Gereja Sion Jakarta merupakan sebuah bangunan kuno antik peninggalan dari jaman kolonial Belanda yang lokasinya berada di Jl Pangeran Jayakarta No. 1, Jakarta Barat. Jika dari Stasiun Kereta Api Kota (Beos) maka jaraknya hanya sekitar 200 meter, dengan bagian sisi Utara menghadap ke arah Jalan Mangga Dua Raya. Halaman parkir Gereja Sion Jakarta ada di sisi Utara, dimana terdapat genta.
Area parkir juga berada di sisi sebelah Selatan, sedangkan halaman bagian depan terpotong cukup banyak karena terkena pelebaran Jalan Pangeran Jayakarta pada 1984. Ada taman, menyisakan lintasan kendaraan keluar masuk area parkir. Jika taman Gereja Sion Jakarta ini terlihat cukup terawat, tidak demikian dengan gedungnya.
Gedung Gereja Sion yang kokoh dan sesungguhnya sangat cantik ini sudah memerlukan perawatan segera. Kesan itu terpampang nyata bahkan sebelum masuk ke dalam gedung. Sisi Utara Gereja Sion Jakarta. Di bawah atap rumahan yang disangga tiang kayu itu terdapat sebuah genta cukup besar.
Cat pintu kayu warnanya sudah pudar, demikian juga warna cat di keempat jendela serta temboknya. Ujung bawah pintu kayunya pun rompal. Nama Sion gereja berasal dari kata Zion, yang umumnya diartikan sebagai "kesucian dalam hati". Zion sering digunakan untuk merujuk pada orang-orang Tuhan atau Gereja dan mereka yang memiliki kepentingan dengannya.
Tengara papan nama dan sepetak taman tampak terlihat di bagian muka bangunan cagar budaya ini. Setelah Olyve bertemu dengan penjaga kami pun masuk melewati pintu kayu lengkung diapit pilar dan ornamen bergaya Romawi dengan tulisan "Sion" dan angka 317, serta lambang salib. Angka 317 menunjukkan bahwa Gereja Sion telah berumur 317 tahun saat kami berkunjung awal Februari lalu.
Kabarnya Gereja Sion dibangun dengan landasan 10.000 balok kayu bundar, dibuat berdasarkan rancangan E. Ewout Verhagen dari Rotterdam. Bangunan Gereja Sion berbentuk kotak berukuran 24 x 32 meter, dan mampu menampung sampai 1.000 jemaat. Semacam bilik terbuka berada di sisi kiri kanan depan ruangan utama. Di belakangnya terdapat pemisah kayu dengan ornamen bunga, daun, dan sepasang burung.
Di bawah ornamen ada tulisan "Diaienen", sedangkan pada sisi seberangnya terdapat tulisan "Predi an en en ouderlingen". Yang terakhir sepertinya dimaksudkan buat pendeta dan orang tua. Diantara jendela-jendela besar pada dinding Gereja Sion terdapat tengara berisi tulisan-tulisan dalam bahasa Belanda.
Ada tangga kayu pada balkon yang menuju ke ruang paling atas yang tidak saya kunjungi, mungkin karena gelap, mungkin juga karena tidak begitu yakin dengan kondisi tangga yang sebenarnya masih terlihat cukup baik itu.
Relief keemasan terlihat pada dinding kiri di bawah balkon. Relief itu rupanya tengara kubur atau nisan kubur Belanda. Pada tahun 1790 saja kabarnya ada 2.381 orang yang dimakamkan di area Gereja Sion, namun hanya sedikit kubur yang masih tersisa saat ini. Menanam jasad orang mati di sekitar gereja merupakan hal yang lazim pada masa itu.
Skripsi Prita Nur Aini Sandjojo dari Fakultas Pengetahuan Budaya Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia menyebut tulisan itu berbunyi "Hier Rvst Ontslapen Inden Heer Op Acht Ienden Mey 1653 Den EDL: Heer Carel Reniersen Insyn Leveen Goveernevr Generael Van Indea", yang diterjemahkan Prita "Di sini beristirahat di sisi Tuhan pada tanggal 18 Mei 1653 Yang Mulia Tuan Carel Reniersen Semasa hidupnya Gubernur Jenderal Hindia".
