peristiwa bersejarah agar diketahui oleh generasi sekarang dan berikutnya. Akan halnya tugu yang satu ini tampaknya dibuat bagi orang kebanyakan, yang nama-namanya tak dikenali dan karenanya tak tercatat dalam buku sejarah yang diajarkan di sekolah-sekolah, namun sumbangsih dan pengorbanan mereka mungkin tak ternilai harganya.
Tugu Pahlawan Tak Dikenal itu dibangun di tengah sebuah bidang bundar yang dihias tanaman perdu pendek, dengan ukiran wajah-wajah raksasa bertaring an mata melotot yang dililit badan seekor naga pada batang tugu yang bentuknya mengerucut ke atas. Di puncaknya berdiri patung seorang pemuda yang memegang sebatang tongkat seolah seorang konduktor. Sejatinya di ujung tongkat itu dulu ada bendera.
Tugu Pahlawan Tak Dikenal di Kota Bukittinggi itu, dengan seorang pemuda yang berdiri di atas tumpukan kepala sejumlah raksasa. Relief raksasa pada batang tugu itu tampaknya dimaksudkan untuk menggambarkan wajah angkara murka pemerintah kolonial Belanda yang sangat kuat dan berkuasa saat itu, layaknya kekuatan para raksasa, dalam menguras kekayaan negeri dan membebani pajak kepada rakyat.
Tugu ini terlihat cukup tinggi, yang bisa dibandingkan dengan tingginya sepasang anak manusia yang tengah duduk berdua di sisi kanan patung, mungkin tengah merenda masa depan bersama.
Di sekeliling Tugu Pahlawan Tak Dikenal terdapat taman, dengan sejumlah tempat duduk yang bisa digunakan untuk bersantai sambil bercengkerama. Pejalan juga bisa sejenak beristirahat di sekitar tugu seperti beberapa orang pengendara sepeda motor yang berhenti beberapa saat di tepian jalan dekat akses masuk ke dalam tugu.
Prasasti di bawah tugu yang menceritakan bahwa Tugu Pahlawan Tak Dikenal Bukittinggi dibangun untuk mengenang perlawanan para pahlawan yang namanya tak bisa dikenali. Mereka adalah para pejuang yang menjadi korban dalam pergolakan yang terjadi pada Juni 1908 dalam menentang sistem pajak oleh Belanda yang diberlakukan sejak 1 Maret 1908. Sistem pajak yang baru itu dirasakan sangat memberatkan rakyat.
Disebutkan di sana bahwa peletakan batu pertama pembangunan tugu dilakukan mendiang Jenderal AH Nasution pada 15 Juni 1963 dan diresmikan pada 1965. Konstruksi bangunan tugu dibuat oleh Hoerijah Adam (1936-1971) yang wafat dalam kecelakan pesawat Vickers Viscount Merpati Nusantara Airlines dengan registrasi PK-MVS, yang jatuh di Samudera Hindia di lepas pantai Padang pada 10 November 1971. Seluruh dari 69 orang yang ada di atas pesawat tewas dalam kecelakaan terburuk dalam sejarah penerbangan Indonesia pada saat itu.
Kepala ular naga yang tengah menggigit mulut raksasa berada di bagian dasar tugu, sedangkan relief perjuangan para pahlawan digambarkan pada dinding-dinding Tugu Pahlawan Tak Dikenal ini, yang tak saya potret lantaran sulit untuk menterjemahkan dalam bentuk cerita jika tidak memahami alur kejadiannya.
Di bawah tugu terdapat tengara berisi kutipan tulisan Muhammad Yamin yang berbunyi: "Pahlawan Tak Dikenal, mati luhur tak terkubur, memutuskan jiwa meninggalkan nama, menjadi awan di angkasa, menjadi buih di lautan, semerbak harumnya di udara".
Saya sempat memotret Tugu Pahlawan Tak Dikenal Bukittinggi dari samping dengan seorang wanita tengah berjalan melintas di depan tugu yang bisa juga digunakan sebagai skala pembanding ketinggian monumen ini. Patung pemuda yang berdiri di puncak tugu itu sebelumnya memegang bendera yang diganti tongkat setelah patung aslinya tersambar petir. Selain memang tinggi, tugu itu tampaknya menonjol sendirian karena pepohonan di sekitarnya masih belum lagi tinggi.
Peristiwa berdarah yang dikenang melalui diberdirikannya Tugu Pahlawan Tak Dikenal Bukittinggi itu dikenal sebagai Perang Kamang, sebuah perang dahsyat yang meletus pada 15-16 Juni 1908. Pemicunya adalah diterapkannya peraturan pajak sebesar 2% kepada rakyat Minangkabau terhadap seluruh hewan ternak yang akan disembelih, baik yang akan dimakan maupun untuk hewan kurban. Selain itu ada pula pelanggaran oleh Belanda terhadap perjanjian Plakat Panjang yang dibuat semasa Perang Paderi.
Menjelang sore hari pada 15 Juni 1908 dari Bukittinggi datang pasukan Belanda berkekuatan 160 orang yang dibagi dalam tiga kelompok untuk menyerbu Kamang, setelah rakyat membangkang untuk membayar pajak. Perang frontal (basosoh) dengan perlengkapan tempur tak seimbang itu pecah pada dinihari berikutnya yang membawa korban sekitar 100 pejuang mati tertembak, termasuk tokoh perlawanan H Abdul Manan, dan sebanyak 12 orang tentara kolonial mati dengan lebih kurang 20 orang luka-luka. Daerah Kamang yang lokasinya berada sekitar 16 km dari Bukittinggi sebelumnya pernah menjadi basis kekuatan Tuanku Nan Renceh semasa Perang Padri.
Tugu Pahlawan Tak Dikenal
Alamat : Jl. Jam Gadang Bukittinggi, Sumatera Barat. Lokasi GPS : -0.3066448, 100.3696454, Waze; tugu Perang Kamang : -0.2347248, 100.4332781; Makam Pahlawan Perang Kamang : -0.225474, 100.4343832. Peta Wisata Buittinggi, Tempat Wisata di Bukittinggi, Hotel di BukittinggiLabel: Bukittinggi, Monumen, Sumatera Barat, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.