Sebuah tempat menawarkan jasa sewa mobil minimum 4 jam, terlalu lama untuk nafsu memotret yang rendah, dan harga sewanya pun sedikit mahal. Percakapan singkat dengan resepsionis hotel merubah malam itu menjadi sedikit lebih berwarna.
Resepsionis itu berkata bahwa Jembatan Suramadu, tujuan utama saat itu, berjarak hanya beberapa menit dari hotel, dan ia membantu menemukan sewa mobil 3 jam dengan harga yang baik. Beberapa menit kemudian saya sudah berada di jalanan Surabaya, ditemani supir mobil sewaan.
Dari beberapa tempat yang rekomendasi teman, saya memutuskan untuk makan malam singkat di Soto Pak Sadi, di daerah Ambengan, yang rasanya seenak cabangnya yang di daerah Santa, Jakarta. Saat itulah supir menyebut nama Masjid Cheng Ho yang lokasinya ternyata cukup dekat dengan Soto Pak Sadi.
Ketika malam tiba, tampak depan Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dihiasi dengan lampu yang menambah keelokannya. Arsitektur masjid didominasi warna merah, hijau, dan kuning khas bangunan Tionghoa, yang membuat banyak pengunjung terpukau dengan keindahan arsitektur bangunan masjid yang unik dan menawan ini.
Foto sebelah kanan adalah ketika lampu di bawah kubah yang berbentuk pagoda telah dinyalakan sehingga terlihat terang.
Sebuah bedug tampak menggantung di selasar masjid sebelah kanan. Aksara kaligrafi Arab berbunyi “Allah” diletakkan di puncak atap masjid. .
Foto pertama adalah pandangan lebih dekat yang memperlihatkan ornamen kaca patri bertulis aksara Arab pada dinding atap tumpang pagoda berbentuk pat-kwa, serta huruf “Allah” di puncaknya.
Foto kedua adalah padangan pada lampu gantung yang berada di bagian bawah kubah pagoda.
Papan tengara nama masjid di atas lorong masuk ditulis dalam huruf Latin dan Tionghoa.
Pada dinding di sebelah atasnya terlihat ada huruf Arab dalam bentuk kaligrafi yang berbunyi "Allah" dan "Muhammad".
Lokasi masjid yang tak terlalu besar namun cantik ini letaknya berada di seberang gedung sebuah rumah sakit swasta di Surabaya.
Letaknya yang mudah dijangkau membuat masjid ini menjadi pilihan destinasi wisata religi di Surabaya yang menarik untuk dikunjungi, selain memberikan suasana yang tenang dan nyaman untuk beribadah.
Adalah adanya dua hiasan kaligrafi dalam huruf arab pada kedua sisi dinding luar yang membedakan Masjid Cheng Ho Surabaya dengan sebuah kelenteng, yang dicirikan dengan bentuk dan warna bangunan khas.
Masjid ini dibangun sebagai perwujudan mimpi komunitas Tionghoa Muslim Surabaya untuk memiliki tempat yang cukup baik untuk melakukan kegiatan ibadah.
Rancangan arsitektur masjid ini dibuat oleh Azis Johan, seorang insinyur asal Bojonegoro. Masjid Cheng Ho memakai nama seorang laksamana terkenal yang melakukan pelayaran legendaris ke kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan dan Afrika Timur dari tahun 1405 sampai 1433.
Bagian utama masjid yang berukuran 9 x 11 meter ini memiliki nilai simbolis.
Angka 9 melambangkan Wali Songo, 9 ulama Islam pada masa Kerajaan Demak yang sangat dihormati karena peranannya yang sangat besar dalam menyebarkan ajaran Islam di Indonesia, khususnya Jawa.
Sedangkan angka 11 melambangkan ukuran Ka'bah ketika pertama kali dibuat. Keberadaan Masjid Cheng Ho menjadi simbol toleransi dan harmoni antar umat beragama di Surabaya, dan di seluruh wilayah Nusantara pada umumnya.
Bagian mihrab Masjid Cheng Ho dengan kaligrafi "Allah" dalam aksara Arab menempel pada dinding ruang imam masjid saat memimpin shalat.
Masjid yang luasnya 231 m2 ini dibangun di kompleks PITI (Persatuan Islam Tionghoa Indonesia, dulu Pembina Iman Tauhid Islam), dengan memakai rancangan arsitektur Masjid Niu Jie di Beijing yang dibangun pada tahun 996 sebagai acuan.
Cheng Ho (Zheng He), yang nama aslinya Ma Sanbao atau Mahe dan nama Islamnya Haji Mahmud Shams (1371–1435), adalah seorang diplomat Tiongkok yang masyhur dan seorang Laksamana armada kapal laut kuat di jaman Kekaisaran Dinasti Ming.
Ma Sanbao berasal dari Suku Hui yang agama Islam-nya bernafas Konfusianis, membedakannya dengan suku Uygur yang beragama Islam namun bernafas Asia Tengah.
Bentuk segi delapan pada ornamen langit ruangan masjid, dihiasi lampu gantung antik dengan lampu bulat besar di pusat bawahnya serta lingkaran lampu kecil mengerucut ke atas menjadi hiasan elok di bagian tengah ruangan.
Hiasan dimana di bagian atas luarnya adalah kubah masjid, melambangkan filosofi Pat Kwa, yang merupakan simbol keberuntungan dan kejayaan.
Pada setiap bidangnya ada ornamen melingkar yang di pusatnya terdapat huruf berbunyi Allah dan Muhammad, dengan berupa motif suluran di bagian sudut luarnya.
Sebuah relief pada dinding menggambarkan kapal Laksamana Cheng Ho yang terletak di sayap kanan masjid. Relief ini merupakan karya Abadaeng, seorang seniman setempat yang lahir di Sulawesi.
Armada kapal Laksamana Cheng Ho mengunjungi kepulauan Indonesia sedikitnya lima kali, dan meninggalkan jejak seperti genta "Cakra Donya" di Kesultanan Aceh, sebuah piring dengan tulisan Ayat Kursi yang disimpan di Kesultanan Cirebon, dan banyak lagi yang lain.
Sekitar 11.000 anak buah Cheng Ho meninggal atau tertinggal dan kemudian bermukim di sejumlah tempat seperti di Malaka, Sumatera, dan Jawa.
Bentuk pada dinding masjid bisa disebut menyerupai bentuk yang ada di gereja, dan menurut penunggu masjid kemiripan itu melambangkan nilai keharmonisan lintas agama.
Pembangunan ini dimulai pada 15 Oktober 2001 dan hanya membutuhkan enam bulan untuk menyelesaikannya, namun peresmiannya baru dilakukan pada 13 Oktober 2002.
Masjid Muhammad Cheng Ho Surabaya
Alamat : Jl. Gading, Surabaya, di belakang kompleks Makam Pahlawan Kusuma Bangsa, di seberang tempat rekreasi Taman Remaja Surabaya. Lokasi GPS : -7.252014, 112.7469094, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata Surabaya.Label: Cheng Ho, Jawa Timur, Masjid, Surabaya, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.