Melihat ada sebuah masjid di ujung kiri jalan buntu, saya melanjutkan langkah menuju ke arah masjid itu yang pintu pagarnya terlihat tertutup rapat itu. Beruntung meski tertutup namun kunci gemboknya tidak terpasang. Jarang memang ada masjid menggembok pintu pagar.
Adalah nama yang tertera pada gapura, yaitu "Masjid Hastana Karaton Kartasura", yang membuat saya tertarik untuk masuk ke dalam pekarangan masjid, lantaran menduga bahwa masjid itu tentu ada kaitannya dengan peninggalan Keraton Kasunanan Kartasura yang hancur menyusul peristiwa Geger Pecinan.
Gapura paduraksa dengan tengara nama "Masjid Hastana Karaton Kartasura" berlambang mahkota raja di puncaknya. Melongokkan kepala ke dalam pekarangan masjid selama beberapa saat namun tak melihat jua orang di dalamnya, akhirnya saya pun mencoba membuka pintu pagar sorong itu. Berhasil, karena tak digembok.
Setelah menyelarak kembali pintu pagar, saya pun melangkahkan kaki mendekati sermabi masjid yang terlihat cukup luas dan terbuka di bagian depannya. Suasana sepi karena hari memang masih pagi, baru jam setengah sembilan, dan banyak orang sedang melakukan kegiatan di luar rumah pada jam seperti itu, tidak di masjid.
Serambi Masjid Hastana Keraton Surakarta yang cukup luas dengan atap relatif rendah, tiga pintu utama dan 2 pintu samping. Sebuah bedug besar dan kentonganannya terlihat ada di pojok depan serambi. Bedug dan kentongan yang telah berusia hampir 200 tahun itu kini sudah jarang dibunyikan, diganti dengan pengeras suara.
Pintu yang menghubungkan serambi masjid dengan ruang utama masjid tidak ditutup, sehingga saya bisa masuk ke dalam. Atap serambi menyerupai bangunan kelenteng, yaitu limasan terpancung, dan atap ruangan utama berupa limasan tumpang yang tak terlihat dari bagian depan karena tingginya sepertinya sama dengan tinggi atap serambi masjid.
Ruang utama Masjid Hastana Keraton Kartasura sempat saya potret dari pojok sebelah kiri ruangan, memperlihatkan dua buah pintu samping masjid, mimbar dan tempat imam pada bagian mihrab, karpet sajadah bernuansa dominan hijau yang menutup seluruh lantai, dan sokoguru yang berjumlah segi empat.
Tak ada ornamen yang mencolok menarik perhatian di ruangan utama masjid ini. Tiang soko guru pun terlihat polos tanpa ornamen ukir, demikian pula umpaknya yang terkesan sangat biasa. Atap limasan tumpang menjadikan pencahayaan di dalam ruangan ini terlihat cukup baik
Ruang utama Masjid Hastana Keraton Kartasura disangga dengan empat saka guru saja, dengan dua pintu di sebelah kiri dan dua pintu di sebelah kanan. Sementara di bagian depan ada tiga pintu besar diapit dengan satu pintu kecil masing-masing di sisi kiri kanannya.
Tak ada yang istimewa pada dalaman masjid. Pada mihrab hanya ada sebuah tulisan kaligrafi dalam akasara Arab "Allah", sebuah jam dinding sederhana, mimbar bercat abu-abu polos, pengeras suara, sepasang AC, serta kipas angin. Tak saya temukan tengara cagar budaya di tempat ini, meskipun kabarnya masjid ini merupakan masjid tertua di Kartasura.
Belakangan, setelah bertemu dengan kuncen yang mengawasi peninggalan Keraton Kasunanan Kartasura bernama RT Kertihastonodipuro (72 tahun), saya baru tahu bahwa masjid ini dibangun pada 1827 di jaman Pakubuwana X oleh Yayasan PB X Keraton Surakarta Hadiningrat. Konon sebagian besar bangunan dan kayu masjid masih asli seperti ketika dibangun.
Masjid Hastana Keraton Kartasura
Alamat : Desa Siti Hinggil, Kartasura, Kabupaten Sukoharjo. Lokasi GPS : -7.55803, 110.73979, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sukoharjo, Peta Wisata Sukoharjo.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.