Letak Makam Marga Ewuh berada di belakang rumah penduduk, masuk gang sejauh 45 m dari Jalan Stasiun. Akses bisa dari pertigaan di seberang GKJ Kebumen di Jl Pemuda, agak sedikit serong ke selatan. Masuk sejauh 150 m dan lalu masuk ke dalam gang di sebelah kanan jalan. Bisa juga dari Stasiun Kereta Api Kebumen naik becak mengambil jalan yang lurus ke utara dan lalu belok ke kiri mengikuti jalan. Posisi Makam Marga Ewuh memang ada di sebelah utara stasiun, namun harus melewati jalan memutar untuk sampai ke sana. Di kompleks makam ini ada blok pemakaman Islam dan Kristen yang letaknya berdampingan.
Menurut cerita Sunarto, pria yang belakangan saya temui, makam ini dulu sangat wingit. Sekitar tahun 1975-an, di Pohon Serut yang ada di makam ini ada suara sawangan burung, ada 2, yang berbunyi malam Jumat Kliwon. Ada pula ayam gaib yang asal ada ayam betina akan menurunkan ayam yang bulunya hitam semua (wiring galih). Penunggu Pohon Serut adalah seekor ular welang kuning yang ia pernah lihat dua kali.
Pemandangan ke arah kompleks pemakaman dilihat dari tepi gang setelah masuk ke dalam dari Jalan Stasiun. Makam Marge Ewuh ada di bawah pohon besar di sebelah kiri, yang dikelilingi oleh pagar bambu sederhana. Jika melihat nisan-nisan yang ada di sini, kompleks makam memang sudah cukup tua, baik yang beragama Islam maupun Kristen.
Saya sempat berkeliling untuk melihat satu persatu tulisan yang ada pada nisan kubur yang ada di bagian depan kompleks Makam Marga Ewuh Panjer, dengan harapan bisa mengenali salah satu nama. Namun setelah cukup lama berkeliling, tak ada satu pun nama pada nisan yang saya kenali. Sayangnya sejarah menarik tentang kehidupan sering lenyap terkubur bersama orangnya.
Itu lantaran orang-orang yang tahu mengenai riwayat hidup seseorang tidak memiliki kemampuan atau sarana untuk menuliskannya, sehingga tidak bisa dibaca dan diteladani oleh generasi kemudian. Jika pun ada yang pintar bercerita dalam bentuk dongeng, maka isinya bisa semakin lama semakin sedikit oleh karena terbatasnya ingatan penuturnya.
Menurut penuturan Sunarto, Pohon Serut di makam ini tidak boleh dipotong. Ada kayu jatuh sudah 7 tahun dibiarkan begitu saja, tanpa ada yang berani mengambil. Ada pula Burung Hantu, yang biasanya datang sekitar jam 8 malam kalau ada yang mau meninggal. Pernah ia didatangi burung hantu jam 9 pagi yang memandanginya terus, lalu ia pegang dan taruh di atas pohon.
Makam di bawah pohon besar yang disebut sebagai Makam Marga Ewuh itu terlihat sangat sederhana. Hanya terlihat dua buah tanda kubur polos tanpa ornamen dan tak ada torehan nama, dengan akar pohon berukuran besar melintang di tengah-tengahnya. Jika pun pernah dibuat kijing pada makam ini maka akar pohon itu pasti telah merusaknya.
Saat melihat nisan di bawah pohon besar ini saya belum tahu bahwa itu adalah Makam Marga Ewuh, hanya naluri yang membuat saya memotretnya. Juga pagar bambu di sekelilingnya membuat saya berpikir bahwa makam ini mungkin menyimpan sebuah kisah yang istimewa. Adalah seorang pria yang tengah membersihkan makam yang memberi pencerahan.
Semoga akan ada masanya nanti desa ini kedatangan anak-anak sekolah atau mahasiswa yang melakukan KKN, dan mereka membantu membuatkan semacam papan informasi yang berisi kisah hidup Marga Ewuh Panjer agar bisa dibaca oleh orang yang datang ke sana. Tengara pada batu nisan pun juga perlu dibuat, agar mudah dikenali dan bisa bertahan lama.
Adalah Sunarto atau biasa dipanggil Patuk (58 tahun), pria dengan pandangan dan wajah teduh, yang memberi tahu saya tentang Makam Marga Ewuh itu. Ia menyebutnya sebagai Mergo Ewu, namun saya mengikuti situs ini menyebutnya sebagai Marga Ewuh. Siapa tokoh yang disebut Marga Ewuh juga diceritakan dalam situs itu.
Pohon di sebelah kanan Sunarto adalah Pohon Serut. Di bawah pohon ada keramat yang disebutnya sebagai Makam Mbah Serwiti atau Mbah Sriti. Menurutnya setiap acara tahlilan di Panjer selalu disebut nama mbah Mergo Ewu, mbah Serwiti, dan mbah Blesek. Siapa mereka, Sunarto hanya menyebutnya sebagai wali asal Solo yang menyanggrah atau tinggal sementara di tempat ini.
Adalah sesuatu hal sangat baik jika kebiasaan masyarakat di Panjer untuk selalu mengingat dan mendoakan orang-orang yang dihormati karena kebaikan dan keteladanannya itu terus dijaga. Merawat ingatan masa lalu dengan cara seperti itu memperlihatkan tertibnya adab dan keluhuran budi dari masyarakatnya.
Meskipun Pohon Serut di sebelah Makam mBah Serwiti itu tak setua yang ada di Makam Marga Ewuh, namun pohon ini juga tak kalah rindangnya, dengan batang pohon yang cukup besar. Ular welang yang menjadi penjaga pohon ini tidak mengganggu orang, begitu menurut Sunarto.
Makam Marga Ewuh Panjer Kebumen
Alamat : Kompleks Pemakaman Stana Panjang, Desa Panjer, Kec Kebumen, Kebumen. Lokasi GPS : -7.6797, 109.66141, Waze. Hotel, Tempat Wisata, Peta.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Makam, Panjer, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.