Adalah Walisongo dan Raden Patah yang mendirikan Masjid Agung Demak, karenanya pada sokoguru masjid tertera nama para wali. Lokasi masjid berada di sisi barat Alun-alun Demak, dengan parkir kendaraan di sisi utara, dimana terdapat warung dan kios yang menjual cindera mata. Dari tempat parkir kami berjalan menyusur jalur pedestrian sejauh sekitar 100 meter sebelum tiba di gerbang depan Masjid Agung Demak. Saat itu sedang ada keramaian di Alun-alun Demak, dengan panggung pertunjukan budaya oleh pelajar di seberang gerbang masjid, sehingga terlihat lalu lalang remaja dengan mengenakan seragam sekolah menengah atas.
Pada 1964 bangunan di depan Masjid Agung Demak yang dianggap mengganggu keaslian masjid dibongkar oleh gubernur Jawa Tengah, yaitu regol, tratag rambat, tangki air, gedung sekolah Islam, KUA, dan rumah penduduk di Kauman gang I. Pada 1983 - 1986 Masjid Demak dipugar oleh Pemerintah RI bekerjsasama dengan Organisasi Konferensi Islam.
Masjid Agung Demak dengan atap limasan tumpang susun tiga yang khas, diartikan bahwa para Wali menjalankan agama bersumber pada Iman, Islam, dan Ihsan. Pada puncak masjid terdapat mustaka dengan tulisan Allah dalam aksara Arab. Bangunan masjid berbentuk segi empat dengan empat soko guru yang ditafsirkan bahwa para Wali adalah penganut Madzhab 4.
Masjid Agung Demak dibangun dalam tiga tahap. Candra Sengkala pertama berbunyi "Nogo Mulat Saliro Wani" atau 1388 Saka (1466 M), berdirinya masjid, saat Raden Patah berguru ke Sunan Ampel di Glagahwangi. Yang kedua "Kori Trus Gunaning Janmi", 1399 Saka (1477 M), rehab dan perluasan masjid saat Raden Patah menjadi Adipati di Glagahwangi, Bintoro.
Halaman depan Masjid Agung Demak lebarnya 20 meter dengan panjang 120 meter. Di sisi utara terdapat Museum Masjid Agung Demak, di sisi selatan Madrasah Tsanawiyah NU Demak, dan di samping belakang masjid terdapat makam raja-raja Demak. Di teras masjid yang berukuran 30 x 15 meter terlihat banyak orang duduk-duduk atau berbaring di lantainya.
Yang menarik di ruang utama Masjid Agung Demak adalah artefak yang disebut Maksuroh atau Kholwat bertahun 1287 H. Tempat pasujudan ini dibangun KRMA Aryo Purbaningrat, dengan tiang dan dinding dari Kayu Jati berukir krawangan, bebungaan, suluran, dan gambar jambangan. Ada 10 jendela dan 2 pintu berhias kaca kembang warna-warni dan kaligrafi Arab.
Menara Masjid Agung Demak dibuat pada 1932 dengan biaya 10.000 Gulden dari kas masjid dan infak. Pembuatannya diprakarsai Penghulu Demak KH Abdurrochman, dengan persetujuan teknis W. Coenrad, izin bangunan oleh Bupati Demak RAA Sosro Hadiwijaya, dan pelaksana NV Lyndetives Semarang, menggunakan konstruksi baja 4x4 m dengan tinggi 22 m.
Regol dan pagar depan masjid serta pawestren (tempat shalat wanita) dibangun pada 1804 oleh KRMT Aryo Purbaningrat. Tratag rambat, bangunan penghubung regol ke serambi masjid dibangun pada 1885 oleg KRMT Panji Purbaningrat. Lalu pada 1924 dibangun sumur dan menara air, serta rehab tempat wudlu di kanan kiri masjid oleh KRT Haryo Sosro Hadiwijoyo.
Sebagaimana umumnya masjid pada jaman dahulu, di Masjid Agung Demak juga ada kolam untuk berwudlu. Jika di banyak masjid lain kolamnya sudah ditimbun diratakan dengan tanah, dan tempat wudlunya sudah menggunakan keran air, di masjid ini kolam itu masih dipertahankan dan dijadikan situs kolam wudlu, mengingat nilai sejarahnya. Kolam itu pernah dilompati oleh Karebet secara berjongkok mundur karena Sultan Trenggana hendak lewat.
Di ruang utama masjid ada mimbar berangka tahun 1475 M yang adalah Dampar Kencana sebagai hadiah ketika Prabu Kertabumi melantik Raden Patah menjadi adipati di Glagahwangi Bintoro Demak. Pada dinding atas mihrab ada sejumlah ornamen, diantaranya lambang Hasta Brata atau Surya Majapahit yang mengajarkan 8 sifat kepemimpinan raja-raja Majapahit.
Prabu Kertabumi atau Raja Brawijaya V menganugerahi hadiah kepada Raden Patah berupa sebuah Pendopo Majapahit dengan delapan soko guru dari kayu berukir motif Majapahit yang bertumpu pada umpak batu andesit. Namun karena perluasan masjid maka pendopo itu kemudian dialihgunakan sebagai serambi Masjid Agung Demak.
Pandangan ke arah mihrab dari belakang pintu utama Masjid Agung Demak, yang fotonya sempat saya ambil, memperlihatkan keempat sokoguru, lampu gantung, lekukan pada bagian pengimaman dan ornamen pada bagian atas mihrab. Dua sokoguru di bagian depan masing-masing berisi tulisan Sunan Ampel dan Sunan Kalijaga, sedangkan dua yang di belakang masing-masing ada tulisan Sunan Gunung Jati dan Sunan Bonang. Mungkin sebagai perlambang bahwa keempat sunan itu yang menjadi sokoguru tegaknya ajaran agama.
Prasasti pada dinding dalam mihrab bergambar bulus berbunyi "Sariro Sunyi Kiblating Gusti", dibaca sebagai 1401 Saka (1479 M), yaitu tahun ketika Raden Patah naik tahta menjadi Sultan Demak. Pada saat itulah masjid direhab dan menjadi Masjid Kasultanan Bintoro Demak. Raden Patah juga disebut sebagai Raden Fattah, R. Jimbun, R. Kasan atau R. Hasan.
Ajaran itu meneladani sifat alam, yaitu Watak Surya (Matahari), Watak Candra (Bulan), Watak Kartika (Bintang), Watak Angkasa (Langit), Watak Maruta (Angin), Watak Samudra (Laut atau Air), Watak Dahana (Api), dan Watak Bumi (Tanah). Itu karena Raden Patah adalah putra Brawijaya V dari seorang selir Tionghoa, puteri Kyai Batong (Tan Go Hwat).
Masjid Agung Demak
Alamat : Desa Kauman, Demak. Lokasi GPS : -6.894754, 110.637485, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : 09.00 - 20.00 dan 24.00 - 06.00. Hotel di Demak, Peta Wisata Demak, Tempat Wisata di Demak.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.