Jawa Tengah, Makam, Sukoharjo, Wisata

Makam KH Samanhudi Sukoharjo

Karena berjodoh saya berkunjung ke Makam KH Samanhudi Sukoharjo, oleh sebab nama Makam KH Samanhudi tak ada dalam rencana perjalanan yang saya buat. Secara kebetulan saja mata ini terantuk pada tengara arah ke makam ketika kendaraan tengah melaju pelan melewati sebuah lorong jalan di wilayah Laweyan, Solo.

Makam tua dan makam pesohor hampir selalu menarik perhatian saya oleh karena sering ada cerita memikat di belakangnya, dan kadang bisa pula melihat bentuk dan ornamen makam indah yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Lagipula makam adalah rumah masa depan. Meskipun petunjuk arah ke Makam KH Samanhudi sangat membantu namun pak Jum masih perlu bertanya dua kali untuk sampai ke pinggir sebuah sungai besar dengan jembatan beton yang sempit melintang di atasnya, sehingga kendaraan diparkir di tepian sungai dan saya berjalan kaki menyeberang jembatan.

Sungai besar ini tampaknya menjadi pemisah antara wilayah Kecamatan Laweyan, Kota Solo, dimana terdapat Museum Samanhudi, dengan wilayah Kabupaten Sukoharjo. Oleh karena itulah Makam KH Samanhudi yang terletak di seberang sungai ini sudah masuk ke wilayah Kabupaten Sukoharjo.

Makam KH Samanhudi Sukoharjo

Jembatan sempit yang saya tapaki itu. Air sungainya keruh dan banyak sampah tersangkut di tepian sungai atau mengambang di atas permukaan air. Kekotoran sudah menjadi penyakit nasional yang sangat parah. Pohon beringin besar di seberang sana sepertinya menjadi semacam penanda bahwa ada sesuatu yang menarik di sekitarnya yang perlu untuk dikunjungi.

Setelah melewati jembatan saya berbelok ke kanan berjalan melipir di samping tembok yang rupanya adalah tembok keliling sebuah kompleks pemakaman sangat luas dan padat. Tepat di samping pohon beringin itu saya belok kiri untuk masuk ke dalam kompleks makam, menyusuri jalan setapak sempit diantara kubur. Setelah berjalan beberapa puluh langkah saya berbelok ke kanan, naik ke dataran makam yang letaknya lebih tinggi, dan terlihatlah satu-satunya makam bercungkup di kompleks makam luas itu.

Makam KH Samanhudi Sukoharjo

Cungkup makam beratap tumpang dua dengan sebuah tengara berdasar hitam menempel pada dinding luar kuncup. Saya sempat bertanya kepada seorang perempuan lewat baya yang tengah duduk-duduk di atas makam untuk memastikan bahwa cungkup itu adalah Makam KH Samanhudi yang saya cari.

Kompleks makam dimana Makam KH Samanhudi berada terlihat sangat rapat dan padat, sehingga sekitar tiga tahun lalu sempat ada wacana agar Makam KH Samanhudi dipindahkan ke tempat lain yang lebih lapang agar bisa menampung peziarah saat ada peringatan.

Tengara pada cungkup berbunyi "Makam Pahlawan Nasional K.H. Samanhudi, Ds. Banaran Kec. Grogol, Kab. Sukoharjo". Benar KH Samanhudi adalah Pahlawan Nasional. Adalah Presiden Soekarno yang menyematkan Bintang Maha Putra kepada Soekamto Samanhudi atas nama keluarga Haji Samanhudi di Istana Merdeka pada 15 Februari 1960, empat tahun setelah KH Samanhudi meninggal dunia.

KH Samanhudi menoreh sejarah karena ia adalah orang pertama di Indonesia yang mendirikan sebuah organisasi. KH Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam pada 16 Oktober 1905 di Solo, yang kemudian berubah menjadi Sarekat Islam (SI) pada 11 November 1911. Pada 12 Agustus 1912 SI diskors oleh pemerintah Belanda lantaran dianggap berbahaya, sehingga Anggaran Dasar pun terpaksa diubah menjadi terbatas lokal.

Di dalam cungkup Makam KH Samanhudi hanya ada dua pusara membujur berdampingan, yaitu Makam KH Samanudi dan Makam Ny Samanhudi. Pada nisan Makam KH Samanhudi tertulis "Disini dimakamkan pendiri Serikat Islam KH. Samanhudi, Lahir: th 1868, Wafat: Jumat Pahing 28 Desember 1956 sebagai Pahlawan Nasional RI".

Sedangkan pada nisan sebelahnya hanya bertuliskan "Ny. Samanhudi, Wafat Selasa Wage 6 DJW 1940". Melihat tahun wafatnya, maka Ny Samanhudi yang dimaksud adalah Suginah binti H. Bajuri, karena isteri kedua KH Samanhudi yang bernama Marbingah wafat pada 1960.

Pada 10 September 1912 HOS Tjokroaminoto masuk SI. SI kemudian berbadan hukum, dan berubah dari organisasi dagang menjadi organisasi politik. Dalam perkembangannya, SI pecah menjadi SI Putih yang dipimpin H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta, dan SI Merah yang berhaluan sosialisme kiri dan dipimpin oleh Semaun yang berpusat di Semarang.

Pada kongres di Madiun, SI Putih berubah menjadi Partai Sarekat Islam (PSI), dan lalu menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSSI) pada 1927. SI Merah berubah menjadi Sarekat Raya (SR) yang menjadi pendukung Partai Komunis Indonesia.

Begitulah, KH Samanhudi yang pernah merajai industri Batik Laweyan dan mewarnai peta perdagangan serta perpolitikan Indonesia itu kini telah beristirahat dengan tenang, meski ia wafat dalam keadaan pailit dan berjuang sendirian. Roda hidup selalu berputar, dan orang tak pernah tahu pada putaran mana posisinya ketika ia meninggal.


Makam KH Samanhudi Sukoharjo

Alamat : Desa Banaran, Kecamatan Grogol, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Lokasi GPS : Makam -7.57239, 110.79413, Lokasi GPS Parkir: -7.57192, 110.79466, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sukoharjo, Peta Wisata Sukoharjo.
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.
Diubah: April 21, 2018.