Candi Brahu Trowulan Mojokerto merupakan salah satu candi yang terbuat dari susunan bata merah peninggalan jaman Majapahit di daerah Trowulan yang relatif sudah dalam keadaan baik, setelah mengalami pemugaran pada tahun 1990 - 1995. Candi Brahu ini berada di Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong, Trowulan, pada GPS: -7.542986, 112.374322.
Meskipun kunjungan ke Candi Brahu ini telah terjadi cukup lama, namun entah kenapa baru tergerak untuk menuliskannya sementara tulisan yang lain di daerah yang sama telah terbit lebih dulu. Tak jarang tulisan di blog ini memang terbit jauh hari setelah kunjungannya sendiri dilakukanm, yang disebabkan oleh berbagai sebab teknis dan non-teknis.
Untuk sampai ke lokasi Candi Brahu, kami melewati tanah ladang dan sawah sejauh sekitar 2 km dari Jalan Raya Mojokerto - Jombang. Untuk memastikan arah jalan yang benar, kami sempat bertanya arah pada seorang penduduk yang kebetulan berpapasan jalan. Navigasi dengan Waze masih belum lagi populer saat itu, meski GPS Navigasi telah tersedia.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto tampak masih gagah berdiri di tengah area terbuka yang luas. Warna merah batanya yang menjadi bahan utama penyusun candi sudah tampak kehitaman di banyak tempat karena dimakan cuaca, hujan dan matahari sepanjang tahun. Tak jelas mengapa dahulu bata telanjang dipilih sebagai bahan pembuat candi dan buka batu gunung yang tahan jauh lebih lama, namun boleh jadi berhubungan dengan ketersediaan bahan.
Candi ini memiliki bentuk badan lekuk bertingkat tiga dan mengecil di bagian atasnya. Bisa dikatakan bahawa Candi Brahu memiliki ciri khas bangunan gaya Majapahitan, terbuat dari susunan batu bata bakar berwarna merah yang direkatkan dengan sistem gosok. Meski mungkin lebih mudah membuatnya, namun candi seperti ini cenderung lebih cepat tergerus zaman ketimbang candi yang terbuat dari batu gunung.
Taman di sekeliling Candi Brahu Trowulan Mojokerto terlihat asri dan cukup terawat baik. Area yang lebih dekat dengan candi hanya ditanami dengan perdu rendah dan palm yang sekarang mestinya sudah tinggi. Pohon yang bisa tumbuh tinggi ditanam pada jarak cukup jauh dengan area utama candi yang membuatnya menjadi panas namun mungkin baik bagi candinya.
Candi Brahu yang dibangun menghadap ke barat ini berukuran panjang 22,5 m, lebar 18 m, dan tinggi 20 m. Berbeda dengan umumnya candi di Jawa Tengah yang menghadap ke arah timur, candi di Jawa Timur kebanyakan menghadap ke arah barat, meski tak selalu demikian. Arah candi mungkin berhubungan dengan letak gunung tempat bersemayamnya para dewa, letak pusat kerajaan sebagai representasi dewa, atau arah mata angin dimana seorang dewa yang dipuja berkuasa.
Pandangan lebih dekat pada Candi Brahu Trowulan Mojokerto dengan undakan relatif utuh yang menuju ke tingkat dasar pertama candi. Undakan yang menuju tingkat dasar kedua Candi Brahu ini tampak tidak utuh lagi, dan tidak terlihat ada undakan yang menuju ke sebuah lubang yang berada di tengah bangunan candi.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto adalah candi Buddha yang diperkarakan dibangun pada abad ke-15 Masehi, dan konon merupakan tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit, yaitu Brawijaya I, II, III, dan IV, seperti tertera dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada 861 Saka atau 939 M. Namun sayangnya tidak ditemukan satu pun bekas abu jenazah di dalam bilik Candi Brahu ini.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto dilihat dari sudut debelah kanan, memperlihatkan lekak-lekuk garis-garis mendatar pada dinding samping yang sama sekali tak ada lubangya. Tidak terlihat adanya relief satu pun pada dinding Candi Brahu yang seluruhnya terbuat dari susunan batu bata merah ini, berbeda dengan candi di Jawa Tengah yang umumnya terbuat dari batu gunung dan kaya relief pada dindingnya.
Tidak adanya tangga menuju ke lubang Candi Brahu kemungkinan berhubungan dengan fungsinya sebagai tempat pembakaran jenazah yang sakral agar orang tidak menginjakkan kaki di sana. Untuk meletakkan jenazah di lubang itu mungkin dibuat struktur bambu atau kayu bersifat sementara yang dibongkar setelah acara atau ikut dibakar sebagai bagian dari ritual pembakaran jenazah.
