Bagaimana pun Dodi adalah orang Pekalongan, yang pekerjaannya membuat ia sering membawa tamu dari berbagai kalangan untuk berkeliling di kota batik ini. Oleh karenanya tawarannya perlu dicoba, karena pasti ada sesuatu yang menarik dibalik tampilan warung yang sederhana itu.
Sesuai namanya, yang melayani pesanan ketika kami memasuki warung dengan sejumlah meja dan bangku sederhana ini adalah pemiliknya sendiri yang bernama Rozi. Setelah sempat bercakap-cakap saya baru ketahui bahwa isteri Rozi yang selalu setia menemaninya selama puluhan tahun berjualan di tempat ini telah lebih dahulu menghadap sang Khalik.
Penampakan warung Gulai Kepala Manyung Pak Rozi Pekalongan yang sederhana, sehingga akan membuat siapa pun ragu untuk mampir jika kebetulan warung tengah sepi, dan tidak ada orang yang merekomendasikannya.
Namun benar adanya bahwa janganlah menilai sebuah buku dari sampulnya, jangan pula menilai warung dari tongkrongannya. Setelah mengambil tempat duduk kami pun memesan satu porsi Gulai Kepala Manyung, nasi, dan minuman hangat.
Rozi mengatakan bahwa masih tersisa tiga porsi Gulai Kepala Manyung lagi, dan sepertinya ia bisa menebak keraguan saya tentang kelezatan masakannya. Begitu pun saya ingin mencoba dahulu, jika cocok bisa tambah belakangan.
Penampakan seporsi Gulai Kepala Manyung Pak Rozi Pekalongan yang menggugah selera. Setelah menyendok nasi, mulailah kami menggerumuti makanan yang baru pertama kali saya cicipi ini. Lebih dari dugaan saya, Gulai Kepala Manyung Pak Rozi ini ternyata lezat sekali. Dagingnya sangat empuk, bumbunya sedap, dan sama sekali tidak amis.
Sesaat setelah membuktikan sendiri dan tak ada keraguan lagi akan kelezatan masakannya, saya pun memesan satu porsi tambahan Gulai Kepala Manyung, yang disambut bunyi tawa Dodi. Pak Rozi sendiri yang menyiapkan semua makanan dan minuman. Pada siang hari saat tamu sedang ramai mungkin ada orang yang membantunya.
Saya sempat memotret penampakan tulang belulang gulai kepala manyung pak Rozi setelah dagingnya ludas kami santap dan pindah dengan damai di dalam perut tanpa bisa protes. Cara yang paling efisien untuk mengganyang kepala ikan seperti ini adalah dengan menggunakan tangan, meski dengan menggunakan sendok pun bisa.
Selagi kami makan, datang satu keluarga yang memesan porsi terakhir Gulai Kepala Manyung Pak Rozi. Kemudian datang lagi pengunjung dengan dua mobil, namun Rozi sudah kehabisan stok siap saji. Rozi menawarkan untuk memasak yang baru, namun mereka berlalu.
Ekspresi Rozi dengan tawa di wajahnya di ujung waktu tutup warungnya juga sempat saya foto. Tak heran jika Gulai Kepala Manyung Pak Rozi memiliki penggemar, karena rasanya memang sungguh lezat dan nikmat. Sudah lebih dari 15 tahun Rozi berjualan Gulai Kepala Manyung di Pekalongan, hanya saja sekarang ia harus menapaki hari tanpa didampingi isterinya. Namun semangat hidupnya tampak tetap terjaga.
Hanya saja menurutnya kepala Manyung sekarang lebih susah diperoleh, sehingga kadang ia harus belanja ke luar kota. Ikan Manyung dikenal luas di Pantai Utara Jawa. Kepala Ikan Manyung digulai, dimangut, atau diasap, dagingnya dibuat ikan asin, kantung udaranya dimakan. Sayangnya telur manyung juga dipepes, yang mengancam kelestariannya.
Cobalah mampir dan mencicipi Gulai Kepala Manyung Pak Rozi Pekalongan jika sedang berada di kota ini, dan Anda tak akan menyesal soal rasa dan harganya. Tempatnya ada di seberang Tempat Pelelangan Ikan yang ada di muara Sungai Banger, kurang dari 500 meter sebelum obyek Wisata Bahari Pelabuhan Perikanan Nusantara Pekalongan.
Gulai Kepala Ikan Manyung Pak Rozi Pekalongan
Alamat : Jl. W.R. Supratman, Kota Pekalongan. Lokasi GPS : -6.8609268, 109.6907938, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.Label: Jawa Tengah, Kuliner, Pekalongan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.