Singkat cerita kami menemukan rumah juru kunci Museum Istiqomah Buding Belitung Timur bernama Aris Bahar, sekitar 1,6 km dari museum, arah ke Timur. Usianya sudah lebih dari 70 tahun, meski ia baru memegang kunci museum sejak tahun 2002. Tuturnya tercampur bahasa setempat.
Datang bersama kami, setiba di Museum Istiqomah Buding Belitung Timur Kik Aris mengeluarkan gembolan kunci dan membuka pintu depan dan pintu belakang bangunan. Di belakang bangunan rupanya masih ada bangunan lain yang juga menyimpan benda-benda kuno, serta ada bangunan Masjid Buding yang menurut Kik Aris sudah berumur 5 abad lebih.
Tampak depan Museum Istiqomah Buding Belitung Timur yang terlihat seperti rumah penduduk biasa. Yang membedakannya adalah adanya tugu papan nama museum, yang berbunyi "MUSEU_ ISTIQOM_H, D_SA BUDING, KELAPA K_M_IT, BEL_T__ G __ MUR". Huruf-huruf yang ada di tugu papan nama museum itu memang sudah banyak yang hilang dan belum diperbaiki.
Tidak jelas kapan Museum Istiqomah Buding Belitung Timur ini dikunjungi terakhir kalinya oleh Lurah, Camat, Bupati, atau dinas terkait, sehingga papan nama saja sampai merana seperti itu. Padahal kabarnya museum ini merupakan satu-satunya museum yang ada di wilayah Belitung Timur, dan menyimpan benda-benda bersejarah yang sangat berharga.
Jika benar apa yang dikatakan Kik (kakek) Aris bahwa Masjid Buding telah berusia lebih dari lima abad, maka masjid itu mestinya berdiri pada awal masuknya Islam ke Pulau Belitung, dan jauh lebih tua umurnya ketimbang Masjid Sijuk.
Sejumlah koleksi senjata tajam tradisional bisa dilihat Museum Istiqomah Buding Belitung Timur, diantaranya dengan gagang tanduk rusa. Ada banyak sekali koleksi senjata tajam kuno di museum ini, seperti keris, parang, badik, tombak, pedang sangat panjang unik dan banyak diantaranya memiliki ukiran menarik.
Ada parang yang disebut sebagai kemudi kapal berasal dari abad ke-5. Ada pula koleksi Museum Istiqomah Buding Belitung Timur yang kalau di Jawa disebut Kempul yang terlihat sudah sangat tua. Kempul adalah gong kecil yang digantungkan ketika dipukul, jumlahnya bisa 6 atau 10 dalam perangkat gamelan.
Di belakang kempul ada kayu tua yang bagian dari masjid lama, serta sebuah tempat buah yang terbuat dari kuningan. Kebanyakan koleksi Museum Istiqomah Buding Belitung Timur disimpan dalam lemari kaca, yang dibuka kuncinya oleh Kik Aris sehingga saya bisa lebih mudah mengambil gambarnya. Ada ubel-ubel menarik dari lilitan kain putih yang sudah sangat tua. Di ruang belakang disimpan banyak benda peninggalan budaya dari jaman Ngabehi Buding dan Kerajaan Balok.
Koleksi perlengkapan rumah tangga klasik juga bisa ditemukan di Museum Istiqomah Buding Belitung Timur. Ada pula mata uang kepeng Belanda, rejim kolonial yang mengeruk Timah dari Belitung sejak pertengahan abad ke-19. Peninggalan lainnya adalah sejumlah pakaian kerajaan yang sudah terlihat sangat tua dan antik, serta perlengkapan rumah tangga lainnya. Juga ada gentong peninggalan masjid lama yang disimpan di Museum Istiqomah Buding Belitung Timur.
Ada kubur tua di samping Museum Istiqomah Buding Belitung Timur. Tidak jelas makam siapa. Konon tempat ini pernah digali karena dipercayai berisi harta karun, namun tidak ditemukan apa-apa. Jika di Jawa bisa dijumpai jejak peninggalan budaya Hindu maka di Belitung saya belum menjumpai adanya sebuah candi kuno atau pun reruntuhannya.
Koleksi menarik di Museum Istiqomah Buding adalah sebuah benda yang bentuknya seperti butir kelapa yang disebut Kik Aris sebagai padi kuno. Bila pengunjung yang tidak percaya, maka orang itu pasti akan kembali ke museum untuk melihatnya lagi. Nah, jika suatu saat nanti saya kembali berkunjung ke Museum Buding, maka boleh jadi apa yang dikatakan Kik Aris itu benar.
Ketika Kerajaan Majapahit masih menguasai Belitung, wilayah Ngabehi Buding (atau Istana Yuda) merupakan tempat pesanggrahan bagi raja Belitung yang bergelar Rangga Yuda (Ronggo Udo), dengan pusat pemerintahan di Badau (disebut Tanah Yuda, atau Singa Yuda). Dua wilayah lainnya di Belitung ketika itu adalah Ngabehi Sijuk dan Ngabehi Belantu. Tahun 1590-an, Datuk Mayang Gresik, seorang ulama Islam asal Gresik yang berhasil menguasai Badau dengan mengambil alih kekuasaan dari Ronggo Udo III, memindahkan pusat pemerintahan ke tepi hulu Sungai Balok di wilayah Dendang. Hal itu dilakukannya karena lokasinya langsung menghadap ke Laut Jawa, sehingga memudahkan pelayaran ke Jawa.
Pada awalnya ada resistensi cukup kuat dari keempat ngabehi pada waktu Kerajaan Balok didirikan oleh Datuk Mayang Gresik, karena kebanyakan mereka masih menganut kepercayaan Hindu dan mistik. Namun dengan dukungan Sultan Agung dari Mataram, melalui Sultan Palembang, keempat ngabehi itu akhirnya tunduk ke Kerajaan Balok. Yang ada adalah sisa-sisa mistik yang masih hidup di masyarakat asli Belitung. Misalnya Kik Aris percaya bahwa jika kunci pintu museum dibuka dengan tangan kiri maka telapak tangannya tidak akan bisa membuka lagi. Lalu ada polisi terjatuh masuk ke got lantaran bersikap kurang sopan di tempat ini, dan soal butir padi sebesar buah kelapa itu.
Museum Istiqomah Buding Belitung Timur
Alamat : Desa Buding, Kecamatan Kelapakampit, Belitung Timur. Lokasi GPS : -2.69889, 107.9834, Waze. Tempat Wisata di Belitung Timur, Peta Wisata Belitung, Hotel di Belitung Timur, Hotel di Belitung.Label: Bangka Belitung, Belitung Timur, Museum, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.