Makam Peneleh Surabaya atau Makam Belanda Peneleh di Surabaya saya kunjungi setelah sebelumnya sempat menanyakan arah jalan ke Pusat Informasi Wisata di Balai Pemuda Surabaya. Namun tetap saja saya tersesat, atau mungkin disesatkan oleh supir taksi setempat, sebelum akhirnya bisa menemukan pintu masuk ke dalam area Makam Peneleh.
Setelah sebelumnya berada di Jalan Peneleh dari arah Kalimas, seharusnya supir taksi itu tidak membawa kendaraannya untuk berbelok ke kiri mengikuti kelokan jalan namun lurus saja dan keluar dari jalan aspal masuk ke sebelah Puskesmas Peneleh. Itu karena pintu Makam Peneleh Surabaya berada di sana. Adanya silisilah keluarga pada makam, serta penataan makam yang rapi berdasar blok serta penomoran, membuat makam yang dibangun pada 1814 ini dikategorikan sebagai salah satu pemakaman modern tertua di Indonesia. Pada jaman kolonial, makam orang Belanda di Surabaya ini memiliki nama resmi De Begraafplaats Peneleh Soerabaja.
Penanda Makam Peneleh Surabaya saat itu terbuat dari kayu yang telah rompal bagian bawahnya. Papan itu menyatakan bahwa Makam Peneleh berada dibawah Dinas Pertamanan. Tidak tampak ada petugas yang menjaga pintu masuk makam. Karena pintu pagar tidak terkunci, saya menyelinap masuk ke dalam kompleks makam Belanda yang sangat luas ini.
Sebuah batu kubur dengan prasasti "Hier Rusten" (beristirahat di sini) HF de Senerpont Domis, 17 Des 1811 - 31 Des 1891, pasangan dari NEM van der Velde (23 Des 1817 - 13 Jan 1899), dan anak mereka Jean Antonine Emile (17 Jan 1852 - 14 Nov 1892), Emile Guillaum Nicolas de Senerpont Domis (Pasoeroean 21 April 1853 - Soerabaia 16 Feb 1928).
Saat itu ada nenek duduk mencangkung di atas makam, berbincang dengan seorang kakek. Mereka tidak bereaksi ketika saya sedikit menganggukkan kepala sebagai tanda sapa saat lewat, namun tangan mereka tiba-tiba terulur meminta derma ketika saya meninggalkan makam. Beberapa meter di sebelah kiri, bergelantungan puluhan pakaian di bawah atap makam yang memberi kesan Makam Peneleh tidak diawasi dengan baik. Sebuah koran menyebutkan bahwa ada sepuluh keluarga yang menggunakan makam ini sebagai tempat tinggal.
Di sebelah kiri adalah kubur PJB de Perez (1 Desember 1803 - 16 Maret 1859) yang dikubur di Makam Peneleh Surabaya pada 29 Maret 1859. Perez adalah wakil ketua Dewan Hindia Belanda dan ia diserahi jabatan Komisaris Pemerintahan pada 13 November 1858 ketika Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud menyusun rencana untuk mengirim ekspedisi menyerbu Bone. Gedung Perpustakaan Nasional di Jakarta adalah peninggalan Perez, yang dibangun 27 November 1860 oleh Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud menjadi Sekolah Gymnasium Koning Willem III, kurang dari dua tahun setelah Perez meninggal.
Di sebelah kanan adalah Rosalia Josepha, Direktris Sekolah Putri Swasta di Surabaya. Prasasti kuburnya berbunyi "Rosalia Josepha Almerood. In leven Directrice der Particuliere Meisjesschool. Hare Leerlingen" atau "Rosalia Josepha Almerood. Dalam hidupnya Direktur Sekolah Swasta bagi Anak Perempuan. Muridnya". Melangkahkan kaki lagi, saya melihat kubur dengan ornamen halus dan sangat indah tempat disemayamkannya jasad J. Welter, seorang letnan artileri yang lahir pada 19 April 1818 dan meninggal 8 Juli 1855.
Makam memanjang dengan beberapa prasasti kubur, yang salah satunya menyebutkan untuk mengenang Moeder Louise, Kepala Suster Ursulin yang pertama di Soerabaia (Surabaya), meninggal pada 14 Maret 1890. Ada pula prasasti satu lagi untuk Mere Aldegonde, Kepala Suster Ursulin Buitenzorg (Bogor) yang dimakamkan pada 17 Desember 1914.
