Desember 22, 2019

Vihara Vajra Bumi Pekalongan

Kunjungan ke Vihara Vajra Bumi Pekalongan membuat saya sedikit lebih mengenal salah satu sekte agama Buddha di Nusantara ini. Istilah Vihara lazim digunakan sebagai bangunan tempat ibadah bagi penganut agama Buddha. Namun di jaman Order Baru nama vihara lebih banyak digunakan untuk tempat ibadah Tri Dharma.

Hingga sekarang vihara masih digunakan sebagai tempat ibadah Tri Dharma (Konghucu, Tao, dan Buddha). Belakangan penganut Konghucu memperkenalkan litang. Vihara Vajra Bumi Pekalongan adalah tempat ibadah resmi penganut Buddha Tantrayana Zhenfo Gong Kasogatan Indonesia. Tantrayana atau Vajrayana berkembang dari ajaran Buddha Mahayana, yang berbeda hanya dalam hal praktik. Dalam Tantrayana, latihan meditasi sering disertai visualisasi. Kasogatan adalah kelompok Tantrayana di Indonesia yang lahir setelah kebangkitan Buddha di Indonesia yang dipelopori mendiang Bhikkhu Ashin Jinnarakitta Mahathera.

Bhikkhu Ashin Jinarakkhita (Bogor 23 Januari 1923 - Jakarta 18 April 2002) yang lahir sebagai The Boan An adalah orang Indonesia pertama yang ditahbiskan menjadi bhikkhu pada 1953, atau 5 abad setelah runtuhnya Majapahit. Sedangkan Kasogatan dipelopori oleh mendiang Giriputra Soemarsono dan Dharmesvara Oka Diputhera pada 1976.

vihara vajra bumi pekalongan

Penampakan ruang utama Vihara Vajra Bhumi Pekalongan, dengan tiga rupang (patung) Buddha berwarna keemasan pada posisi duduk bersila dengan sikap mudra yang berbeda. Rupang di kiri kanan posisi telapak tangan luarnya menghadap ke atas dan tangan satunya memegang buli-buli di depan pusar. Rupang di tengah, telapak tangan kanannya menelungkup.

Merapat pada dinding kiri kanan terdapat meja altar kecil dengan rupang dewa dan hiolo. Di sebelahnya ada meru susun lima belas dan vas keramik besar dengan ornamen bunga yang indah. Meja dan kursi berjejer di kiri kanan menghadap keluar, dan di tengah ada satu kursi menghadap meja kecil, memunggungi meja memanjang dengan relief bunga.

Ada tulisan di bagian depan vihara berbunyi Li Shan Lei Zang Si yang tak saya temukan artinya. Di bawahnya terdapat hiolo Thian berkaki tiga jangkung dengan hiasan sepasang naga di kiri kanannya. Sepasang stupa berwarna keemasan di kiri kanan pintu masuk menjadi penanda bahwa tempat ini merupakan tempat ibadah bagi umat Buddha. Namun adanya hiolo Thian yang ada di tengah juga memperlihatkan pengaruh budaya Tiongkok yang kuat pada vihara ini.

vihara vajra bumi pekalongan

Rupang pada altar utama Vihara Vajra Bumi Pekalongan. Selain patung Buddha tertawa, sebagian rupang ada namanya. Ada Jambhala, Padmasambhava, dan Padmabhava Siddhiputra. Jambhala adalah Dewa Kekayaan yang dalam mitologi Hindu dikenal sebagai Kubera. Jambhala dipercaya merupakan perwujudan Awalokiteswara, Bodhisatwa Welas Asih.

Di Vihata Vajra Bumi Pekalongan ada relief dinding cantik besar, perwujudan delapan Yidam atau Dewa Pembimbing dalam Tantrayana. Mereka adalah Amitabha yang menolong dewa dan manusia, memiliki 48 nazar untuk semua makhluk hidup; Awalokiteswara yang penuh welas asih; Ksitigarbha yang ada di neraka, khusus menolong makhluk sengsara.

Lalu ada Cundi yang mampu membereskan segala macam urusan; Jambhala dengan sifat melindungi Dharma dan penuh rezeki; Padmasambhawa yang memiliki sifat Bodhisatwa; Bhaisajyaguru yang memiliki 12 nazar, menolong yang sakit dan semua yang menderita dalam alam samsara; dan Padmakumara yang memiliki rejeki besar dan kebijaksanaan tinggi.

Padmasambhava dianggap membawa masuk Buddha Tantrayana ke Bhutan dan Tibet pada abad ke-8. Ia berkuasa atas surga "Zangdok Palri" (Gunung warna Tembaga), sering dianggap rintisan Buddha Amitabha, dan menjadi Buddha kedua. Salah satu rupang adalah Dewa Empat Muka dengan tangan berjumlah dua puluh, selain tangan utama yang masing-masing ada dua.

Kasogatan berasal dari kata Sugata, yang berbahagia, salah satu gelar Sang Buddha. Di jaman Majapahit, gelar Penasehat Agung Raja Hayam Wuruk dari Agama Buddha adalah Dharmadhyaksa ring Kasogatan, sedangkan dari Agama Siwa disebut Dharmadhyaksa ring Kasewan. Ajaran agama Buddha waktu itu memadukan aliran Buddha Tantrayana dan Mahayana.

Ada rupang atau arca Amurva Bhumi di altar sebelah kiri pada ruang utama Vihara Vajra Bumi Pekalongan. Dewa Bumi merupakan dewa yang paling terkenal bagi para petani dan pedagang. Para petani memujanya sebagai dewa pelindung Bumi, para pedagang merapal mantranya sebagai sumur rezeki, dan masyarakat umum menganggapnya sebagai Dewa Kemakmuran.

Prinsip utama Tantrayana adalah "Anda adalah Buddha", mungkin mirip Manunggaling Kawula Gusti ajaran Syekh Siti Jenar. Jadi jika orang memilih Buddha Amitabha sebagai Yidam, maka ia Buddha Amitabha. Bila memilih Bodhisatwa Awalokiteswara, maka ia Bodhisatwa Awalokiteswara. Bila memilih Jambhala, maka ia Dewa Waisrawana (Kuwera).

Pada Oktober 1988 yayasan yang menaungi umat Tantrayana beraliran Zhenfo Zong pertama di Indonesia berintegrasi ke dalam Majelis Dharma Duta Kasogatan Indonesia. Pada 1998 namanya berubah menjadi Majelis Agama Buddha Tantrayana Kasogatan Indonesia, dan pada 2001 menjadi Majelis Agama Buddha Tantrayana Zhenfo Zong Kasogatan Indonesia.


Vihara Vajra Bumi Pekalongan

Alamat : Jl. Belimbing, 96, Pekalongan. Lokasi GPS : Google Maps, Waze. Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.
Label: Jawa Tengah, Pekalongan, Wihara, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.

aroengbinang, seorang penyusur jalan.
Traktir BA secangkir kopi? Scan via 'Bayar' GoPay.