November 15, 2019

Masjid Agung Kudus

Waktu shalat maghrib baru saja masuk saat kami tiba pusat kota, dan saya pun memutuskan untuk singgah di Masjid Agung Kudus yang letaknya persis di sudut barat daya Alun-alun, menghadap arah ke timur. Sedangkan di sisi utara ada Pendopo Kabupaten Kudus dengan halaman memanjang, bersebelahan dengan Pujasera Taman Bojana.

Kami turun di depan gerbang, sementara Kasmudi mencari tempat lowong untuk parkir kendaraan di bahu jalan lantaran tak ada tempat parkir di halaman dalam masjid. Karena hari sudah mulai gelap maka baru pada keesokan harinya saya memotret Masjid Agung Kudus dari arah depan. Tempat mengambil air wudlu berada di sisi sebelah kanan dari arah masuk.

Tempat wudlu pria dan wanita dipisah. Untuk wanita ada di sisi sebelah kiri dengan akses langsung ke lantai dua yang dikhususkan bagi jamaah wanita. Di dekat tempat wudlu pria yang cukup luas terdapat sebuah bedug dan kentongan besar, digantung pada dudukan kayu ukir elok bertulis nama masjid di puncaknya. Menara masjid juga ada di sisi ini.

masjid agung kudus

Tampak luar Masjid Agung Kudus dengan deret pohon palm di halamannya yang sayangnya menutupi sebagian nama masjid. Ada pula beberapa pohon berukuran tanggung di sana. Tampaknya pohon besar rimbun yang berumur tua sudah menjadi kemewahan di banyak tempat seperti ini, dan biasanya pun hanya tersisa di alun-alun kota.

Namun entah mengapa Alun-alun Kudus saat itu hanya memiliki deretan pohon tanggung. Begitu pun cukup senang saya melihat arsitektur Masjid Agung Kudus yang masih bernuansa tradisional, dengan atap tajug atau limasan tumpang dan kemuncak berbentuk kelopak susun tiga yang bagian tertingginya menyerupai nenggala.

Pada menara Masjid Agung Kudus juga terdapat kemuncak kelopak bunga berwarna tembaga dengan huruf Arab berbunyi "Allah" berdiri di tengahnya. Bangunan masjid ini luasnya 1.409 m2, didirikan di atas tanah wakaf seluas 3.654 m2, ukuran yang lumayan memadai untuk bisa disebut sebagai masjid agung.

Sedangkan pada dinding menempel prasasti "Pemugaran Masjid Jami' Kudus" yang ditandatangani Menko Kesra Soepardjo Roestam pada Sabtu, 12 Oktober 1991. Masjid ini dahulu memang dikenal sebagai Masjid Jami'. Saya pribadi sangat setuju jika penamaan masjid sepenuhnya memakai nama lokal agar lebih membumi ke masyarakat.

masjid agung kudus

Ruangan utama Masjid Agung Kudus pada arah mihrab tampak masih sepi karena suara adzan baru saja dikumandangkan dan banyak orang masih sedang mengambil air wudlu. Pada dinding dalam ruangan imam, dimana menyatu dengan mimbar, menempel huruf Arab berbunyi "Allah". Selain jam duduk besar antik, lampu-lampu penerang dipasang dengan artistik.

Pilar-pilar beton ruang utama ini terlihat sangat kokoh, dengan umpak pendek dan lingkar tiang yang besar. Pada pusat ruangan masih terdapat empat soko guru terbuat dari kayu jati yang memberi kesan artistik tersendiri. Hanya empat baris terdepan yang lantainya dilapisi karpet sajadah, sedangkan sisanya telanjang dengan lapis keramik besar mengkilap.

Atap masjid yang bersusun tiga merupakan lambang Iman, Islam, dan Ihsan. Iman adalah percaya kepada Allah, malaikat, kitab, nabi dan rasul, hari kiamat, dan ketentuan baik buruk. Sementara rukun Islam adalah syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji. Ihsan yang berarti kesempurnaan adalah sikap dan cara pikir bahwa ketika menyembah Allah seolah-olah ia melihat-Nya dan Allah selalu melihat perbuatannya.

Lampu gantung yang elok terlihat dipasang di pusat langit-langit ruang utama Masjid Agung Kudus. Struktur kayu keempat sokoguru dengan ukirannya ikut menambah nilai artistiknya, diperkuat dengan garis-garis pada langit masjid. Ada banyak kipas angin dipasang secara menggantung untuk membantu sirkulasi udara agar ruangan terasa lebih sejuk.

Al-Quran berukuran besar ada di serambi masjid di dekat pintu tengah. Lembaran Al-Quran ini ditulis sesuai standar Utsmani Indonesia sehingga disebut Mushaf Al-Quran Pusaka standar, dibuat oleh Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran Kabupaten Kudus. Lembaran itu mulai ditulis pada Rabu Pahing 22 Ramadhan 1415 H (22 Februari 1995) dan diserahkan pada Senin 21 Ramadhan 1418 H (19 Januari 1998).

Empat soko guru kayu jati adalah simbol empat khalifah, yaitu Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Dahulu pilarnya berupa besi yang pada renovasi kedua tiang besi itu dilapisi kayu jati. Lantai masjid sebelumnya berupa keramik abu-abu sebelum diganti keramik berlapis marmer.

Bedug dan kentongan yang ada di serambi Masjid Raya Kudus terlihat masih elok meskipun sudah agak berumur. Terlihat bahwa kedua benda serta dudukannya dibuat oleh orang yang ahli di bidangnya. Di belakang bedug ada tempat penitipan sepatu, undakan menuju ke lantai dua, dan tempat wudlu pria berada di sisi sebelahnya kirinya.

Berdirinya masjid yang dibangun pada tahun 1853 itu diprakarsai oleh Muhammad Idris atau Raden Tumenggung Aryo Condro Negoro ke-IV, Bupati Kudus ke-4. Lokasi bangunan asli, yang dahulu dikenal sebagai Masjid Kriyan, letaknya di belakang Toko Sidodadi dan baru dipindahkan ke lokasi yang sekarang pada tahun 1991.

Akan halnya menara masjid yang tingginya mencapai 30 meter itu dibuat atas usul Gus Dur, dan dibangun dengan bantuan dana dari PT Djarum Kudus. Tampaknya menara ini tak memili dek pandang sebagaimana Masjid Agung Jawa Tengah di Semarang. Masjid yang bisa menampung 1700 jamaah jika dalam bentuk baris shaf itu dilengkapi perpustakaan, Unit Kesehatan Masjid, Koperasi, Gedung Masjelis Taqlim, dan TPQ.


Masjid Agung Kudus

Alamat : Gang Pesantren, Kerjasan, Kota Kudus, Kabupaten Kudus. Lokasi GPS : -6.8073229, 110.8413059, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Kudus, Hotel Murah di Kudus, Peta Wisata Kudus, Tempat Wisata di Kudus.
Label: Jawa Tengah, Kudus, Masjid, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.