Setelah dari Air Panas Sari Ater, kami berencana ke Curug Cijalu Subang, lalu Situ Wanayasa, dan dari sana ke Jakarta. Dari Ciater kendaraan mengarah ke Subang, lalu ke Jl Sagalaherang pada GPS -6.6774802, 107.6827097 dan mengikuti jalan utama arah ke wilayah Purwakarta.
Jalanan aspal berkelok di beberapa tempat, tidak begitu lebar, namun cukup mulus. Setelah sekitar 12,5 Km dari pertigaan Sagalaherang, terlihat penunjuk arah di sebelah kiri jalan untuk menuju ke Curug Cijalu Subang. Pertigaan ke kiri ini ada pada lokasi GPS -6.66760, 107.60429.
Setelah masuk ke jalan itu kami sempat berhenti melihat perbukitan indah di kejauhan. Suasana di tempat ini sangat tenang, karena sangat jarang kendaraan yang berlalu lalang. Bentang alam juga sangat luas. Sejauh mata memandang adalah hijau ladang, sawah dan perbukitan di latar belakangnya.
Kami menjumpai beberapa orang penduduk berjalan kaki di jalan yang mulus aspalnya, namun sayangnya waktu itu hanya sebagian saja yang jalannya masih bagus seperti ini. Setelah berkendara selama beberapa menit akhirnya kami masuk ke jalanan berbatu di tengah perkebunan teh yang sangat luas. Meski aspalnya sudah terkelupas habis, menyisakan bebatuan yang membuat kendaraan sering terguncang dan harus berjalan lambat, namun pemandangan alam ketika melewati perkebunan teh itu sangatlah indah!
Sekitar seperempat jam dari pertigaan jalan besar kami pun sampai di gerbang masuk Curug Cijalu Subang. Tidak ada penjaga yang bertugas di sana, mungkin karena bukan hari libur, sehingga kami pun lewat begitu saja di samping pos jaga, namun kami membayar karcis di lokasi curug.
Saat itu tidak ada angkutan umum untuk menuju ke Curug Cijalu Subang, sehingga pengunjung harus menyewa ojek jika tidak membawa kendaraan sendiri. Entahlah apakah ada jasa transportasi umum ke curug jika di akhir pekan, oleh karena biasanya ada lebih banyak orang yang datang berkunjung ke sana.
Lantaran kunjungan saya ke Curug Cijalu Subang ini sudah berlangsung cukup lama, sehingga mestinya saat ini sudah ada angkutan reguler yang melayani kebutuhan transportasi penduduk di wilayah itu, serta untuk melayani wisatawan lokal yang hendak berkunjung ke curug.
Saat itu serombongan anak muda baru tiba di Curug Cijalu yang disebut anak yang saya temui beberapa saat sebelumnya sebagai Curug Cikondang dengan ketinggian air terjun yang cukup mengesankan, yaitu sekitar 90 m, ketika kami bersiap untuk meninggalkan tempat, kembali ke area parkir setelah beberapa lama menikmati suasana di tempat ini.
Sebatang pohon cukup besar yang daunnya tengah meranggas di tengah perkebunan teh menjadi pemandangan yang sangat eksotis dan menghibur hati, karena pohon itu berada di tengah alam yang hening dengan panorama hijau segar sejauh mata memandang. Kami nyaris tidak berpapasan dengan kendaraan bermotor selama dalam perjalanan ini.
Selama beberapa saat hanya ada hamparan pohon teh menghijau sejauh mata memandang, dengan latar belakang perbukitan, mengalihkan perhatian dari jalanan terjal. Di sepanjang jalan, terlihat pangkal pohon-pohon besar yang batangnya telah ditebang. Sayang sekali. Di sebuah belokan dimana terdapat beberapa buah gubuk, kami akhirnya bisa melihat Curug Cijalu dari kejauhan. Sangat indah!
Sebelum sampai ke tempat parkir kendaraan, kami masih melewati sungai dangkal, tanpa jembatan, yang belakang saya mendapat informasi bernama Sungai Cijalu dan bahwa akses ke air terjun yang disebut sebagai Curug Cijalu harus dengan menyusuri sungai ini ke arah hulu. Di sekitar area parkir, dimana terdapat warung-warung makanan, dan ada beberapa mobil yang telah tiba terlebih dahulu di sana.
Kami melewati jalan setapak berbatu dari area parkir kendaraan untuk menuju ke lokasi Curug Cijalu Subang. Di sebelah kiri jalan setapak ini adalah sebuah area terbuka yang cukup luas, beralas rerumputan hijau di tengah jajarana pohon pinus yang cukup padat dan rimbun, yang menjadi tempat dimana pengunjung biasa berkemah.
Beberapa menit berjalan dari tempat parkir kami tiba di curug pertama yang cukup tinggi, persis di kiri jalan, dengan bebatuan hitam sepanjang tebing curug yang dijadikan rambatan air. Debit air di curug ini tidak begitu besar, namun susunan batu hitamnya cukup menarik. Seorang bocah penjual makanan ringan mengatakan bahwa curug ini bernama Curug Cilemper, dan curug yang kami tuju yang jaraknya sekitar 400 m lagi adalah yang disebut si bocah sebagai Curug Cikondang.
Sempat juga terpikir bahwa apa dikatakan si bocah itu hanya merupakan semacam trik agar orang tergoda untuk menerima tawaran dipandu oleh anak tersebut, atau orang yang menyuruhnya, untuk menuju ke air terjun yang ia sebut sebagai Curug Cijalu yang "aseli". Memang kemudian ada seorang pria yang menawarkan untuk mengantar kami ke Curug Cijalu.
Hanya saja dengan mempertimbangkan waktu yang dibutuhkan untuk menuju kesana, trek yang sepertinya waktu itu belum benar-benar nyaman untuk dilalui, serta hari yang mulai sore, saya menolak tawaran itu. Kami memilih mampir ke salah satu warung di dekat tempat parkir, memesan minuman hangat dan beberapa mangkok mie telor rebus.
Selagi menunggu makanan dimasak, supir baru sadar ternyata ban belakang mobil sebelah kiri telah tertusuk sebuah paku besar. Entah dimana dan bagaimana paku itu menusuk, karena tertusuknya di bagian samping. Mungkin di jalanan yang berbatu tadi, jika bukan karena ada orang yang memang sengaja menjahati mobil kami.
Lokasi Curug Cijalu berada di Desa Cipancar, Kecamatan Sagalaherang, Subang, Jawa Barat. Lokasi GPS : -6.70652, 107.59225 (navigasi Google Map), Waze. Jam buka : sepanjang waktu, bisa berkemah. Harga tiket masuk : Rp.6.000. Tempat Wisata di Subang, Hotel di Subang, Peta Wisata Subang.
Label:
Air Terjun,
Jawa Barat,
Subang,
Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.