Pada 7 Februari 1856, tujuh Suster Ursulin tiba di Batavia dari Sittard, Belanda, atas permintaan Mgr P.M. Vrancken, Vikaris Apostolik Jawa. Satu suster meninggal empat hari kemudian setelah menempuh perjalanan 140 hari. Pada 14 Oktober 1863 tiba lima suster Ursulin di Jl Krembangan (Jl Kepanjen), dan tahun itu dibuka TKK di Kepanjen.
Makam tinggi yang bagian atasnya telah rimbun dengan tumbuhan semak dan paku-pakuan. Makam yang tidak terurus itu adalah kubur Daniel François Willem Pietermaat (Lahir 2 Oktober 1790 di Schiedam, ZH, Nederland, meninggal 30 November 1848 di Surabaya) yang pernah menjadi Residen Surabaya.
Di sisi sebelah kanan ada dua buah bangun makam unik, yang sebelah kiri beratap limasan yang merupakan kubur M. Walree (wafat 1849), yang kanan berbentuk kubah dengan lubang-lubang lengkung disekelilingnya merupakan kubur AI Engelman yang lahir di Weidum 18 Juli 1852 dan dimakamkan di Makam Peneleh Surabaya pada 20 September 1887.
Ada pula batu prasasti untuk mengenang Charles Dallas Halliburton. Ia lahir di dekat Sterlin 25 April 1853, meninggal di Surabaya (ditulis Sourabaya) pada Oktober 1892. Di bawahnya ada tulisan AMAVIMUS AMAMUS AMARIMUS (seharusnya AMABIMUS) yang berarti dicintai, kami mencintai, kamu hendaknya mencintai. AMARIMUS artinya pahit.
Di belakangnya adalah kubur Pendeta Martinus van den Elzen (Gemert 11 April 1822 - Surabaya pada 19 Juli 1866), satu dari dua Pastor Yesuit pertama yang datang ke Hindia Belanda pada 1859. Ada banyak makam lain yang masih cukup baik, namun ada banyak pula yang hancur dijarah orang. Sayang jika Makam Peneleh terus dibiarkan terlantar tidak terjaga, karena bisa dikembangkan menjadi wisata heritage yang keren.
Setelah sebelumnya berada di Jalan Peneleh dari arah Kalimas, seharusnya supir taksi itu tidak membawa kendaraannya untuk berbelok ke kiri mengikuti kelokan jalan namun lurus saja dan keluar dari jalan aspal masuk ke sebelah Puskesmas Peneleh. Itu karena pintu Makam Peneleh Surabaya berada di sana. Adanya silisilah keluarga pada makam, serta penataan makam yang rapi berdasar blok serta penomoran, membuat makam yang dibangun pada 1814 ini dikategorikan sebagai salah satu pemakaman modern tertua di Indonesia. Pada jaman kolonial, makam orang Belanda di Surabaya ini memiliki nama resmi De Begraafplaats Peneleh Soerabaja.
Penanda Makam Peneleh Surabaya saat itu terbuat dari kayu yang telah rompal bagian bawahnya. Papan itu menyatakan bahwa Makam Peneleh berada dibawah Dinas Pertamanan. Tidak tampak ada petugas yang menjaga pintu masuk makam. Karena pintu pagar tidak terkunci, saya menyelinap masuk ke dalam kompleks makam Belanda yang sangat luas ini.
Sebuah batu kubur dengan prasasti "Hier Rusten" (beristirahat di sini) HF de Senerpont Domis, 17 Des 1811 - 31 Des 1891, pasangan dari NEM van der Velde (23 Des 1817 - 13 Jan 1899), dan anak mereka Jean Antonine Emile (17 Jan 1852 - 14 Nov 1892), Emile Guillaum Nicolas de Senerpont Domis (Pasoeroean 21 April 1853 - Soerabaia 16 Feb 1928).
Saat itu ada nenek duduk mencangkung di atas makam, berbincang dengan seorang kakek. Mereka tidak bereaksi ketika saya sedikit menganggukkan kepala sebagai tanda sapa saat lewat, namun tangan mereka tiba-tiba terulur meminta derma ketika saya meninggalkan makam. Beberapa meter di sebelah kiri, bergelantungan puluhan pakaian di bawah atap makam yang memberi kesan Makam Peneleh tidak diawasi dengan baik. Sebuah koran menyebutkan bahwa ada sepuluh keluarga yang menggunakan makam ini sebagai tempat tinggal.
