Lokasi Mata Air Sendang Pelus Kebumen tak mudah kami temukan, meski telah berada di kecamatan dimana sendang berada. Kami putar balik beberapa kali karena belokannya terlewati. Kesulitan seperti ini membuat saya berusaha memperoleh data GPS di semua tempat yang saya kunjungi, untuk memudahkan pejalan.
Ancar-ancar yang diberikan penduduk, pertigaan itu ada di seberang pasar. Meski pasarnya dekat pinggir jalan, namun ketiadaan tengara membuat kami kesasar. Belakangan saya tahu pasar itu bernama Metho, nama lain Rogodadi, nama desa dimana Sendang Pelus berada. Setelah masuk ke pertigaan yang benar, kami bertanya lagi pada penduduk yang tengah duduk-duduk di tepi jalan, untuk memastikan arah.
Setelah 280 meter di jalan desa, jalan itu lalu menyerong ke kiri, dan terlihat gapura bertulis "Kawasan Wisata Sendang Pelus". Sesaat kemudian, setelah 450 meter dari pertigaan, sampailah kami ke tempat tujuan. Untuk berkunjung ke Mata Air Sendang Pelus Kebumen kini orang tak perlu malu lagi bertanya arah di pinggiran jalan ke orang yang tak dikenal. Cukup membuka aplikasi Waze dan cari nama Sendang Pelus, selebihnya biarka Waze yang memandu jalan. Jika Waze belum memasukkan lokasinya, tinggal klik data GPS di ujung tulisan.
Gapura bertulis "Kawasan Wisata Sendang Pelus" itu, yang terlihat dibuat dengan cukup baik dan sepertinya belum begitu lama dibuat. Jalanan desa yang kami lewati kondisinya tidak buruk meski hanya berupa jalan tanah yang diperkeras. Di sisi kiri kanan jalan terlihat rumah penduduk berpagar tanaman perdu yang di kampung disebut sebagai tetean.
Jarak dari Tugu Lawet hingga Sendang Pelus 28,5 km, arah ke Barat melewati Jl Pahlawan, Jl Ronggowarsito, lanjut Jl Raya Sokka yang selama puluhan tahun terkenal dengan Genteng Sokka, lanjut Jl Nasional III, belok kiri masuk jalan tembus sebelum RM Candisari hingga mentok Jl Gombong - Karangbolong, dan lalu ke kiri 6,8 km lagi untuk sampai Pasar Metho.
Keberadaan sendang bisa disebut sebagai tempat yang cukup langka, oleh sebab tak semua desa atau kecamatan bisa beruntung memilikinya. Jika pun punya maka debit air yang keluar ada yang jecil dan ada pula besar yang bisa dibuat sebagai kolam renang. Tak jarang tempat seperti ini dianggap sebagai keramat, dibumbui cerita legenda masa lalu.
Ketiadaan teman dekat atau pinisepuh yang biasa diajak bertukarpikir dan berkeluh kesah bisa merupakan salah sebab mengapa orang senang pergi ke tempat yang dianggap keramat untuk mengadukan masalah hidupnya dan meminta pertolongan. Walau pun begitu, ketika ditanya umumnya akan menjawab bahwa mereka meminta langsung ke Yang Mahakuasa, dan apa yang mereka lakukan hanya menjadi lantaran atau medium.
Penampakan area Mata Air Sendang Pelus dengan tugu pendek polos pada jalan masuk yang diapit dua buah batu besar kasar dan tak beraturan bentuknya. Jika suatu ketika ada pemahat patung yang piawai datang berkunjung ke sana, kedua batu itu bisa menjelma menjadi sepasang arca Dwarapala yang elok.
Di ujung sana terlihat sebuah bangunan rumah kecil kosong tanpa penghuni yang terlihat sudah mulai menua, nyaris kumuh. Suasana di sekitar Mata Air Sendang Pelus tampak sepi, maklum lkarena okasinya berada di kaki bukit yang cukup jauh jaraknya dari tepi jalan besar. Lagipula tak banyak orang tertarik untuk datang ke sendang, ketika mall dan tempat hiburan lainnya telah tersedia di kota.
