Ojek motor dengan mesin cukup kuat tampaknya menjadi tulang punggung transportasi para pelancong di kawasan Muria, mengingat jalannya yang berkelok menanjak dan lebar jalan yang terbatas. Jika ojek ke Puncak Colo di area makam sunan sepertinya sudah tertata dengan cukup baik, dan harga sewanya bisa dibilang standar, tampaknya tidak demikian dengan yang ada di Rejenu.
Sepintas memang sangat jelas perbedaan jumlah pengunjung ke Puncak Colo dan ke Makam Syekh Sadzali Rejenu, sangat jauh bedanya. Setidaknya itu yang saya amati waktu itu, meski jarak kedua tempat ini hanya sekitar 3 km saja, dengan lokasi Rejenu yang lebih tinggi memanjat Gunung Muria. Karenanya, jika di Colo tak banyak rimbun pepohonan yang bisa dinikmati, tidak demikian dengan di Rejenu.
Gapura paduraksa Makam Syekh Sadzali Rejenu Kudus yang diapit candi bentar pendek kami temui beberapa saat setelah turun dari ojeg dan lalu berjalan kaki menapaki undakan cukup banyak dengan kemiringan sekitar 45 derajad.
Ada lima piringan seperti itu dengan torehan berbeda, yang semuanya tak bisa saya baca. Pada dinding gapura candi bentar bagian bawah ada keramik bertulis aksara Arab gundul, namun hanya "Allah" yang bisa saya baca. Di atas lubang gapura ada lagi aksara Arab yang hurufnya jelas namun ragu keakuratan bacaan saya.
Suasana di dusun ini lumayan sunyi dengan perdu dan pepohonan terlihat dimana-mana, sebagian dengan batang yang besar, sebagian lagi sangat besar. Mengesankan. Pada gapura yang kami jumpai di sana menempel piringan keramik berwarna tembaga dengan lukisan suluran dan bebungaan, serta ada sebaris lengkung tulisan huruf Jawa.
Konon Makam Syekh Sadzali Rejenu ini ditemukan tiga orang musafir dari Arab yang mencari leluhurnya setelah mendapat petunjuk dari seorang tua. Si bapak penjaga itu mengatakan bahwa asal-usul Syekh Sadzali sudah pernah ditanyakan ke Habib Luthfi Pekalongan, dan menurutnya beliau ini hidup sebelum jaman wali songo.
Pandangan ke arah undakan terakhir menuju ke cungkup Makam Syekh Sadzali Rejenu Kudus sempat saya foto sebagai dokumentasi, sementara tanda panah ke kiri adalah menuju ke sendang air tiga rasa. Terlihat di atas undakan ada sosok beberapa orang yang tengah berjalan turun setelah berziarah.
Tak lebih dari empat orang yang saat itu meninggalkan area makam, yang memang tak bisa dibandingkan dengan jumlah puluhan orang atau bahkan ratusan yang pergi berziarah ke Makam Sunan Muria. Sebuah cungkup makam kami lihat sebelum sampai ke area Makam Syekh Sadzali. Tak tercantum nama di sana.
Si bapak penjaga dengan buku tamu di atas meja pendeknya sempat saya ambil fotonya. Letak lantai Makam Syekh Sadzali Rejenu entah dibuat lebih tinggi dari area serambi atau memang aslinya seperti itu. Adanya tembok bata merah membuat ruangan terlihat lebih cantik, meski terlihat atap sengnya.
Saya sempat berbincang sepintas dengannya saat mengisi buku tamu. Ia mengatakan bahwa masih belum jelas benar mengenai asal-usul Syekh Sadzali ini. Ada yang menyebut ia murid Sunan Muria, ada pula yang menyebut ia guru sang sunan karena letak makamnya berada di area yang lebih tinggi.
Selain Makam Syekh Sadzali, kabarnya ada sejumlah makam misterius di Rejenu yang hingga kini tak diketahui siapa pemiliknya. Lokasi makam yang berada di lereng gunung membuat cukup banyak undakan yang harus kami tapaki, namun tak sampai membuat lutut goyah. Lagipula hawa yang sejuk serta pemandangan sekitar membuat perjalanan tak begitu terasa.
Jirat kubur Makam Syekh Sadzali Rejenu dikelilingi kelambu yang dilindungi kisi kayu. Kelambu itu kabarnya dibuka dan diganti setiap tanggal 25 Syura dengan ritual Bukak Luwur. Rangkaian acaranya ada pengajian, khataman Al-Qur’an, tahlil, dan selamatan nasi tumpeng. Bekas kelambu kemudian menjadi rebutan peziarah. Di sebelah seorang remaja yang tengah membaca kitab suci di sisi makam, dengan latar sebuah batu besar yang sepertinya dikeramatkan, dilandasi tumpukan bata.
Bekas botol minuman penguat stamina pria yang ada di atas batu itu telah dipasangi sumbu untuk dijadikan penerang di malam hari. Listrik sebenarnya sudah masuk ke desa ini, namun mungkin memang sengaja dibuat seperti itu untuk menambah kekhusyukan.
Di dekat area makam ada sebuah musholla yang tak begitu besar ukurannya, dengan kentongan terlihat menggantung ebas bdi serambi kecilnya. Namun tak tampak ada bedug di sana, karena barangkali terlalu berat untuk menggotongnya naik hingga sampai ke tempat ini. Meski sederhana, namun atap tumpang dan pilarnya membuat musholla ini tampak lumayan cantik.
Selain ziarah, saya kira kawasan Rejenu masih punya ruang yang sangat besar untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata alam yang lebih menarik ketimbang puncak Colo, asalkan tak mengikuti jejak Colo yang panorama alamnya tersita semua oleh berlimpah ruahnya bangunan lapak dagangan. Sebagai langkah awal, jangan ciptakan kesan buruk pada peziarah dengan memasang harga ojek yang lebih mahal untuk turun dari Rejenu ketimbang harga saat naik ke sana.
Makam Syekh Sadzali Rejenu Kudus
Alamat : Desa Japan, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Lokasi GPS : -6.6512523, 110.9028652, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Kudus, Hotel Murah di Kudus, Peta Wisata Kudus, Tempat Wisata di Kudus.Label: Jawa Tengah, Kudus, Makam, Rejenu, Wali, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.