Jika bukan karena Cecep Subari Atmah, pria yang menemani berbincang saat kami berkunjung ke Masjid Jami Tambora, mungkin saya tidak akan pernah tahu tentang adanya sebuah tugu yang dikenal sebagai Monumen Tambora Jakarta. Meskipun kami telah sempat lewat di dekat lokasinya yang berada di pinggiran sebuah gang kecil.
Selagi berbincang itu, Cecep kemudian mengajak saya masuk ke dalam masjid, lalu keluar dari area masjid ke dalam gang lewat pintu samping dan berjalan sampai ke Jalan Tambora 1, dekat pertigaan dimana kendaraan kami parkir. Monumen Tambora ada di sudut gang.
Setelah Jepang menyerah pada Perang Pasifik, Tentara Inggris yang mewakili Sekutu mendarat di Tanjung Priok pada 29 September 1945. Kedatangan tentara Sekutu itu ternyata dibonceng NICA (Netherland Indies Civil Administration, Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) yang dipimpin Dr. Hubertus J van Mook. Akibatnya timbul perlawanan di banyak tempat.
Situs Ensiklopedia Jakarta menyebutkan bahwa Monumen Tambora didirikan pada 31 Desember 1945 untuk mengenang dan menghargai jasa para pejuang yang tewas dalam pertempuran melawan NICA.
Pertempuran itu terjadi di wilayah Kampung Duri sekitar Jembatan Lima pada 12 Desember 1945, diantara mereka adalah Suntara, Mahrup dan Moeh Sapri. Atas Permintaan Skogar Biro III, pada 26 September 1960 kuburan mereka digali untuk dipindahkan ke Makam Pahlawan Kalibata, yang penguburannya dilakukan pada 10 November 1960 dengan upacara kemiliteran.
Menurut Cecep, Monumen Tambora sebelumnya berada di dalam kompleks Masjid Jami Tambora, dan dipindahkan ke tempatnya yang sekarang sekitar 30 tahun yang lalu. Dengan menunjukkan monumen itu, Cecep juga ingin membuktikan bahwa dulu Kampung Tambora dikenal dengan nama Suteng, seperti tertulis di monumen.
Pada bagian bawah Monumen Tambora terdapat tulisan menggunakan ejaan lama "Tugu Peringatan Arwah Pahlawan Kemerdekaan, Nusa dan Bangsa 17-8/31-12-1945, Panitya dan Seluruhnja, Suteng Nop 49, Pers TEJ." Lalu di sebelahnya ada lagi torehan tulisan dengan ejaan lama "Dari Rakjat Djakarta / Tg Priok, Jang Budiman dan Sumbangan Para Pegawai Perusahaan Besi Mesin Nio Peng Long, Djakarta". Sayang cipratan cat hijau dan kotoran serta retakan beton membuat sebagian tulisan itu sulit untuk dibaca.
Di bagian atas Monumen Tambora ini berbentuk pelor besar terbuat dari logam berwarna kekuningan yang telah terkelupas lapisan catnya di sana-sini. Tidak tampak adanya torehan tulisan pada bagian pelor ini.
Pada 19 September 1945, Presiden Soekarno memimpin rapat umum raksasa yang bersejarah di lapangan IKADA di bawah tekanan tentara Jepang. Karena kecewa dengan tindakan tentara Jepang itu, para pemuda dan pejuang BKR pun menyerang gudang senjata Jepang yang berada di Cilandak.
Sebuah kisah kecil dari ribuan kisah perjuangan kemerdekaan di seluruh wilayah tanah air. Sudah saatnya kemerdekaan yang diperjuangankan dengan pengorbanan harta dan jiwa itu digunakan sebesar-besarnya oleh penguasa untuk membawa kesejahteraan dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Maka saudaraku, pilihlah wakil dan pemimpinmu dengan bijak.
Lokasi Monumen Tambora berada di Jl Tambora 1, Jakarta Barat. Lokasi GPS : -6.145293, 106.810002, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk : gratis.
Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Barat, Tempat Wisata di Jakarta Barat, Hotel Melati di Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta Barat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta.
Label:
Jakarta,
Jakarta Barat,
Monumen,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.