Meskipun kunjungan ke Candi Brahu ini telah terjadi cukup lama, namun entah kenapa baru tergerak untuk menuliskannya sementara tulisan yang lain di daerah yang sama telah terbit lebih dulu. Tak jarang tulisan di blog ini memang terbit jauh hari setelah kunjungannya sendiri dilakukanm, yang disebabkan oleh berbagai sebab teknis dan non-teknis.
Untuk sampai ke lokasi Candi Brahu, kami melewati tanah ladang dan sawah sejauh sekitar 2 km dari Jalan Raya Mojokerto - Jombang. Untuk memastikan arah jalan yang benar, kami sempat bertanya arah pada seorang penduduk yang kebetulan berpapasan jalan. Navigasi dengan Waze masih belum lagi populer saat itu, meski GPS Navigasi telah tersedia.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto tampak masih gagah berdiri di tengah area terbuka yang luas. Warna merah batanya yang menjadi bahan utama penyusun candi sudah tampak kehitaman di banyak tempat karena dimakan cuaca, hujan dan matahari sepanjang tahun. Tak jelas mengapa dahulu bata telanjang dipilih sebagai bahan pembuat candi dan buka batu gunung yang tahan jauh lebih lama, namun boleh jadi berhubungan dengan ketersediaan bahan.
Candi ini memiliki bentuk badan lekuk bertingkat tiga dan mengecil di bagian atasnya. Bisa dikatakan bahawa Candi Brahu memiliki ciri khas bangunan gaya Majapahitan, terbuat dari susunan batu bata bakar berwarna merah yang direkatkan dengan sistem gosok. Meski mungkin lebih mudah membuatnya, namun candi seperti ini cenderung lebih cepat tergerus zaman ketimbang candi yang terbuat dari batu gunung.
Taman di sekeliling Candi Brahu Trowulan Mojokerto terlihat asri dan cukup terawat baik. Area yang lebih dekat dengan candi hanya ditanami dengan perdu rendah dan palm yang sekarang mestinya sudah tinggi. Pohon yang bisa tumbuh tinggi ditanam pada jarak cukup jauh dengan area utama candi yang membuatnya menjadi panas namun mungkin baik bagi candinya.
Candi Brahu yang dibangun menghadap ke barat ini berukuran panjang 22,5 m, lebar 18 m, dan tinggi 20 m. Berbeda dengan umumnya candi di Jawa Tengah yang menghadap ke arah timur, candi di Jawa Timur kebanyakan menghadap ke arah barat, meski tak selalu demikian. Arah candi mungkin berhubungan dengan letak gunung tempat bersemayamnya para dewa, letak pusat kerajaan sebagai representasi dewa, atau arah mata angin dimana seorang dewa yang dipuja berkuasa.
Pandangan lebih dekat pada Candi Brahu Trowulan Mojokerto dengan undakan relatif utuh yang menuju ke tingkat dasar pertama candi. Undakan yang menuju tingkat dasar kedua Candi Brahu ini tampak tidak utuh lagi, dan tidak terlihat ada undakan yang menuju ke sebuah lubang yang berada di tengah bangunan candi.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto adalah candi Buddha yang diperkarakan dibangun pada abad ke-15 Masehi, dan konon merupakan tempat pembakaran jenazah raja-raja Majapahit, yaitu Brawijaya I, II, III, dan IV, seperti tertera dalam prasasti yang ditulis Mpu Sendok pada 861 Saka atau 939 M. Namun sayangnya tidak ditemukan satu pun bekas abu jenazah di dalam bilik Candi Brahu ini.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto dilihat dari sudut debelah kanan, memperlihatkan lekak-lekuk garis-garis mendatar pada dinding samping yang sama sekali tak ada lubangya. Tidak terlihat adanya relief satu pun pada dinding Candi Brahu yang seluruhnya terbuat dari susunan batu bata merah ini, berbeda dengan candi di Jawa Tengah yang umumnya terbuat dari batu gunung dan kaya relief pada dindingnya.
Tidak adanya tangga menuju ke lubang Candi Brahu kemungkinan berhubungan dengan fungsinya sebagai tempat pembakaran jenazah yang sakral agar orang tidak menginjakkan kaki di sana. Untuk meletakkan jenazah di lubang itu mungkin dibuat struktur bambu atau kayu bersifat sementara yang dibongkar setelah acara atau ikut dibakar sebagai bagian dari ritual pembakaran jenazah.
Candi Brahu Trowulan Mojokerto
Alamat : Dukuh Jamu Mente, Desa Bejijong, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Lokasi GPS : -7.542986, 112.374322, Waze. Rujukan : Hotel di Mojokerto, Tempat Wisata di Mojokerto, Peta Wisata Mojokerto.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.