Agustus 24, 2019

Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas

Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas merupakan tempat pertama yang saya kunjungi setiba di Kota Banyumas, kota kecil yang namanya menjadi nama kabupaten dan berarti "air emas". Ini karena Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas merupakan tempat terdekat setelah menyeberang Kali Serayu, sekitar 100 m dari bibir sungai.

Kota Banyumas sangat dekat dengan Kali Serayu. Pusat pemerintahannya 500 m dari sungai, sehingga dulu sering banjir karena luapan Kali Serayu di musim hujan. Karena itulah ibukota pemerintahan dipindahkan ke Purwokerto yang berkembang jauh lebih pesat dari Banyumas.

Kunjungan ke Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas ini terjadi pada 12 September 2012. Ketika menulis kelenteng inilah saya baru tahu bahwa bangunan tua ini telah habis terbakar pada dinihari 24 Oktober 2012. Beruntung cukup banyak foto yang saya ambil sehingga bisa memberi gambaran kecantikan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar. Kunjungan kedua ke kelenteng ini terjadi pada 2015, saat renovasi kelenteng mendekati tahap akhir.

kelenteng boen tek bio banyumas

Gerbang depan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang baru, terlihat jauh lebih indah memang dibanding gerbang yang lama. Sebuah keniscayaan, oleh sebab kekuatan finansial pengurus dan donaturnya ketika gerbang lama dibangun belum sekuat seperti saat sekarang ini, meskipun korelasinya tidak selalu linear. Di halaman kelenteng ada bangunan baru berbentuk pagoda tiga tingkat yang diapit oleh tempat pembakaran kertas sembahyang (kim lo). Keempat tiang pagoda itu dililit oleh patung naga yang indah, sedangkan mengelilingi bagian bawahnya adalah relief naga dalam berbagai posisi.

Material bangunan saat itu masih tergeletak di sana-sini, menandai bahwa pekerjaan renovasi masih berlangsung. Oleh sebab itu kami tidak masuk ke dalam kelenteng, karena perbaikan di ruangan bagian dalam pun masih berlangsung, agar tidak mengganggu para tukang yang sedang bekerja. Lazimnya pekerjaan pembangunan kembali kelenteng seperti ini sering melibatkan ahli yang didatangkan dari Tiongkok.

Di belakang kelenteng, agak jauh di sebelah kanan, ada Aula Gedung Tri Darma yang terasnya ditopang enam pilar berlilit naga, dijaga Ciok Say (singa) jantan dan betina. Di tengah risplang terdapat relief pria dan wanita yang duduk di punggung burung hong. Di belakangnya ada relief naga, burung, bangau, Ciok Say, kijang, dan ikan berkepala naga. Mengapit pintu lantai dua adalah lukisan besar seekor burung hong dan naga yang saling berhadapan.

kelenteng boen tek bio banyumas

Decyca (R.I.P) berdiri di depan pintu gerbang Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas yang baru setelah dilakukan renovasi. Kesan megah dengan ragam hias yang dibuat lebih elok dan mewah terlihat di setiap bagian depan bangunan kelenteng yang baru ini. Sayangnya kami belum bisa masuk ke bagian dalam kelenteng lantaran pekerjaan renovasi masih tengah berlangsung saat itu.

Saat pertama kali datang ke Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, di sebelah kanan bangunan utama ada sebuah aula terbuka yang berbentuk memanjang sejajar dengan bangunan kelenteng. Di dalamnya ada sejumlah lukisan klasik berukuran besar yang sangat indah menempel pada dindingnya, dan langit-langitnya pun dihias bermacam ornamen. Entah bagaimana nasib lukisan itu.

Altar Thian Kong berada tepat di depan bangunan utama kelenteng. Lalu ada patung kuda terbang di atas bola dunia, sepasang kimlo (tempat pembakaran uang kertas untuk dikirim ke arwah nenek moyang), dan sepasang naga berebut mustika bertengger di atas atapnya. Tak saya perhatikan benar apakah aula ini masih ada atau tidak.

Ada penampakan ruangan Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar pada altar Lok Sing Kun (Dewa Kebahagiaan), Hok Sing Kun (Dewa Rejeki), dan Siu Sing Kun (Dewa Panjang Umur). Lukisan beberapa ekor macan dan lukisan ketiga dewa itu juga terlihat menempel pada dinding depan altar ini. Ada pula Altar Dewi Kwan Im dengan rupang indah besar dan kecil yang tidak bisa diselamatkan dari amukan api.

Bagian muka Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas sebelum terbakar tampaknya lebih besar dari Kelenteng Boen Tek Bio Tangerang. Bangunan asli diperkirakan dibangun sekitar tahun 1826. Sebelum dipakai sebagai tempat ibadah Tri Dharma, tempat ini sempat digunakan sebagai gedung Sekolah Dwi Tunggal, SMP Negeri 1 Banyumas, dan SD Kristen Banyumas, sebelum baru digunakan sebagai kelenteng sejak 1960.

Pada Altar Tiga Nabi terdapat rupang Konghucu, Bi Lek Hud (Mi Le Fo, Buddha Gendut yang Gembira), dan Lao Tzu. Lambang Konghucu (Genta Rohani), Buddha, dan lambang Tao (Yin-Yang) terlihat pada sisi depan altar. Ada pula sebuah foto kuno, panduan Etika Sembahyang, dan sebuah papan berisi ajakan kerukunan beragama di sebelah kiri belakang, yang semuanya sepertinya telah musnah.

Ada sepasang patung naga yang sangat indah di altar Hok Tek Tjeng Sin (Dewa Bumi) Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas, sebelum terbakar. Di kolongnya adalah altar Lao Hu Shen (Dewa Macan). Di sekitar meja altar ini terdapat deretan lilin berukuran ratusan kati. Di dalam kelenteng, nyala api lilin memang tidak boleh mati, dan ini merupakan salah satu biang seringnya terjadinya kebakaran. Altar Lung Sen (Dewa Naga) dulu juga ada, serta altar Mbah Kuntjung dengan relief tiga bilah keris pada joli, dan dua keris telanjang pada dinding.

Pembangunan kembali kelenteng setelah terbakar itu diperkirakan membutuhkan biaya hingga empat setengah milyar rupiah, mungkin pula lebih. Dengan biaya pembangunan sebesar itu maka bangunan dan isi kelenteng yang baru memang mestinya akan jauh lebih cantik dan artistik ketimbang yang saya tangkap pada foto-foto yang saya buat pada saat datang pertama kali ke sana.


Kelenteng Boen Tek Bio Banyumas

Alamat : Jl. Pungkuran, Belakang Pasar, Banyumas. Lokasi GPS : -7.510399, 109.293988, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.
Label: Banyumas, Jawa Tengah, Kelenteng, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.