Brussel selain ibu kota Belgia, adalah Ibu kota Uni Eropa yang mana pada tahun 2017 berlangsung kegiatan yang bertajuk "Europalia" merupakan festival seni budaya dan penyelenggaraan Europalia dipusatkan di Belgia. Setiap diadakan festival Europalia dipilih guest country dari negara lain. Tahun 2017 Indonesia terpilih menjadi negara tamu yang mempromosikan seni budayanya, seperti musik, tari, teater, film dan seni lainnya. Festival Europalia Indonesia (FEI) 2017 berlangsung selama 4 bulan mulai 10 Oktober 2017 hingga 21 Januari 2018. Saya sedikitnya memahami mengenai Europalia, karena lembaga seni budaya Manikam Khatulistiwa yang saya pimpin awalnya berencana mengisi salah satu panggungnya tetapi karena sesuatu lain hal kami batal berangkat.
Belgia mempunyai dua bahasa mengantar yaitu bahasa Belanda dan bahasa Prancis, selain itu di perbatasan dekat Jerman ada yang mempergunakan bahasa Jerman. Demikian pula bahasa pengantar di sekolah, ada yang mempergunakan bahasa Belanda dan bahasa Prancis. Seperti penuturan sahabat saya Ria Harun yang tinggal di Brussel, ketika ia bekerja di sekolah yang memakai bahasa Belanda Ria memperdalam bahasa Belandanya karena ia lebih piawai berbahasa Prancis mengingat sebelumnya ia bersama keluarganya tinggal di Prancis.
Grand place yang ngetop menjadi tempat yang senantiasa didatangi turis manca negara, menurut saya terlalu ramai dan kurang ruang untuk menikmatinya dengan khusu. Bangunan Grand Place di Brussel dibangun pada akhir abad ke 17, kini dipakai oleh pemerintah dan swasta. Arsitektur di grand place memberikan gambaran yang jelas tentang tingkat kehidupan sosial budaya pada saat itu sangat beradab tempat berkembangnya politik dan perekonomian yang mapan, setidaknya di kalangan aristrokat.
Sebenarnya waktu kami sangat kurang untuk mengelilingi Brussel di Belgia, masih banyak keindahan yang terlewatkan. Saya mengincar jalanan kecil pembatas antara gedung ke gedung yang saling membelakangi, jalanan dari bebatuan alam yang ditanam di tanah. Trotoar jalanan yang kami selusuri melewati etalase, kafe dan hotel. Kursi dan payung yang menjorok ke jalanan tempat minum wine dan kopi selayaknya pemandangan kebanyakan di negara Eropa.
Ini satu sisi Brussel Belgia, yang menjadi ikon Brussel adalah patung Mannekin Pis, patung bocah kecil sedang pipis. Saya berdiri agak lama di depannya sambil berpikir diantara para turis yang sibuk berfoto di latar belakangi Mannekin Pis. Sudut jalan Rue de L'Etuve dan Rue des Grands Carmes yang sangat terkenal, saya agak bingung, mengapa sebuah patung seperti itu menjadi terkenal ke seluruh dunia? Apa yang membuat istimewa sebuah patung perunggu setinggi sekitar 60 cm yang berdiri di bawah kolam kecil.
Karena rasa penasaran terhadap Mannekin Pis yang menjadi kebanggaan masyarakat Brussel, saya mencari tahu sejarahnya saat berada di Brussel. Ternyata ada beberapa versi cerita, salah satunya mengisahkan seorang ibu yang kehilangan anaknya dan diketemukan saat anaknya sedang pipis di sebuah gang. Versi lain patung ini adalah sebagai bentuk terima kasih masyarakat Brussel karena telah dibuatkan air mancur.
Brussel di Belgia banyak tempat yang menarik untuk dikunjungi, termasuk Atomium yaitu sebuah monumen setinggi 103 meter yang dibangun di pinggiran Kota Brusel. Atomium Square Laeken, Brussels 1020, Belgia itu itulah lokasinya. Dibangun pada tahun 1958, monumen ini berbentuk kristal besi sebanyak 9 buah bola baja. Awalnya, Atomium ini hanya didesain untuk berdiri selama 6 bulan namun bisa bertahan sampai sekarang.
Mulai Maret 2004, Atomium direnovasi lapisan aluminium diganti menjadi baja tahan karat. Untuk meringankan beban, lapisan aluminium yang dilepas dijual sebagai suvenir pada publik. Sebenarnya tidak cukup hanya dua hari untuk menjelajah Brussel, namun walaupun demikian cukup puas apalagi sempat membeli wafel dan coklat Belgia yang terkenal enak dan berkualitas. Dan rasanya, memang tiada duanya! Lelehan coklat belgia membaluti wafel yang renyah membuat lidah menari-nari.
Berjalan menyusuri trotoar Kota Brussel, menikmati keindahan kota. Plang yang cukup tinggi terpasang di trotoar jalanan bertuliskan bahasa Prancis "bienvenue" yang artinya selamat datang. Sore mulai menjelang lumayan lelah juga setelah sebelumnya beristirahat sambil makan siang menikmati masakan ala Eropa. Dua hari di Brussel akhirnya membawa kami kembali ke Roterdam di Belanda, sepanjang perjalanan menemui kincir angin yang terpasang di hamparan ladang.
Persediaan euro yang sudah menipis tidak membuat sedih karena puas melakukan perjalanan ke Brussel di Belgia, tempat yang tidak pernah diduga sebelumnya untuk didatangi. Brussel menyisakan kenangan indah, perjalanan dari Brussel ke Roterdam sekitar 3 jam kami nikmati dengan suka cita, dan lusanya kami bersiap menuju Paris dari Rotterdam dengan mempergunakan Kereta Api Thalys adalah kereta api berwarna merah berkecepatan tinggi yang berada di jaringan rel antara Paris dan Brussel. Thalys mengantarkan kami melihat keindahan yang lain di Benua Eropa.
Brussel Ibu Kota Belgia yang mempesona, memcatat keelokan yang tidak dimiliki oleh kota lainnya. Pikiran saya kembali menerawang mengingat setiap pelosok kotanya yang ramah, mungkin saja suatu saat saya bisa kembali menginjakkan kaki di tanah Brussel. Bruxelles me manque, ik mis Brussel, saya merindukanmu Brussel!
Brussel, Belgia
Label: Belgia, Brussel, Vinny Soemantri
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.