Sedangkan tulisan di sebelah kanan berbunyi "Hier Leyt Begraven D:Eerbaere Joff Judith Barra Van Amstel Dam Huysvrouw Van Dee Heer Carel Reniers Raadt Van Indien Sterf Intjaarons Heeren Jesu Christi MDC XlVI Den XXI Julii MDC XLVI Den XXI Julii Oudt Xxv Jaaren X Maenden" yang diterjemahkan Prita "Di sini berbaring dimakamkan Nyonya Judith Barra van Amstel Dam Istri dari Tuan Carel Reniers Anggota Dewan Hindia yang telah meninggal dalam tahun Masehi pada tanggal 21 Juli 1656 pada usia 25 tahun 10 bulan".
Di ujung ruang utama Gereja Sion Jakarta terdapat sebuah pintu dan di atasnya ada balkon kaya ornamen, disangga empat pilar kayu. Pada balkon terdapat organ pipa (orgel). Empat lampu gantung besar antik terbuat dari tembaga menggantung rendah diantara pilar, namun cukup tinggi untuk tidak menyentuh kepala orang.
De Mardijkers adalah sebutan bagi mantan serdadu Portugis keturunan India dan Afrika yang menjadi tawanan Belanda di Batavia dan kemudian dibebaskan setelah bersedia beralih agama dari Katolik menjadi Protestan. Keturunan mereka bisa dijumpai di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, dengan ikon Gereja Tugu yang dibangun pada 1661. Di tempat itu, setiap pertengahan tahun, diselenggarakan Festival Kampung Tugu untuk menjaga dan menghidupkan kebudayaan leluhur para Mardijkers itu.
Di belakang kiri meja ada bangku asli Gereja Sion yang tersisa. Sedangkan bangku pada ruang utama merupakan bangku baru. Bisa dimaklumi karena Gereja Sion sudah sangat tua, diresmikan pada 23 Oktober 1695. Pemberkatannya dilakukan oleh Pendeta Theodorus Zas. Peletakan batu pertama pembangunan gedungnya dilakukan dua tahun sebelumnya oleh Pieter van Hoorn pada 19 Oktober 1693.
Setelah puas melihat-lihat saya melangkah menuju dekat ke pintu keluar, mengisi buku tamu, dan hendak memberikan tips kepada penjaga. Namun penjaga meminta saya untuk memasukkan uang itu ke dalam kotak. Setelah saya memasukkan derma ke dalam kotak, barulah ia bersedia menerima tips.
Melangkah keluar pintu saya baru melihat ada beberapa buah prasasti kubur di halaman Gereja Sion, salah satunya adalah tengara kubur yang terbuat dari bahan tembaga milik Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon yang meninggal 1728. Tengara kubur lainnya ada yang masih bisa dibaca, namun ada pula yang sudah hilang sama sekali aksaranya, rata dengan lempeng tembaganya.
Alamat Gereja Sion Jakarta berada di Jl Pangeran Jayakarta No 1, Jakarta Barat. Telp./Fax. 021-6267457. Lokasi GPS : -6.138237, 106.817646, Waze. Hotel di Jakarta Barat, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Nomor Telepon Penting.
Area parkir juga berada di sisi sebelah Selatan, sedangkan halaman bagian depan terpotong cukup banyak karena terkena pelebaran Jalan Pangeran Jayakarta pada 1984. Ada taman, menyisakan lintasan kendaraan keluar masuk area parkir. Jika taman Gereja Sion Jakarta ini terlihat cukup terawat, tidak demikian dengan gedungnya.
Gedung Gereja Sion yang kokoh dan sesungguhnya sangat cantik ini sudah memerlukan perawatan segera. Kesan itu terpampang nyata bahkan sebelum masuk ke dalam gedung. Sisi Utara Gereja Sion Jakarta. Di bawah atap rumahan yang disangga tiang kayu itu terdapat sebuah genta cukup besar.
Cat pintu kayu warnanya sudah pudar, demikian juga warna cat di keempat jendela serta temboknya. Ujung bawah pintu kayunya pun rompal. Nama Sion gereja berasal dari kata Zion, yang umumnya diartikan sebagai "kesucian dalam hati". Zion sering digunakan untuk merujuk pada orang-orang Tuhan atau Gereja dan mereka yang memiliki kepentingan dengannya.
