Jembatan ini dinamakan Jembatan Siti Nurbaya Padang mungkin karena di seberang sungai ini, beberapa meter sebelum puncak Bukit Gunung Padang, terdapat sebuah ceruk yang dipercaya sebagai tempat disemayamkannya jasad Siti Nurbaya. Satu hal yang baru saya ketahui pada saat berkunjung dan hendak menelusuri sejumlah tempat di ke kota ini.
Adalah Marah Roesli, sastrawan kelahiran Padang 7 Agustus 1889, yang membuat semua orang yang pernah sekolah dasar mengenal nama wanita yang dipaksa kawin oleh orang tuanya itu, lewat karya monumentalnya berjudul Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai) yang diterbitkan pertama kali pada 1922 oleh penerbit Balai Pustaka.
Perahu pesiar atau yacht seperti ini juga mudah ditemui di sekitar Jembatan Siti Nurbaya. Tempatnya yang cukup terlindung dari gelombang laut luas membuat pemilik perahu merasa nyaman untuk menambatkan perahu di sekitar jembatan ini. Muara Batang Arau ini cukup lebar dan banyak perahu yang sandar dan melintas di sungai yang berhulu di Bukit Barisan ini.
Pelabuhan di muara Batang Arau ini dikenal dengan nama Pelabuhan Muara, yang merupakan pintu gerbang angkutan laut antar pulau, terutama menuju dan dari Kepulauan Mentawai, Pulau Sikuai, Pulau Siberut, Pulau Pagang dan pulau lainnya. Pelabuhan Muara waktu itu hendak dikembangkan seperti kawasan Marina di Ancol, Jakarta. Mestinya kondisi sekarang ini sudah jauh lebih baik.
Penampakan Jembatan Siti Nurbaya dari atas, yang waktu itu sedang terlihat kusam dengan banyak corat-coret pada beton dan dudukan lampunya. Pemeliharaan fasilitas publik sering menjadi masalah, apalagi jika setiap lima tahun pemimpin daerah bisa berganti dan perhatian pada fasilitas publik yang tadinya baik bisa berubah, atau sebaliknya.
Di bagian kiri dan kanan Jembatan Siti Nurbaya ini terdapat jalur pedestrian yang cukup lapang untuk orang berjalan berpapasan, yang dipisahkan dari jalur utama untuk kendaraan bermotor dengan deretan tiang-tiang lampu jalan yang tampaknya akan terlihat cantik ketika semua lampu menyala saat malam telah jatuh. Apalagi jika lampu-lampunya telah direvitalisasi.
Jembatan Siti Nurbaya dilihat dari depan Gedung Bank Indonesia, sebuah gedung tua bergaya kolonial yang terlihat masih cantik saat itu. Sebenarnya semua gedung tua dari jaman kolonial akan tetap terlihat cantik cukup dengan mengecatnya putih bersih dan merawat bagian kayunya. Sebagian hijau perbukitan Gunung Padang tampak di latar belakang.
Jembatan Siti Nurbaya tampaknya merupakan salah satu tengara penting Kota Padang, yang jika belum berkunjung ke jembatan ini boleh dikatakan belum lengkap melihat ibukota Sumatera Barat ini. Mungkin sama halnya orang belum lengkap melihat Jakarta jika belum melihat Marina di kawasan Ancol di Jakarta Utara. Sukur jika sempat menyeberang ke Pulau Seribu.
Pemandangan pada kolong Jembatan Siti Nurbaya Padang dengan permukaan aliran air Batang Arau yang terlihat tenang, serta beberapa perahu angkutan antar pulau yang tengah sandar. Batang adalah sungai dalam bahasa setempat, sehingga tak perlu menyebutnya sebagai Sungai Batang Arau.
Beberapa yacht saat itu tengah bersandar di salah satu dermaga kecil di tepian Batang Arau, menunggu dipakai oleh pemilik atau penyewanya untuk pergi ke pulau atau memancing. Dermaga untuk wisata bahari berjarak sekitar 750 m dari Jembatan Siti Nurbaya ke sebelah kanan, dengan menyusur Jalan Batang Arau mendekati laut.
Di sore dan malam hari kabarnya ada penjual gorengan dan jagung bakar manis serta minuman hangat di sekitar Jembatan Siti Nurbaya ini, sehingga pengunjung bisa menikmati suasana matahari terbenam dengan lebih santai. Kerlap-kerlip perahu yang lalu lalang di malam hari bisa menjadi pemandangan yang menyenangkan di sini.
Jembatan Siti Nurbaya Padang
Alamat: Kawasan Kota Tua, di pertemuan, Jl. Nipah, Jl. Kelenteng dan Jl. Batang Arau, Kota Padang. Lokasi GPS : -0.9649059, 100.3587878, Waze. Referensi : Tempat Wisata di Padang, Peta Wisata Padang, Hotel Padang.Label: Jembatan, Padang, Sumatera Barat
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.