Di sisi sebelah kanan area terdapat aliran sungai kecil dengan air jernih yang rupanya mengalirkan limpahan air dari Mata Air Sendang Pelus. Lokasi sendang berada di dalam kolam di belakang bangunan kecil itu. Air yang berasal dari sendang itulah yang digunakan sehari-hari oleh penduduk sekitar untuk keperluan mandi, mencuci dan keperluan lainnya.
Di pojok kiri area sendang terdapat bentuk seperti patung setengah badan yang tidak sempurna, entah memang dari awalnya seperti itu atau rusak karena dimakan oleh waktu. Pada tembok batu di sebelah kanannya terdapat tulisan "Mata Air Sendang Pelus", dengan relief dua ekor pelus yang digambarkan pada posisi berhadapan.
Di kolam tempat Mata Air Sendang Pelus ada sebuah kotak tembok kecil yang dipergunakan sebagai tempat ritual, terlihat dari tumpukan bakaran dupa yang ada di tengahnya. Kabarnya memang ada beberapa orang yang segaja datang ke tempat ini untuk ngalap berkah agar apa yang diinginkannya tercapai. Kepercayaan pada yang gaib memang pilihan, tak bisa dipaksakan.
Jernihnya Mata Air Sendang Pelus Kebumen masih terlihat pada foto lainnya yang saya ambil di sana, meski dasarnya sendangnya perlu dibersihkan. Seorang pria yang tengah membersihkan diri di kali mengatakan bahwa dulu memang ada pelus (Anguilla spp) yang hidup di sendang ini.
Keterangan pria itu secara tak langsung mengatakan bahwa tak ada lagi pelus yang hidup di sendang. Sayang saya tak bertemu kuncen untuk mengkonfirmasi keterangan pria itu. Sejumlah tulisan yang terbit beberapa tahun lalu menyebutkan bahwa di sendang ini memang ada pelus besar, yang keluar dari sarangnya ketika diberi telur goreng oleh kuncen.
Mudah-mudahan pelusnya masih ada. Namun, kelestarian mata air Sendang Pelus ini terancam dengan penambangan batu dan gamping pada perbukitan resapan air. Saya sempat ke tebing bukit yang sebagian telah lenyap itu. Harapan saya, semoga masyarakat tahu kapan harus berhenti merusak alam, agar terhindar dari bencana yang mereka ciptakan sendiri.
Ancar-ancar yang diberikan penduduk, pertigaan itu ada di seberang pasar. Meski pasarnya dekat pinggir jalan, namun ketiadaan tengara membuat kami kesasar. Belakangan saya tahu pasar itu bernama Metho, nama lain Rogodadi, nama desa dimana Sendang Pelus berada. Setelah masuk ke pertigaan yang benar, kami bertanya lagi pada penduduk yang tengah duduk-duduk di tepi jalan, untuk memastikan arah.
Setelah 280 meter di jalan desa, jalan itu lalu menyerong ke kiri, dan terlihat gapura bertulis "Kawasan Wisata Sendang Pelus". Sesaat kemudian, setelah 450 meter dari pertigaan, sampailah kami ke tempat tujuan. Untuk berkunjung ke Mata Air Sendang Pelus Kebumen kini orang tak perlu malu lagi bertanya arah di pinggiran jalan ke orang yang tak dikenal. Cukup membuka aplikasi Waze dan cari nama Sendang Pelus, selebihnya biarka Waze yang memandu jalan. Jika Waze belum memasukkan lokasinya, tinggal klik data GPS di ujung tulisan.
Gapura bertulis "Kawasan Wisata Sendang Pelus" itu, yang terlihat dibuat dengan cukup baik dan sepertinya belum begitu lama dibuat. Jalanan desa yang kami lewati kondisinya tidak buruk meski hanya berupa jalan tanah yang diperkeras. Di sisi kiri kanan jalan terlihat rumah penduduk berpagar tanaman perdu yang di kampung disebut sebagai tetean.
Jarak dari Tugu Lawet hingga Sendang Pelus 28,5 km, arah ke Barat melewati Jl Pahlawan, Jl Ronggowarsito, lanjut Jl Raya Sokka yang selama puluhan tahun terkenal dengan Genteng Sokka, lanjut Jl Nasional III, belok kiri masuk jalan tembus sebelum RM Candisari hingga mentok Jl Gombong - Karangbolong, dan lalu ke kiri 6,8 km lagi untuk sampai Pasar Metho.