Tengara papan nama dan sepetak taman tampak terlihat di bagian muka bangunan cagar budaya ini. Setelah Olyve bertemu dengan penjaga kami pun masuk melewati pintu kayu lengkung diapit pilar dan ornamen bergaya Romawi dengan tulisan "Sion" dan angka 317, serta lambang salib. Angka 317 menunjukkan bahwa Gereja Sion telah berumur 317 tahun saat kami berkunjung awal Februari lalu.
Riwaya Pemugaran
Sepanjang perjalanan sejarahnya, Gereja Sion pernah mengalami pemugaran pada 1920 serta 1978. Kini Gereja Sion sudah membutuhkan pemugaran lagi. Meskipun tetap digunakan sebagai tempat ibadah, namun bangunan Gereja Sion ini dikelola dan diawasi oleh dinas kebudayaan dan permuseuman bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.Kabarnya Gereja Sion dibangun dengan landasan 10.000 balok kayu bundar, dibuat berdasarkan rancangan E. Ewout Verhagen dari Rotterdam. Bangunan Gereja Sion berbentuk kotak berukuran 24 x 32 meter, dan mampu menampung sampai 1.000 jemaat. Semacam bilik terbuka berada di sisi kiri kanan depan ruangan utama. Di belakangnya terdapat pemisah kayu dengan ornamen bunga, daun, dan sepasang burung.
Di bawah ornamen ada tulisan "Diaienen", sedangkan pada sisi seberangnya terdapat tulisan "Predi an en en ouderlingen". Yang terakhir sepertinya dimaksudkan buat pendeta dan orang tua. Diantara jendela-jendela besar pada dinding Gereja Sion terdapat tengara berisi tulisan-tulisan dalam bahasa Belanda.
Ada tangga kayu pada balkon yang menuju ke ruang paling atas yang tidak saya kunjungi, mungkin karena gelap, mungkin juga karena tidak begitu yakin dengan kondisi tangga yang sebenarnya masih terlihat cukup baik itu.
Mimbar Gaya Barok
Pilar penyangga atap Gereja Sion terlihat besar dan kokoh. Pandangan dari bawah balkon memperlihatkan kanopi mimbar dengan tiang ulir bermahkota. Mimbar antik bergaya Barok ini terbuat dari kayu hitam (Ebony), meski sudah terlihat kusam namun merupakan perabot asli Gereja Sion pemberian H. Bruijn. Empat jendela kaca besar masing-masing di kiri kanan ruangan, serta dua jendela lagi masing-masing di bagian depan dan belakang, memberi pencahayaan yang cukup baik.Relief keemasan terlihat pada dinding kiri di bawah balkon. Relief itu rupanya tengara kubur atau nisan kubur Belanda. Pada tahun 1790 saja kabarnya ada 2.381 orang yang dimakamkan di area Gereja Sion, namun hanya sedikit kubur yang masih tersisa saat ini. Menanam jasad orang mati di sekitar gereja merupakan hal yang lazim pada masa itu.
Skripsi Prita Nur Aini Sandjojo dari Fakultas Pengetahuan Budaya Program Studi Arkeologi Universitas Indonesia menyebut tulisan itu berbunyi "Hier Rvst Ontslapen Inden Heer Op Acht Ienden Mey 1653 Den EDL: Heer Carel Reniersen Insyn Leveen Goveernevr Generael Van Indea", yang diterjemahkan Prita "Di sini beristirahat di sisi Tuhan pada tanggal 18 Mei 1653 Yang Mulia Tuan Carel Reniersen Semasa hidupnya Gubernur Jenderal Hindia".
Sedangkan tulisan di sebelah kanan berbunyi "Hier Leyt Begraven D:Eerbaere Joff Judith Barra Van Amstel Dam Huysvrouw Van Dee Heer Carel Reniers Raadt Van Indien Sterf Intjaarons Heeren Jesu Christi MDC XlVI Den XXI Julii MDC XLVI Den XXI Julii Oudt Xxv Jaaren X Maenden" yang diterjemahkan Prita "Di sini berbaring dimakamkan Nyonya Judith Barra van Amstel Dam Istri dari Tuan Carel Reniers Anggota Dewan Hindia yang telah meninggal dalam tahun Masehi pada tanggal 21 Juli 1656 pada usia 25 tahun 10 bulan".
