Gedung Candra Naya Jakarta adalah Cagar Budaya yang sudah lama saya cari dan ingin kunjungi, salah satunya karena namanya yang terdengar merdu. Sempat mengira lokasinya berada di Jl Hayam Wuruk, sehingga beberapa bulan lalu saya lambatkan laju mobil di jalan itu arah ke Harmoni, sembari mata berputar mencari-cari.
Belakangan informasi lokasinya baru jelas, bahwa gedung Candra Naya Jakarta tidak persis di pinggir jalan, namun tersembunyi di dalam kompleks superblok dimana terdapat Hotel Novotel, di Jl Gajah Mada. Jika datang dengan supir, maka pengunjung bisa turun tepat di sisi bangunan sayap kanan Candra Naya yang terlihat cantik.
Papan bertuliskan "Kopi Oey" dengan huruf Tionghoa di sebelahnya terlihat menempel pada dinding gedung sayap ini, yang digunakan sebagai kedai kopi bergaya oriental. Bangunan utama Candra Naya Jakarta berada di tengah, diapit bangunan sayap yang bentuknya simetris kiri kanan, dengan ruang terbuka diantara masing-masing bangunan.
Bangunan utama gedung Candra Naya Jakarta terlihat cantik dengan atap lengkung pelana yang menjadi ciri khas bangunan Tionghoa, ditopang struktur rangka atap yang disebut Tou-Kung. Tidak ada patung naga, namun ada dua patung ayam yang bertengger di kedua ujung bawah atap. Ada pula ornamen burung Hong, daun, bunga pada krepus.
Gedung Candra Naya sempat terlantar sebelum dibeli Modern Group pada 1992, membuat gedung ini kini dikepung bangunan superblok dan hotel di depannya. Usulan merelokasi Candra Naya ke TMII pada 2003 ditolak Gubernur DKI Sutiyoso, sehingga Candra Naya menjadi bagian heritage di kompleks hunian dan komersial terpadu Green Central City (GCC).
Di bawah dua aksara Tionghoa keemasan pada pintu yang terbuka, terdapat pengetuk pintu besi bulat dengan ornamen penolak bala berbentuk segi delapan yang disebut Pa Kua, melambangkan empat penjuru angin dan empat penjuru angin tambahannya. Pa Kua dipercayai mampu mengusir roh jahat dan melindungi penghuninya dari pengaruh buruk.
Di teras depan ada papan nama bertuliskan Candra Naya. Pintu dan kusen dicat hijau dengan ornamen keemasan. Lampion dan aksesori khas Tionghoa lainnya bergelantungan di langit teras. Di atas kusen pintu terdapat ornamen keemasan berupa ukiran rusa dan angsa. Warna keemasan adalah lambang kekayaan dan kemakmuran.
Di ruang depan yang dulu tempat menerima tamu terdapat foto Khouw Kim An semasa berpangkat kapten dan setelah menjadi mayor di kiri kanan tembok. Khouw Kim An lahir di Batavia pada 5 Juni 1879. Ia fasih berbahasa Belanda meskipun dididik di sekolah Hokkien. Khouw Kim An menjadi salah satu pendiri Tiong Hwa Hwe Kwan Jakarta yang berdiri pada 1900.
Pada 1905 Khouw Kim An diberi pangkat letnan oleh Belanda, dan tiga tahun kemudian ia dipromosi menjadi kapten, dan naik pangkat lagi menjadi mayor pada 1910. Karena itulah Candra Naya dulu disebut sebagai Rumah Mayor. Tidak jelas apakah Khouw Tjeng Tjoan (ayah Khouw Kim An) yang membangun Candra Naya atau Khouw Tian Sek, kakeknya.
Khouw Kim An tinggal di Bogor sebelum menempati rumah warisan ayahnya ini pada 1934. Selain pengusaha, Khouw Kim An juga pemegang saham di Bataviaasche Bank. Pada masa pendudukan Jepang, Khouw ditawan dan meninggal di kamp konsetrasi Jepang pada 13 Februari 1945. Ia dimakamkan di dekat kompleks pemakaman keluarga Khouw di Jati Petamburan.
Sekitar 1946 berdiri Sin Ming Hui (Perkumpulan Sinar Baru) dan menyewa Candra Naya sebagai pusat kegiatannya. Mereka mendirikan klinik cikal bakal RS Sumber Waras. Di tempat ini juga diselenggarakan kompetisi bukutangkis pertama yang diadakan PBSI, kompetisi bilyar dan angkat berat pertama di Jakarta, serta sebagai tempat belajar kung fu.