Keberadaan sendang bisa disebut sebagai tempat yang cukup langka, oleh sebab tak semua desa atau kecamatan bisa beruntung memilikinya. Jika pun punya maka debit air yang keluar ada yang jecil dan ada pula besar yang bisa dibuat sebagai kolam renang. Tak jarang tempat seperti ini dianggap sebagai keramat, dibumbui cerita legenda masa lalu.
Ketiadaan teman dekat atau pinisepuh yang biasa diajak bertukarpikir dan berkeluh kesah bisa merupakan salah sebab mengapa orang senang pergi ke tempat yang dianggap keramat untuk mengadukan masalah hidupnya dan meminta pertolongan. Walau pun begitu, ketika ditanya umumnya akan menjawab bahwa mereka meminta langsung ke Yang Mahakuasa, dan apa yang mereka lakukan hanya menjadi lantaran atau medium.
Penampakan area Mata Air Sendang Pelus dengan tugu pendek polos pada jalan masuk yang diapit dua buah batu besar kasar dan tak beraturan bentuknya. Jika suatu ketika ada pemahat patung yang piawai datang berkunjung ke sana, kedua batu itu bisa menjelma menjadi sepasang arca Dwarapala yang elok.
Di ujung sana terlihat sebuah bangunan rumah kecil kosong tanpa penghuni yang terlihat sudah mulai menua, nyaris kumuh. Suasana di sekitar Mata Air Sendang Pelus tampak sepi, maklum lkarena okasinya berada di kaki bukit yang cukup jauh jaraknya dari tepi jalan besar. Lagipula tak banyak orang tertarik untuk datang ke sendang, ketika mall dan tempat hiburan lainnya telah tersedia di kota.
Di sisi sebelah kanan area terdapat aliran sungai kecil dengan air jernih yang rupanya mengalirkan limpahan air dari Mata Air Sendang Pelus. Lokasi sendang berada di dalam kolam di belakang bangunan kecil itu. Air yang berasal dari sendang itulah yang digunakan sehari-hari oleh penduduk sekitar untuk keperluan mandi, mencuci dan keperluan lainnya.
Di pojok kiri area sendang terdapat bentuk seperti patung setengah badan yang tidak sempurna, entah memang dari awalnya seperti itu atau rusak karena dimakan oleh waktu. Pada tembok batu di sebelah kanannya terdapat tulisan "Mata Air Sendang Pelus", dengan relief dua ekor pelus yang digambarkan pada posisi berhadapan.
Di kolam tempat Mata Air Sendang Pelus ada sebuah kotak tembok kecil yang dipergunakan sebagai tempat ritual, terlihat dari tumpukan bakaran dupa yang ada di tengahnya. Kabarnya memang ada beberapa orang yang segaja datang ke tempat ini untuk ngalap berkah agar apa yang diinginkannya tercapai. Kepercayaan pada yang gaib memang pilihan, tak bisa dipaksakan.
Jernihnya Mata Air Sendang Pelus Kebumen masih terlihat pada foto lainnya yang saya ambil di sana, meski dasarnya sendangnya perlu dibersihkan. Seorang pria yang tengah membersihkan diri di kali mengatakan bahwa dulu memang ada pelus (Anguilla spp) yang hidup di sendang ini.
Keterangan pria itu secara tak langsung mengatakan bahwa tak ada lagi pelus yang hidup di sendang. Sayang saya tak bertemu kuncen untuk mengkonfirmasi keterangan pria itu. Sejumlah tulisan yang terbit beberapa tahun lalu menyebutkan bahwa di sendang ini memang ada pelus besar, yang keluar dari sarangnya ketika diberi telur goreng oleh kuncen.
Mudah-mudahan pelusnya masih ada. Namun, kelestarian mata air Sendang Pelus ini terancam dengan penambangan batu dan gamping pada perbukitan resapan air. Saya sempat ke tebing bukit yang sebagian telah lenyap itu. Harapan saya, semoga masyarakat tahu kapan harus berhenti merusak alam, agar terhindar dari bencana yang mereka ciptakan sendiri.
Mata Air Sendang Pelus
Alamat : Desa Rogodadi, Kecamatan Buayan, Kebumen. Lokasi GPS : -7.6991, 109.47761, Waze. Hotel, Tempat Wisata, Peta.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.