Petilasan Calon Arang yang kami datangi berada di sebuah area gerumbul seluas sekitar 200 m2, dan untuk mencapainya kami harus memasuki jalan tanah berumput di antara perladangan. Setelah keluar sekitar 250 meter dari jalan beraspal, mobil terpaksa berhenti karena tidak bisa melewati selokan kecil yang melintang jalan tanah.
Kami pun berjalan kaki sejauh 400 meter lagi di bawah terik ganas matahari Kediri, menapaki tanggul dan pematang, ditemani seorang penduduk setempat bernama Ki Sunyono yang datang berjalan kaki dan menyapa ketika kami masih termangu di mobil mereka-reka arah mana ke lokasi Petilasan Calon Arang berada. Mungkin ia melihat mobil kami lewat di pedukuhannya, dan lalu datang menyusul.
Gerumbul pepohonan yang berada di tengah ladang penduduk di Dukuh Butuh itu adalah tempat dimana Petilasan Calon Arang Kediri berada, dan di latar depan kanan adalah sebagian pematang rimbun yang kami lewati untuk sampai ke lokasi yang disebut sebagai petilasan Calon Arang itu. Ketika kecil, tak jarang saya menjumpai ular sawah melingkar di pematang yang saya lewati, tapi kali itu tidak.
Lokasinya memang tidak ideal karena berada di area terbuka yang agak jauh dari mana-mana, baik terik panas matahari atau pun hujan akan sama-sama merepotkan pengunjung yang datang. Di area Petilasan Calon Arang ini terdapat dua buah batu andesit datar yang diduga merupakan umpak atau batuan candi dengan dedaunan dan bunga kanthil sesaji tertebar di atasnya.
Ada beberapa versi kisah Calon Arang yang beredar di tengah masyarakat Jawa dan Bali, dari yang memberi gambaran hitam putih sebagai tukang sihir jahat yang menebar teluh karena anaknya tidak ada yang melamar, sampai pada penggambaran Calon Arang yang lebih berimbang dimana pada akhirnya ia dimurnikan jiwanya, dihilangkan rintangannya dan jiwanya masuk ke surga.
Sebuah anglo tembikar pembakaran dupa diletakkan di depan salah satu kelompok batu altar Petilasan Calon Arang. Di bagian kiri terdapat sebuah batu bundar berlubang bulat di tengahnya yang saya kira Yoni namun tak ada cerat di permukaanya, dan di sebelah kanan teronggok batu meninggi yang semula saya kira Lingga namun mungkin juga bukan.
Sebuah batu berbentuk limas terpancung dalam posisi terbalik, teronggok di bawah sebuah pohon di salah satu sisi Petilasan Calon Arang. Di lokasi petilasan ini setidaknya terdapat empat buah batu seperti ini dengan ukuran yang hampir sama, dan diduga merupakan umpak (alas pilar) bangunan. Tak ada satu pun batu yang diukir ataumemiliki ornamen tertentu.
Konon nama tempat yang sekarang menjadi Kecamatan Gurah ini, memang sebelumnya bernama Desa Girah. Entah memang benar demikian adanya, entah hanya agar ceritanya bisa sambung. Siang itu, hanya ada satu rombongan kecil yang berkunjung ke petilasan, mungkin karena hari yang sangat panas dan bulan puasa pula. Petilasan Calon Arang memang kabarnya baru ramai dikunjungi oleh peziarah pengalap berkah pada hari-hari Kliwonan, dan setiap tanggal 1 Suro.
Sunyono dengan pakaian sederhananya yang menjadi penunjuk jalan hingga kami bisa sampai ke situs Petilasan Calon Arang ini. Di sebelahnya ada batu persegi memanjang dengan lubang di kedua ujungnya yang agak meninggi. Di belakangnya terdaat sebuah batu segi empat cukup besar yang meninggi. Tak ada ornamen diukir di sana.
Menurutnya Petilasan Calon Arang ini sering dikunjungi orang dari sekitar Kediri maupun dari daerah lain, dari yang sekadar ingin tahu, sampai yang ingin mengalap berkah untuk kaya, sakti, cantik, dan lain sebagainya. Ketika sebuah nama terkenal disematkan di sebuah tempat, biasanya tak sulit untuk menarik perhatian orang yang memang menyenangi semua hal yang berbau mistik.
Ketika saya bertanya bagaimana sampai orang percaya bahwa tempat itu merupakan Petilasan Calon Arang, jawab Pak Sunyono mengambang tidak tegas. Yang ia tahu persis adalah bahwa sejak ia kecil tempat itu sudah ada, dan dikenal penduduk sebagai makam atau petilasan mBah Enuk, seorang janda. Mungkin karena kata janda itu lalu petilasan ini dikaitkan dengan nama janda Calon Arang, yang bermukim di Desa Girah.
Meski keberadaan Petilasan Calon Arang ini hanya berasal dari cerita penduduk setempat, tanpa ditopang oleh temuan prasasti pendukunga, namun kabarnya ada keinginan membangun area petilasan oleh orang asal Bali. Mungkin hubungannya dengan kepercayaan bahwa Calon Arang adalah putri seorang raja Bali yang diasingkan.
Bagaimana pun ada perasaan senang karena sudah berkunjung ke Petilasan Calon Arang Kediri ini, berkat kegigihan Sanusi. Kisah Calon Arang menjadi bagian sejarah yang bisa menjadi inspirasi, dan petilasan ini membantu orang untuk mengingatnya. Sayang, beberapa bulan lalu terbetik kabar kontroversi tentang situs ini, dan nomor hp kuncen yang saya cantumkan di bawah ini sudah tidak bisa dihubungi.
Petilasan Calon Arang
Alamat : Dukuh Butuh, Desa Sukorejo, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Pak Sunyono (Pak No), HP 08133 5108 8327. Lokasi GPS : -7.79706, 112.09029, Waze. Hotel di Kediri, Tempat Wisata di Kediri, Peta Wisata Kediri.Label: Calon Arang, Gurah, Jawa Timur, Kediri, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.