Gedung Candra Naya Jakarta juga pernah digunakan Sin Ming Hui untuk gedung SD, SMP, SMA, dan berkembang menjadi Universitas Tarumanegara. Para fotografer juga pernah menggunakannya sebagai tempat berkumpul. Pada 1965, Sin Ming Hui berganti nama menjadi "Perkoempoelan Sosial Tjandra Naja" atas saran Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa.
Ornamen sepasang singa berwarna keemasan terlihat di langit-langit bagian dalam Gedung Candra Naya Jakarta. Ragam hias lainnya pada struktur kayu adalah suluran, bunga, buku, kecapi, papan catur dan gulungan lukisan yang menjadi perlambang bahwa pemilik rumah adalah seorang cendekiawan kaya. Selain sebagai tempat pameran, di ruang ini juga kadang diselenggarakan pertunjukan Wayang Potehi.
Dari tahun 1960-an hingga 1970-an Candra Naya menjadi tempat pesta pernikahan kaum kelas atas. Sukurlah Gedung Candra Naya Jakarta telah menjadi Cagar Budaya, sehingga jejak sejarahnya terpelihara, meskipun terjepit di tengah bangunan. Pelestarian peninggalan bersejarah membuat Jakarta menjadi sebuah kota elok yang berjiwa.
Alamat Gedung Candra Naya ada di Jl Gajah Mada 188, Jakarta Barat. Lokasi GPS : -6.14753, 106.815, Waze. Hotel di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Nomor Telepon Penting, Peta Wisata Jakarta, Peta Wisata Jakarta Barat, Rute dan Jadwal Lengkap KRL Commuter Line Jabodetabek, Rute Lengkap TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Trayek Bus Damri Bandara Soekarno - Hatta
Belakangan informasi lokasinya baru jelas, bahwa gedung Candra Naya Jakarta tidak persis di pinggir jalan, namun tersembunyi di dalam kompleks superblok dimana terdapat Hotel Novotel, di Jl Gajah Mada. Jika datang dengan supir, maka pengunjung bisa turun tepat di sisi bangunan sayap kanan Candra Naya yang terlihat cantik.
Papan bertuliskan "Kopi Oey" dengan huruf Tionghoa di sebelahnya terlihat menempel pada dinding gedung sayap ini, yang digunakan sebagai kedai kopi bergaya oriental. Bangunan utama Candra Naya Jakarta berada di tengah, diapit bangunan sayap yang bentuknya simetris kiri kanan, dengan ruang terbuka diantara masing-masing bangunan.
Bangunan utama gedung Candra Naya Jakarta terlihat cantik dengan atap lengkung pelana yang menjadi ciri khas bangunan Tionghoa, ditopang struktur rangka atap yang disebut Tou-Kung. Tidak ada patung naga, namun ada dua patung ayam yang bertengger di kedua ujung bawah atap. Ada pula ornamen burung Hong, daun, bunga pada krepus.
Gedung Candra Naya sempat terlantar sebelum dibeli Modern Group pada 1992, membuat gedung ini kini dikepung bangunan superblok dan hotel di depannya. Usulan merelokasi Candra Naya ke TMII pada 2003 ditolak Gubernur DKI Sutiyoso, sehingga Candra Naya menjadi bagian heritage di kompleks hunian dan komersial terpadu Green Central City (GCC).
Khouw Tian Sek
Jika bukan dibangun pada tahun kelinci 1867 oleh Khouw Tjeng Tjoan, maka Candra Naya dibangun Khouw Tian Sek pada tahun kelinci 1807 untuk menyambut kelahiran puteranya pada 1808. Perkiraan dibangunnya Candra Naya pada tahun kelinci itu berasal dari lukisan dengan tulisan memakai karakter Han yang berarti "Pada musim gugur di tahun kelinci"Di bawah dua aksara Tionghoa keemasan pada pintu yang terbuka, terdapat pengetuk pintu besi bulat dengan ornamen penolak bala berbentuk segi delapan yang disebut Pa Kua, melambangkan empat penjuru angin dan empat penjuru angin tambahannya. Pa Kua dipercayai mampu mengusir roh jahat dan melindungi penghuninya dari pengaruh buruk.
Di teras depan ada papan nama bertuliskan Candra Naya. Pintu dan kusen dicat hijau dengan ornamen keemasan. Lampion dan aksesori khas Tionghoa lainnya bergelantungan di langit teras. Di atas kusen pintu terdapat ornamen keemasan berupa ukiran rusa dan angsa. Warna keemasan adalah lambang kekayaan dan kemakmuran.
