Ketika menuju ke lokasi, dari Jalan Raya Solo - Yogya arah ke Kota Yogyakarta, kami belok kiri dan masuk sekitar 50 meter dari tepian jalan, untuk sampai ke jalanan yang berada tepat di samping candi. Candi Kalasan saya kunjungi selepas dari situs Keraton Ratu Boko, sehingga matahari sudah mulai mendekati garis cakrawala.
Prasasti Candi yang ditemukan tidak jauh dari Candi Kalasan, bertarikh 778, menyebutkan tentang dibuatnya sebuah bangunan suci untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana, dan sebuah vihara bagi para pendeta. Candi yang disebut dalam prasasti itu diduga adalah Candi Kalasan, sedangkan viharanya diduga adalah Candi Sari.
Candi Kalasan Sleman Yogyakarta yang tembok batu kelilingnya berbentuk bujur sangkar dengan masing-masing sisi selebar 45 meter, dan tinggi candi ini adalah 34 meter. Tanpa perhitungan dan rancangan yang matang dan teliti, akan sangat sulit untuk membuat candi seperti ini dengan ruangan ada di dalamnya. Entah apa nama ilmu yang dipakai oleh arsiteknya untuk membangun candi ini.
Di sekeliling Candi Kalasan, menurut catatan, ada stupa setinggi 4,6 meter sebanyak 52 buah, namun hingga saat foto ini dibuat belum juga direkonstruksi stupanya, sebagian karena banyaknya batu yang telah hilang. Selain itu memang diperlukan dana dan tenaga ahli yang piawai untuk membuat stupa dengan kualitas yang baik.
Ukiran Kala tanpa rahang bawah dengan detail elok berwarna keputihan, dihias ornamen halus dan indah. Ukiran ini berada di atas cekungan di salah satu sisi luar Candi Kalasan yang mestinya berisi arca, dan entah kemana raibnya arca itu. Di sisi kiri kanan relung juga ada relief suluran yang cukup cantik, serta struktur seperti pilar.
Jika diperhatikan, susunan batu candi yang terlihat pada bagian kiri foto sudah tidak rapih lagi, dan terkesan tambal sulam. Tantangan paling besar bagi candi-candi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah karena daerah ini sangat rawan terkena gempa, sehingga candi yang sudah dikembalikan keaslian dan kecantikannya pun bisa sewaktu-waktu rusak lagi.
Ukiran Kala hitam keputihan yang juga tanpa rahang bawah pada sisi lain Candi Kalasan Sleman Yogyakarta, dengan hiasan kuncup bunga, dedaunan dan sulur-suluran. Candi di wilayah Jawa Tengah, terutama candi Buddha, umumnya memang menggunakan relief Kala tanpa rahang, berbeda dengan candi di daerah Jawa Timur yang umumnya lengkap dengan rahang bawahnya.
Warna keputihan pada batu candi itu tampaknya berasal dari lapisan sejenis semen kuno yang disebut vajralepa atau bajralepha, dibuat dari getah sejenis pohon. Konon yang memerintah pembangunan Candi Kalasan adalah Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari Dinasti Syailendra. Rakai Panangkaran ada pada urutan kedua dalam daftar raja-raja Kerajaan Medang menurut prasasti Mantyasih yang dikeluarkan oleh Maharaja Dyah Balitung pada tahun 907.
Sebuah makara di ujung tangga masuk di Candi Kalasan. Makara merupakan makhluk gabungan dua hewan dengan bagian depan bisa berwujud gajah, buaya atau rusa, sedangkan bagian belakangnya bisa berupa tubuh belakang ikan atau naga. Dalam mitologi Hindu, Makara adalah kendaraan Dewi Gangga dan Dewa Baruna, serta menjadi lambang Dewa Kamadeva atau Makaradhvaja.
Karena hari sudah semakin sore ketika berada di Candi Kalasan, maka saya hanya berkeliling dari luar candi tanpa mencoba masuk ke sebuah ruangan yang berada di bagian tenggara candi, oleh sebab telah gelap dan tanpa ada penerangan di sana. Di ruangan tersebut kabarnya terdapat sebuah singgasana berhiaskan ornamen singa yang tengah berdiri di punggung seekor gajah.
Candi Kalasan Sleman
Alamat : Jl. Raya Yogya Solo Km 14, Kalibening, Desa Tirtomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.7671611, 110.4721842, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Sleman, Peta Wisata Sleman, Hotel di Yogyakarta.Label: Candi, Sleman, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.