Hal yang saya ingat adalah ketika mobil mas Bambang Sumitro, abang saya almarhum (semoga diampuni dosanya, amin), tetiba mesin mobilnya mati dan mobil yang saya kendarai berada tiga meter di belakangnya. Jalan aspal terkelupas parah, dengan kerikil dimana-mana. Beruntung mobilnya tidak mundur, dan beruntung pula ketika ia menghidupkan mesin mobil dan menekan gas, ban mobil tidak selip dan bisa naik di tanjakan dengan kemiringan lebih dari 45 derajat itu. Jika saja mundur, jurang di sebelah kiri sudah menanti ...
Beberapa bulan lalu ketika berkunjung lagi ke Pancuran Pitu Baturraden, jalanan lumayan lebih baik, meskipun tidak bisa dikatakan mulus. Banyak bagian jalan yang aspalnya terkelupas. Sarana jalan mestinya menjadi prioritas utama yang harus dibenahi pengelola untuk kenyamanan para pengunjung.
Area parkir Pancuran Pitu Baturraden yang diteduhi pohon-pohon damar, diambil sesaat setelah meninggalkan Paseban Batur Sengkala. Cungkup di sebelah kanan adalah loket penjualan karcis, dan di sebelah kirinya adalah gapura bertuliskan "Sumber Air Panas Pancuran 7 Baturraden" yang merupakan awal jalan menurun dengan lebih dari dua ratus undakan berkelok menuju ke lokasi pancuran.
Dua tengara sempat saya lihat ketika mulai menuruni undakan ke Pancuran Pitu, yang pertama menyebut sumber daya alam dan hutan di kawasan ini cukup terpelihara, sehingga potensi bencana alam seperti tanah longsor, banjir, kecil kemungkinannya terjadi, serta ajakan menjaga kelestariannya. Tengara kedua menyebutkan bahwa pengunjung bisa melihat Air Panas Belerang Pancuran 7, Pancuran 3, Tebing Belerang, Goa Selirang, Goa Sarabadak, dan pemandangan alam lainnya.
Karcis masuk adalah Rp. 7.500 per orang, di luar karcis masuk ke Wanawisata Baturraden jika naik mobil, atau karcis Lokawisata Baturraden jika berjalan kaki. Setelah sempat berhenti beberapa kali di sepanjang undakan berkelok dan berkemiringan cukup tajam, lokasi Pancuran Pitu akhirnya terlihat dengan atap-atap plastik berwarna ungu milik warung-warung yang ada di dataran di atas lokasi.
Ketujuh deretan pancuran di Pancuran Pitu yang dinding dan batuan bagian bawahnya dibalut warna kuning belerang khas yang terbentuk selama berpuluh atau ratus tahun, dengan sedikit garis-garis hijau lumut. Meski saat itu berada di ujung musim kemarau namun debit air yang memancar dari setiap pancuran terlihat cukup besar, terutama di pancuran nomor 1,3, 5 dan 7.
Air panas di Pancuran Pitu Baturraden ini juga terbagi dengan pancuran yang berada di tempat pemandian privat di ujung sebelah kiri kompleks ini. Bisa dimengerti jika debit air di tempat aslinya menjadi lebih kecil. Hanya saja memang di waktu tertentu akan lebih nyaman berendam di ruang privat ketimbang ditonton oleh banyak orang.
Saya sempat berhenti di salah satu warung, dan memamah biak beberapa potong gorengan panas yang baru diangkat dari wajan, serta membeli air minum. Di warung ini ada juga bakso, dan camilan. Minuman panas pun ada jika ingin menghangatkan tubuh di udara pegunungan yang dingin ini.
Pemandangan alam sangat indah yang saya temui ketika tengah menuruni undakan Pancuran Pitu. Di ujung pandangan mata tampaknya adalah jalan treking melewati Desa Kalipagu dan Kolam Tando PLTA Ketenger. Lintasan itu biasa dilalui penduduk yang berdagang di lokasi Pancuran Pitu Baturraden.
Melewati jalan ini selain gratis untuk masuk ke Pancuran Pitu Baturraden, pemandangan di sepanjang perjalannya pun sangat indah. Saat itu hanya ada seorang pria berusia sekitar 50-an tahun yang tengah mandi di Pancuran Pitu Baturraden ini, dengan mengenakan kancut mempertontonkan sebagian besar badannya yang berkulit putih dan rada gendut.
Masih lumayan lama bapak itu mandi tanpa pesaing, karena jika di akhir pekan atau hari libur maka orang akan mengantri naik ke area tepat di bawah pancuran untuk mendapatkan air panas belerang langsung dari pancurannya. Ada sensasi dan kesenangan tersendiri memang jika merasakan hangatnya air panas Gunung Slamet langsung di tengah suasana yang alami.
Tepat di sebelah kiri deretan Pancuran Pitu Baturraden adalah sebuah cungkup petilasan Panembahan Atas Angin, atau mBah Atas Angin, nama lain dari Syekh Maulana Maghribi atau Syekh Maulana Malik Ibrahim. Petilasan mBah Atas Angin, dengan bentuk bangunan yang lebih baik dan artistik, juga saya temui sebelumnya ketika berkunjung ke Pancuran Telu di Baturraden juga.
Konon ketika menderita penyakit gatal yang tidak sembuh-sembuh, mBah Atas Angin mendapat petunjuk untuk datang ke Gunung Gora guna mendapatkan obat bagi penyakitnya itu. Maka pergilah ia ke Gunung Gora ditemani oleh Haji Datuk.
Setibanya di lereng Gunung Gora, Haji Datuk diminta oleh mBah Atas Angin untuk menunggu di sebuah tempat yang datar, dan ia sendiri meneruskan langkah mendaki lereng gunung dan akhirnya sampai ke sebuah sumber air panas yang kemudian ia sebut sebagai Pancuran Pitu karena memiliki tujuh lubang sumber air panas.
Setelah secara teratur berendam di sumber air panas Pancuran Pitu ini, sembuhlah penyakit mBah Atas Angin. Setelah mengucap syukur, turunlah ia ke tempat Haji Datuk menunggu. Gunung Gora kemudian diganti namanya oleh mBah Atas Angin menjadi Gunung Slamet, sedangkan tempat dimana Haji Datu dengan setia menunggunya kemudian dikenal sebagai Baturraden.
Bangunan di sebelah kiri area utama Pancuran Pitu Baturraden yang menyediakan kamar mandi rendam air panas bagi pengunjung yang ingin menikmati privasi. Di tempat ini juga tersedia musholla serta air dingin untuk bersuci.
Masih diperlukan penataan yang lebih untuk area di lokasi utama Pancuran Pitu Baturraden ini agar terlihat lebih rapi dan cantik. Jika saja ada ahli arsitektur lanskap yang bisa memberi sumbangsih bagi perbaikan dan peningkatan kawasan utama Pancuran Pitu Baturraden ini tentu lebih baik. Pemakaian semen dan beton untuk membangun kawasan ini sebaiknya dihindari agar menyatu dengan alam dan tidak mengurangi area untuk resapan air.
Secara umum Pancuran Pitu lebih baik dari saat terakhir saya berkunjung ke tempat ini. Namun masih ada cukup banyak ruang bagi peningkatan dan perbaikan kawasan sumber air panas yang memiliki panorama perbukitan Gunung Slamet yang sangat indah ini.
Pancuran Pitu Baturraden
Alamat : Kawasan Hutan Wisata Baturraden, Banyumas. Lokasi GPS : -7.310087, 109.21784, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Label: Air Panas, Banyumas, Baturraden, Jawa Tengah, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.