Dari tempat parkir Gua Cerme, perjalanan kami lanjutkan menuju ke Gua Sunan Mas Surocolo Bantul mengambil arah ke Barat sejauh 3,6 Km sampai mentok di sebuah pertigaan, lalu berbelok ke kiri mengarah ke Selatan sejauh 6 Km lagi, nyaris sejajar dengan aliran Kali Opak, dengan berbelok ke kiri lagi sekitar 1 Km sebelum Kretek.
Setelah di perjalanan sempat bertanya arah kepada beberapa orang penduduk, kami pun akhirnya melihat sebuah tengara di kanan jalan dekat sebuh brug (jembatan kecil) bertuliskan "Gua Sunan Mas". Tidak ada tempat parkir khusus disedikan di sana, sehingga mobil pun diparkir di tepian jalan desa yang relatif sepi.
Seorang ibu tampak tengah duduk santai sejenak di atas brug, meletakkan gendongannya yang berisi kayu bakar dan kebutuhan sehari-hari lainnya di sebelah tengara "Gua Sunan Mas" yang posisinya sudah miring. Tak lama berada di sana, si ibu dan temannya kemudian pergi membawa gendongannya yang cukup berat itu di punggungnya. Begitulah hebatnya orang dusun dalam menjalani kerasnya kehidupan.
Di sebelah kanan adalah kolam penampungan Sendang atau Tuk Surocolo yang berada di bawah pohon besar tua dengan tekstur menarik. Selain beberapa pohon besar yang tua, satu-satunya yang menarik perhatian saya di sekitar kolam penampungan Tuk Surocolo di area Gua Sunan Mas Surocolo Bantul Yogyakarta ini adalah sebuah truk rongsokan yang teronggok di samping kolam.
Setelah berjalan menyusur jalan setapak lebih dalam lagi, baru terlihat kolam utama Sendang Surocolo yang berada di bawah area Gua Sunan Mas Surocolo Bantul, dengan sebuah Jaladwara sebagai pancuran airnya. Jaladwara adalah jalan air peninggalan budaya Hindu Jawa yang juga berfungsi sebagai hiasan dengan bentuk yang bermacam-macam.
Sulit bagi saya untuk mengenali bentuk Jaladwara di Situs Surocolo ini. Mungkin saja berbentuk kepala gajah, karena ada semacam belalai di bagian depan, lalau sepasang gading mencuat ke atas di kiri-kanannya, dan ada semacam mata dan telinga lebar di bagian samping. Seharusnya ada satu lagi Jaladwara namun keberadaannya baru saya ketahui belakangan.
Mungkin karena kurangnya perhatian perangkat desa dan dinas terkait, Sendang Surocolo ini bukannya dijaga kebersihannya malah digunakan sebagai tempat mencuci sepeda motor. Tidak heran jika air di kolam penampungan Sendang Surocolo itu terlihat hijau keruh, selain mungkin ada masalah pada sirkulasi airnya. Kami pun kemudian berjalan menyusur jalan setapak, mendaki perbukitan, lalu di sebuah persimpangan berbelok ke kiri menyusur lereng, dan terlihatlah mulut Gua Sunan Mas Surocolo Bantul di sebelah kanan.
Pandangan pada tatanan batu yang menuju ke mulut Gua Sunan Mas Surocolo Bantul Yogyakarta. Di sebelah kiri adalah Agus sedang membaca catatan yang dibuat oleh mahasiswa UGM tentang legenda Sumber Surocolo dan Gua Sunan Mas, dan di sebelahnya lagi ada peringatan bagi pejalan agar menjaga kelestarian situs ini. Namun saya tak menemukan adanya tengara resmi dari pemerintah kota tentang status cagar budaya bagi tempat ini.
Catatan mahasiswa UGM itu menyebutkan bahwa dahulu ada seorang wanita bernama Nyi Glenggang Jati, yang dikembalikan oleh suaminya yang seorang ksatria dari keraton Mataram kepada orang tuanya di Girijati, padahal saat itu Nyi Glenggang tengah hamil. Karena malu, Nyi Glenggang Jati kemudian pergi dan tinggal di Dusun Mrangi, sebuah wilayah yang gersang. Ketika merasa akan melahirkan, Nyi Glenggang berdoa agar tersedia cukup air agar ia bisa melahirkan dengan selamat. Doanya dikabulkan, dan sebuah mata air jernih muncul di daerah Putat di dekat Nyi Glenggang melahirkan si bayi yang diberinya nama Umar.
Ketika Umar beranjak dewasa, Keraton Kartasura tengah bergolak. Amangkurat III, atau Sunan Mas, berselisih dengan Pangeran Puger, pamannya sendiri. Ketika akhirnya terancam oleh pasukan Pangeran Puger yang hendak menyerbu, Sunan Mas meninggalkan Keraton Kartasura ke arah Selatan dan sampai di daerah Surocolo diiringi para abdi keraton yang setia kepadanya. Ia kemudian memerintahkan para abdi dalem untuk membuat gua, yang ternyata tidak mudah karena kerasnya batu cadas yang harus digempur.
Melihat kesulitan yang dihadapi abdi dalem, Umar pun datang membantu menyelesaikan pembuatan gua dengan hanya menggunakan tempurung kelapa untuk menggali lubang. Melihat kesaktian pemuda itu, Sunan Mas timbul rasa sayangnya kepada Umar. Konon Umar membuat banyak arca untuk Sunan Mas sebagai tanda rasa terima kasihnya. Tak diketahui bagaimana kelanjutan kisah Umar dan Sunan Mas. Namun Sunan Mas kemudian menyingkir ke Ponorogo, selanjutnya ke Madiun, dan lalu ke Kediri. Untung Surapati, bupati Pasuruan yang melindunginya, tewas dalam pertempuran di Bangil pada 1706. Sunan Mas yang terus diburu oleh pasukan Pakubuwana I akhirnya menyerah di Surabaya pada 1708. Ia lalu dibawa ke Batavia dan dibuang oleh VOC ke Sri Lanka sampai wafat di sana pada 1734.
Sebuah ceruk besar terlihat berada di sebelah kanan Gua Sunan Mas Surocolo Bantul Yogyakarta, kemungkinan adalah ceruk yang digunakan oleh para abdi dalem Sunan Mas untuk berteduh. Di bawah ceruk itu ada bentuk seperti bale batu memanjang. Gua Sunan Mas Surocolo Bantul Yogyakarta itu sangat gelap, sehingga foto dalaman gua harus diambil dengan menggunakan kecepatan shutter sangat rendah.
Meskipun tidak ada orang yang bisa ditanya mengenai Gua Sunan Mas Surocolo Bantuk ini, namun catatan yang dibuat oleh Mahasiswa UGM itu cukup membantu walau kisah tentang Sunan Mas tidak akurat. Sebuah kesadaran dan inisitaif yang baik dan patut dipuji, sekaligus sebagai sentilan untuk dinas terkait agar lebih rajin berkunjung ke situs-situs semacam ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan fasilitas bagi kenyamanan pejalan.
Gua Sunan Mas Surocolo Bantul
Alamat : Dusun Poyahan, Kalurahan Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.99240, 110.32662, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Label: Bantul, Situs, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.