Jika saja kami berjalan kaki maka akan ada jalan tembus yang melewati pekarangan rumah penduduk. Namun karena menggunakan kendaraan maka jaraknya menjadi hampir tiga kali lipat, dengan lintasan yang membentuk hampir menyerupai huruf U dengan kaki yang panjang. Betapa pun, cukup menyenangkan berkendara melintas di jalan dengan suasana pedesaan yang lalu lintasnya sangat sepi.
Lagipula jarak yang memutar itu hanya kurang dari 600 meter. Petilasan Sumur Syekh Anom Sida Karasa ada di sebelah kanan dari arah kami datang, dengan tengara di samping pintu pagar besi yang tak terkunci. Sumur ini konon dibuat sendiri oleh Syekh Anom Sida Karsa, dan karenanya banyak orang percaya bahwa airnya membawa tuah, dari mulai mengobati penyakit sampai untuk mendapatkan keturunan. Kepercayaan adalah kekuatan, dan kekuatan bisa membawa orang kepada apa yang ia ingin atau idamkan, lepas apakah itu karena tuah air atau tuah usaha kerasnya sendiri.
Tampak depan gapura dengan bagian atas berbentuk atap pelana, pagar tak terkunci dicat warna tembaga dengan anak panah berwarna keemasan, serta tengara yang berbunyi "Sumur Tua Petilasan Syekh Anom Sidokarso, Alamat: Dk Wadas, Desa Grogolbeningsari, Kec. Petanahan, Kab. Kebumen, Prov. Jawa Tengah"
Merasa sudah mendapatkan ijin dari pengurusnya, dan lagipula pagar tidak digembok, saya pun membuka pagar dan berjalan masuk ke dalam area petilasan yang tidak begitu besar itu. Bagian bawahnya dipasang blok paving yang sebagian telah lumutan menandakan kelembaban air tinggi ditambah dengan rindang pohon yang menahan sinar matahari.
Suasana sekeliling petilasan tampak sepi. Tak ada peziarah yang tengah berada di sana, dan tak ada pula penduduk sekitar yang datang menyapa. Seperti yang disampaikan oleh Muhyidin beberapa saat yang lalu, ziarah ke petilasan Syekh Anom Sida Karsa masih merupakan peristiwa tahunan, yang hanya ramai dikunjungi pada bulan Suro dan Ruwah saja.
Pada jaman dahulu, ketika orang kota sudah biasa menikmati air ledeng, anak kecil di kampung sudah harus bisa menimba air dari dalam sumur. Oleh karena itu tangan anak-anak jaman itu umumnya sangat kuat dengan urat yang menonjol pada lengannya. Kini, kecuali olah ragawan dan anggota perkumpulan beladiri, tangan anak kampung tak lagi sekuat dan seliat anak-anak terdahulu.
Area berpagar besi dicat warna tembaga yang berada di sisi sebelah kiri kompleks petilasan sumur Syekh Anom Sida Karsa dipercayai sebagai area bekas rumahnya. Muhyidin sempat menyebutkan bahwa dulu area bekas rumah Syekh Anom ini lebih luas dari yang ada sekarang ini. Pada jaman itu mungkin orang masih tak perlu membeli tanah untuk dijadikan tempat tinggal, sehingga bisa memiliki tanah yang luas.
Karena memang tidak membuka pesantren dan hanya menerima Santri Kalong, yaitu yang mengaji hanya pada malam hari, bisa dimengerti bahwa Syekh Anom tidak membutuhkan tempat yang luas untuk menerima dan mengajar murid-muridnya. Masjid pun boleh jadi hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan menampung para santri yang jumlahnya ratusan.
Di jaman listrik belum lagi masuk ke desa dan kampung kecil, sumur adalah merupakan sumber air minum utama yang juga digunakan untuk semua keperluan lainnya. Hanya jika ada sungai atau sumber air yang lokasinya tak jauh dari tempat tinggal maka orang bisa mandi dan mencuci baju di sana untuk menghemat air sumur.
Sekitaran lingkaran sumur tua peninggalan Syekh Anom Sida Karsa itu telah disemen lumayan tebal berbentuk segi empat yang hampir menyerupai bentuk umpak sebuah bangunan tradisional Jawa. Serumpun tetean terlihat menyembul keluar dari lubang sumur.
Air sumur itu tidak lagi ditimba, namun ada pompa air yang mengalirkannya ke dalam tando air berukuran besar, dan orang bisa mengambilnya secara gratis dari keran-keran yang ada. Petilasan ini juga dilengkapi dengan WC dan tempat berteduh kecil di pojok area. Namun saya tak sempat melihat seperti apa toiletnya. Mudah-mudahan bersih.
Melihat area petilasan yang tak begitu luas itu saya teringat kisah legenda yang diceritakan Muhyidin, yaitu ketika rumah Syekh Anom Sida Karsa disatroni gerombolan berandal Ambal yang berjumlah 200-an orang. Rumah Syekh Anom disebutkan kecil saja, namun meski kecil rumah itu mampu menampung seluruh anggota berandal dan bahkan mereka hanya memenuhi satu sudut rumahnya saja.
Sumur Petilasan Syekh Anom Sida Karsa
Alamat : Dukuh Wadas, Desa Grogol Beningsari, Kecamatan Petanahan, Kebumen. Lokasi GPS : -7.74527, 109.60559, Waze. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Label: Jawa Tengah, Kebumen, Petilasan, Wali, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.