Di sebelah kiri adalah kubur PJB de Perez (1 Desember 1803 - 16 Maret 1859) yang dikubur di Makam Peneleh Surabaya pada 29 Maret 1859. Perez adalah wakil ketua Dewan Hindia Belanda dan ia diserahi jabatan Komisaris Pemerintahan pada 13 November 1858 ketika Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud menyusun rencana untuk mengirim ekspedisi menyerbu Bone. Gedung Perpustakaan Nasional di Jakarta adalah peninggalan Perez, yang dibangun 27 November 1860 oleh Gubernur Jenderal Charles Ferdinand Pahud menjadi Sekolah Gymnasium Koning Willem III, kurang dari dua tahun setelah Perez meninggal.
Di sebelah kanan adalah Rosalia Josepha, Direktris Sekolah Putri Swasta di Surabaya. Prasasti kuburnya berbunyi "Rosalia Josepha Almerood. In leven Directrice der Particuliere Meisjesschool. Hare Leerlingen" atau "Rosalia Josepha Almerood. Dalam hidupnya Direktur Sekolah Swasta bagi Anak Perempuan. Muridnya". Melangkahkan kaki lagi, saya melihat kubur dengan ornamen halus dan sangat indah tempat disemayamkannya jasad J. Welter, seorang letnan artileri yang lahir pada 19 April 1818 dan meninggal 8 Juli 1855.
Makam memanjang dengan beberapa prasasti kubur, yang salah satunya menyebutkan untuk mengenang Moeder Louise, Kepala Suster Ursulin yang pertama di Soerabaia (Surabaya), meninggal pada 14 Maret 1890. Ada pula prasasti satu lagi untuk Mere Aldegonde, Kepala Suster Ursulin Buitenzorg (Bogor) yang dimakamkan pada 17 Desember 1914.
Pada 7 Februari 1856, tujuh Suster Ursulin tiba di Batavia dari Sittard, Belanda, atas permintaan Mgr P.M. Vrancken, Vikaris Apostolik Jawa. Satu suster meninggal empat hari kemudian setelah menempuh perjalanan 140 hari. Pada 14 Oktober 1863 tiba lima suster Ursulin di Jl Krembangan (Jl Kepanjen), dan tahun itu dibuka TKK di Kepanjen.
Makam tinggi yang bagian atasnya telah rimbun dengan tumbuhan semak dan paku-pakuan. Makam yang tidak terurus itu adalah kubur Daniel François Willem Pietermaat (Lahir 2 Oktober 1790 di Schiedam, ZH, Nederland, meninggal 30 November 1848 di Surabaya) yang pernah menjadi Residen Surabaya.
Di sisi sebelah kanan ada dua buah bangun makam unik, yang sebelah kiri beratap limasan yang merupakan kubur M. Walree (wafat 1849), yang kanan berbentuk kubah dengan lubang-lubang lengkung disekelilingnya merupakan kubur AI Engelman yang lahir di Weidum 18 Juli 1852 dan dimakamkan di Makam Peneleh Surabaya pada 20 September 1887.
Ada pula batu prasasti untuk mengenang Charles Dallas Halliburton. Ia lahir di dekat Sterlin 25 April 1853, meninggal di Surabaya (ditulis Sourabaya) pada Oktober 1892. Di bawahnya ada tulisan AMAVIMUS AMAMUS AMARIMUS (seharusnya AMABIMUS) yang berarti dicintai, kami mencintai, kamu hendaknya mencintai. AMARIMUS artinya pahit.
Di belakangnya adalah kubur Pendeta Martinus van den Elzen (Gemert 11 April 1822 - Surabaya pada 19 Juli 1866), satu dari dua Pastor Yesuit pertama yang datang ke Hindia Belanda pada 1859. Ada banyak makam lain yang masih cukup baik, namun ada banyak pula yang hancur dijarah orang. Sayang jika Makam Peneleh terus dibiarkan terlantar tidak terjaga, karena bisa dikembangkan menjadi wisata heritage yang keren.
Makam Peneleh Surabaya
Alamat : Jl Makam Peneleh, Surabaya. Lokasi GPS : -7.25249, 112.7408, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata SurabayaSponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.