Organ Pipa
Saya sempat memotret Orgel yang ada di balkon Gereja Sion Jakarta pemberian putri pendeta John Maurits Moor. Tulisan pada pelat kuningan yang menempel pada kayu orgel berbunyi "Bekker - Lefebre, Weltevreben". Organ Pipa (Orgel) adalah organ akustik yang memiliki pipa-pipa besar untuk menghasilkan bunyi. Masih di atas balkon terdapat terdapat sebuah roda dengan ban karet melingkari roda kecilnya, namun saya lupa menanyakan apa fungsinya.Di ujung ruang utama Gereja Sion Jakarta terdapat sebuah pintu dan di atasnya ada balkon kaya ornamen, disangga empat pilar kayu. Pada balkon terdapat organ pipa (orgel). Empat lampu gantung besar antik terbuat dari tembaga menggantung rendah diantara pilar, namun cukup tinggi untuk tidak menyentuh kepala orang.
Gereja Luar Portugis
Dulu Gereja Sion dikenal dengan nama De Nieuwe Portugeesche Buitenkerk atau Gereja Luar Portugis Yang Baru, menandai bahwa lokasinya berada di luar dinding kota Batavia ketika itu. Pada masa itu Gereja Sion Jakarta juga dikenal dengan nama Belkita, dan karena semula diperuntukkan bagi para Mardijkers (Portugis Hitam) maka orang bule juga menyebutnya sebagai Black Portuguese Church.De Mardijkers adalah sebutan bagi mantan serdadu Portugis keturunan India dan Afrika yang menjadi tawanan Belanda di Batavia dan kemudian dibebaskan setelah bersedia beralih agama dari Katolik menjadi Protestan. Keturunan mereka bisa dijumpai di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, dengan ikon Gereja Tugu yang dibangun pada 1661. Di tempat itu, setiap pertengahan tahun, diselenggarakan Festival Kampung Tugu untuk menjaga dan menghidupkan kebudayaan leluhur para Mardijkers itu.
The Last Supper
Dari dekat mimbar saya masuk ke ruangan bagian belakang Gereja Sion melewati pintu kayu dengan lukisan kaca patri "The Last Supper", acara makan malam terakhir Yesus bersama duabelas rasul sebelum hari kematiannya. Ruangan belakang Gereja Sion ini berukuran 6 x 18 m, dengan meja panjang antik yang kursinya tersisa tujuh dan sudah di'museum'kan.Di belakang kiri meja ada bangku asli Gereja Sion yang tersisa. Sedangkan bangku pada ruang utama merupakan bangku baru. Bisa dimaklumi karena Gereja Sion sudah sangat tua, diresmikan pada 23 Oktober 1695. Pemberkatannya dilakukan oleh Pendeta Theodorus Zas. Peletakan batu pertama pembangunan gedungnya dilakukan dua tahun sebelumnya oleh Pieter van Hoorn pada 19 Oktober 1693.
Setelah puas melihat-lihat saya melangkah menuju dekat ke pintu keluar, mengisi buku tamu, dan hendak memberikan tips kepada penjaga. Namun penjaga meminta saya untuk memasukkan uang itu ke dalam kotak. Setelah saya memasukkan derma ke dalam kotak, barulah ia bersedia menerima tips.
Melangkah keluar pintu saya baru melihat ada beberapa buah prasasti kubur di halaman Gereja Sion, salah satunya adalah tengara kubur yang terbuat dari bahan tembaga milik Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon yang meninggal 1728. Tengara kubur lainnya ada yang masih bisa dibaca, namun ada pula yang sudah hilang sama sekali aksaranya, rata dengan lempeng tembaganya.
Alamat Gereja Sion Jakarta berada di Jl Pangeran Jayakarta No 1, Jakarta Barat. Telp./Fax. 021-6267457. Lokasi GPS : -6.138237, 106.817646, Waze. Hotel di Jakarta Barat, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Nomor Telepon Penting.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.