Parkir Benteng Van der Wijck Gombong berjarak 1,1 km dari jalan Gombong - Kebumen, atau 600 m dari gedung Gereja Santo Mikael. Saat menulis catatan ini, baru saya ketahui bahwa ada Kerkhoff (kubur Belanda) berjarak 600 m dari parkiran, pada arah lurus ke barat dari benteng. Jika saja Kerkhoff Gombong dibenahi, maka tempat itu bisa menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik seperti halnya Museum Taman Prasasti di Jakarta. Lanjut cerita, setelah membayar tiket, saya pun mengayun langkah memasuki area Benteng Van der Wijck Gombong yang ternyata sudah dibenahi menjadi kompleks tempat wisata yang luas dan tertata.
Bagian atap Benteng Van der Wijck terbilang unik. Ada pos jaga dengan lorong undakan menonjol berada di belakangnya. Hampir semua bangunan benteng terbuat dari susunan batu bata merah yang kuat, berbeda dengan Benteng Speelwijk Serang. Benteng ini juga merupakan satu-satunya benteng segi delapan di Indonesia. Luasnya mencapai 7.168 m2, tinggi 10 m, tebal dinding 1,4 m dan tebal lantai 1,1 m.
Tampak muka Benteng Van der Wijck Gombong yang berjarak 250 meter dari tempat parkir. Jika sabar menunggu dan sedang malas untuk berjalan kaki sebenarnya ada kereta wisata dari tempat parkir yang membawa pengunjung berkeliling area. Pengunjung bisa turun di depan benteng dan pulangnya bisa naik lagi dari benteng ke tempat parkir.
Dua pasang pohon palm tampak mulai meninggi. Ada pula sepasang meriam lapangan dan sepasang tank ringan di kiri kanan pintu masu benteng. Meski benteng hanya dua lantai, namun terlihat tebal dan kokoh. Nama benteng terlihat dipajang di atas gerbang masuk, dan ada tengara yang menyatakan bahwa Benteng Van der Wijck dibangun pada 1818.
Sebuah patung serdadu kompeni berjaga di depan gerbang masuk, dan tengara nama serta tahun pembuatan itu. Pada atap benteng terdapat spanduk "Kereta Wisata Atas Benteng", yang belakangan saya menaikinya karena karcisnya sudah termasuk dalam tiket masuk. Kereta dengan penggerak mesin mobil itu mengelilingi bagian atas luar benteng.
Di masing-masing lantai ada 16 ruangan berukuran 18 x 6,5 m. Ada 27 ruangan kecil berbagai ukuran di lantai satu dan 25 ruangan kecil di lantai dua. Empat gerbang ada di lantai satu, 72 jendela, 63 pintu penghubung, 8 undakan ulir ke lantai dua, dan dua undakan darurat. Di lantai dua ada 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat undakan ke atap.
Pandangan dari balik gerbang dalam Benteng Van der Wijck yang tebal memperlihatkan area terbuka di bagian tengah yang lumayan luas. Tampak pula dinding luar bagian dalam yang simetris. Selain sebagai benteng pertahanan dan penyimpanan logistik, tempat ini juga dipakai sebagai barak dan tempat berlatih bagi serdadu Belanda.
Meskipun pada dinding benteng tertera tahun pembuatannya, yaitu 1818, namun ada yang menyebut bahwa Benteng Van der Wijck dibangun pada masa Perang Jawa (1825 - 1830). Lantaran Perang Diponegoro ini merupakan perang terbesar dan terlama yang nyaris membuat bangkrut Belanda, bisa dimengerti jika Belanda kemudian merasa perlu membangun benteng.
Dengan persenjataan Belanda yang lebih unggul, memang tidak akan mudah bagi pengikut Pangeran Diponegoro untuk bisa merebut benteng semacam ini dengan melakukan penyerangan secara terbuka. Infiltrasi, sebagaimana cerita klasik penaklukan Troya, atau memutus jalur pasokan logistik ke dalam benteng bisa menjadi pilihan, selain tentu dengan memodernisir persenjataan dan memiliki pasukan yang lebih terlatih,
Di dalam ruangan Benteng Van der Wijck juga dipasang foto-foto dokumentasi, baik foto lama maupun foto baru. Saat berjalan menuju benteng dari area parkir, di sebelah kiri terlihat ada penginapan cukup besar yang disebut Hotel Wisata Benteng Van der Wijck. Sedangkan di sebelah kanan ada Kampung Kuliner, area bermain, dan kolam renang.
Sejumlah ruangan di lantai dua ini diberi label nama, seperti Ruang Bupati Kebumen, dan Ruang Panglima. Penamaan ruangan ini ada dua kemungkinan. Yang pertama adalah para pembesar itu merupakan bagian dari pemerintahan kolonial waktu itu, atau dibuat ketika benteng itu sedang berada di dalam kekuasaan pemerintahan lokal.
Nama benteng berasal dari nama Carel van der Wijck (1797 – 1852), perwira yang menerima anugerah Ksatria Kelas IV dan III Militaire Willems-Orde pada 15 Juli 1821 atas jasanya dalam Perang Bangka. Ia juga panglima tertinggi Perang Bali II dan III. Awalnya benteng ini bernama Fort Cochius mengambil nama Jenderal Frans David Cochius (1787-1876).
Ada Van der Wijck lagi, yaitu Carel Herman Aart van der Wijck (1840 – 1914), Gubernur Jenderal Hindia Belanda 1893 - 1899. Pada masanya Naskah Negarakretagama diselamatkan ke Belanda. Namanya pula yang dipakai sebagai nama kapal mewah yang tenggelam di Laut Jawa pada 1936, dan menjadi judul buku karya HAMKA yang telah difilmkan.
Jika sedang dalam perjalanan mudik ke arah Jogja atau Purwokerto, mungkin sesekali bisa dicoba untuk menginap di Hotel Wisata Benteng Van der Wijck, asalkan kamar hotelnya baik, ada fasilitas pendukung yang lumayan, dan pelayannya cukup memadai.
Benteng Van Der Wijck Gombong
Alamat : Jl. Sapta Marga, Desa Sedayu, Kecamatan Gombong, Kebumen. Telepon 0287 473 460. Lokasi GPS : -7.599481, 109.51721, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : Setiap hari jam 08.00 – 16.00. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Label: Benteng, Gombong, Jawa Tengah, Kebumen, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.