Mayor Khouw Kim An
Pada dinding kanan ada tulisan yang berisi sejarah Candra Naya, sedangkan tulisan pada dinding kiri menceritakan sosok Mayor Khouw Kim An, pemilik dan penghuni awal bangunan ini. Pajangan kayu akan digunakan sebagai dudukan keramik Tiongkok yang hendak dipamerkan. Selain sebagai tempat pameran, kadang juga ada pertunjukan Wayang Potehi di sini.Di ruang depan yang dulu tempat menerima tamu terdapat foto Khouw Kim An semasa berpangkat kapten dan setelah menjadi mayor di kiri kanan tembok. Khouw Kim An lahir di Batavia pada 5 Juni 1879. Ia fasih berbahasa Belanda meskipun dididik di sekolah Hokkien. Khouw Kim An menjadi salah satu pendiri Tiong Hwa Hwe Kwan Jakarta yang berdiri pada 1900.
Pada 1905 Khouw Kim An diberi pangkat letnan oleh Belanda, dan tiga tahun kemudian ia dipromosi menjadi kapten, dan naik pangkat lagi menjadi mayor pada 1910. Karena itulah Candra Naya dulu disebut sebagai Rumah Mayor. Tidak jelas apakah Khouw Tjeng Tjoan (ayah Khouw Kim An) yang membangun Candra Naya atau Khouw Tian Sek, kakeknya.
Khouw Kim An tinggal di Bogor sebelum menempati rumah warisan ayahnya ini pada 1934. Selain pengusaha, Khouw Kim An juga pemegang saham di Bataviaasche Bank. Pada masa pendudukan Jepang, Khouw ditawan dan meninggal di kamp konsetrasi Jepang pada 13 Februari 1945. Ia dimakamkan di dekat kompleks pemakaman keluarga Khouw di Jati Petamburan.
Ragam Hias
Struktur kayu pada langit-langit ruangan dan ragam hias bagian dalam gedung Candra Naya yang berupa buku, kecapi, papan catur dan gulungan lukisan, dianggap menjadi perlambang bahwa pemilik rumah ini adalah seorang cendekiawan yang kaya. Di langit-langit rumah juga terdapat ornamen dua ekor naga yang berwarna keemasan.Sekitar 1946 berdiri Sin Ming Hui (Perkumpulan Sinar Baru) dan menyewa Candra Naya sebagai pusat kegiatannya. Mereka mendirikan klinik cikal bakal RS Sumber Waras. Di tempat ini juga diselenggarakan kompetisi bukutangkis pertama yang diadakan PBSI, kompetisi bilyar dan angkat berat pertama di Jakarta, serta sebagai tempat belajar kung fu.
Gedung Candra Naya Jakarta juga pernah digunakan Sin Ming Hui untuk gedung SD, SMP, SMA, dan berkembang menjadi Universitas Tarumanegara. Para fotografer juga pernah menggunakannya sebagai tempat berkumpul. Pada 1965, Sin Ming Hui berganti nama menjadi "Perkoempoelan Sosial Tjandra Naja" atas saran Lembaga Pembina Kesatuan Bangsa.
Ornamen sepasang singa berwarna keemasan terlihat di langit-langit bagian dalam Gedung Candra Naya Jakarta. Ragam hias lainnya pada struktur kayu adalah suluran, bunga, buku, kecapi, papan catur dan gulungan lukisan yang menjadi perlambang bahwa pemilik rumah adalah seorang cendekiawan kaya. Selain sebagai tempat pameran, di ruang ini juga kadang diselenggarakan pertunjukan Wayang Potehi.
Dari tahun 1960-an hingga 1970-an Candra Naya menjadi tempat pesta pernikahan kaum kelas atas. Sukurlah Gedung Candra Naya Jakarta telah menjadi Cagar Budaya, sehingga jejak sejarahnya terpelihara, meskipun terjepit di tengah bangunan. Pelestarian peninggalan bersejarah membuat Jakarta menjadi sebuah kota elok yang berjiwa.
Alamat Gedung Candra Naya ada di Jl Gajah Mada 188, Jakarta Barat. Lokasi GPS : -6.14753, 106.815, Waze. Hotel di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Nomor Telepon Penting, Peta Wisata Jakarta, Peta Wisata Jakarta Barat, Rute dan Jadwal Lengkap KRL Commuter Line Jabodetabek, Rute Lengkap TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Trayek Bus Damri Bandara Soekarno - Hatta
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.