Setelah kami turun dari delman, kami meminta sais delman yang kami tumpangi untuk menunggu di depan kompleks Makam Sam Ratulangi Minahasa yang luas sementara kami masuk ke dalam. Undakan berwarna oranye yang cukup tinggi tampak di latar belakang. Dengan meniti tangga ini pengunjung akan sampai ke Monumen Sam Ratulangi di atas bukit.
Kami berkunjuang ke Makam Sam Ratulangi Minahasa Sulawesi Utara sebanyak dua kali pada hari yang berurutan, oleh karena foto yang saya ambil sehari sebelumnya telah terhapus dari kartu memori kamera secara tidak sengaja. Belakangan foto yang tak sengaja terhapus itu bisa saya recover dengan menggunakan suatu freeware yang sederhana namun sangat bermanfaat.
Undakan yang terlihat rapi dan terawat baik, diapit tetumbuhan yang hijau segar dan tanaman bunga yang membuat suasana menjadi lebih sejuk dan asri. Kami masuk ke dalam kompleks Makam Sam Ratulangi dengan membuka pintu pagar yang tak terkunci. Tak ada penjaga dan tak ada nomor telepon atau alamat penjaga makam bisa dihubungi, namun seingat saya ada orang yang tengah membersihkan area di bagian belakang.
Salah satu pandangan hidup Sam Ratulangi yang terkenal sampai saat ini adalah: "Si tou timou tumou tou" yang berarti: "Manusia hidup untuk memanusiakan manusia". Saat berkunjung ke Makam Sam Ratulangi, pintu pagar tidak terkunci, namun jika suatu saat anda berkunjung ke Makam Sam Ratulangi dan pintu gerbangnya terkunci, jangan buru-buru pergi, karena rumah penjaganya berada di belakang Makam Sam Ratulangi ini.
Pahlawan Nasional DR Gerungan Saul Samuel Jozias Ratulangi lahir di Tondano pada 5 November 1890, dari ayah Jozias Ratulangi dan ibu Augustina Gerungan. Setelah menyelesaikan sekolahnya di Tondano dan Batavia (Koningeen Wilhelmina School), Sam Ratulangi melanjutkan studinya di Vrije Universiteit van Amsterdam di Belanda dan lulus sebagai guru ilmu pengetahuan pada 1915 dan lalu belajar selama dua tahun lagi di Universitas Amsterdam.
Relief pertama yang terletak di bagian sebelah kiri undakan terbawah menggambarkan peran dan perhatian Sam Ratulangi yang besar dalam bidang pendidikan. Relief kedua masih menggambarkan peran Sam Ratulangi di bidang pendidikan, sedangkan relief pada bagian kanan undakan yang memperlihatkan gelora rakyat Indonesia dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaannya.
Pada tahun 1919 Sam Ratulangi memperoleh gelar doktor di bidang fisika dan matematika dari University of Zurich, Switzerland. Sekembalinya ke Indonesia, ia tinggal di Yogyakarta mengajar ilmu pengetahuan di sekolah menengah, sebelum pindah ke Bandung mendirikan perusahaan Assurantie Maatschappij Indonesia, sebuah perusahaan pertama yang memakai kata "Indonesia" dalam dokumen resminya.
Di ruangan terbuka bagian tengah kompleks Makam Sam Ratulangi Minahasa terdapat sebuah patung dan monumen Sam Ratulangi. Ada jalan di bawah rindang pohon yang berada di sebelah kanan area untuk menuju ke Makam Sam Ratulangi dari arah depan. Untuk menuju makam, pengunjung juga bisa melalui undakan turun yang berada di sebelah kanan Monumen.
Makam Sam Ratulangi terlihat indah dan terawat rapi, dengan tugu nisan yang bertuliskan "Pahlawan Kemerdekaan Nasional Dr.G.S.S.J. Ratulangie, Lahir: Tondano Tgl. 5 Nov. 1890, Meninggal: Jakarta Tgl. 30 Juni 1949". Karangan bunga di depan Makam Sam Ratulangi, yang salah satu diantaranya berbunyi "Jasamu tetap kami kenang, dari Rukun Ratulangie, Manado". Tugu makamnya berbentuk waruga, batu kubur orang Minahasa jaman dulu.
Keterlibatan Sam Ratulangi dalam pergerakan politik semakin intens ketika ia diangkat menjadi anggota Volksraad pada tahun 1927 dan terus gigih berjuang bagi persamaan hak, sampai tahun 1937 ketika ia dipenjara karena aktivitas politiknya. Setelah keluar dari penjara, Sam Ratulangi lalu menjadi editor of Nationale Commentaren, sebuah majalah berita dan penerbitan berbahasa Belanda.
Dengan pengalamannya sebagai jurnalis dan pelaku pergerakan politik, Sam Ratulangi menerbitkan sebuah buku berjudul "Indonesia in den Pacific" pada Jun1 1937, dimana Sam Ratulangi memperingatkan ancaman militerisme Jepang dan kemungkinan Jepang menyerbu Indonesia karena berlimpahnya sumber daya alam yang tidak dimiliki oleh Jepang. Dalam bukunya itu Sam Ratulangi juga menulis peran penting yang bisa dimainkan oleh Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara di kawasan cekungan Pasifik.
Sam Ratulangi menjadi Gubernur Sulawesi pertama yang diangkat oleh Presiden Soekarno pada 22 Agustus 1945. Ia ditangkap oleh Belanda dalam agresi militer pada 5 April 1946, dan diasingkan di Serui di Pulau Yapen, sebelum dibebaskan pada 23 Maret 1948 dan dibawa ke Yogyakarta. Pada agresi militer Belanda yang kedua, Sam Ratulangi ditangkap pada 25 Desember 1948 ketika Belanda menyerbu dan menduduki Yogyakarta. Karena kondisi kesehatannya yang menurun, Sam Ratulangi dibebaskan pada Februari 1949 dan dibawa ke Jakarta sampai ia meninggal pada 30 Juni 1949.
Makam Sam Ratulangi Minahasa
Alamat: Kelurahan Wawalintouan, Kecamatan Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Lokasi GPS : 1.3034143, 124.9049109, Waze. Tempat Wisata di Minahasa, Peta Wisata Minahasa, Hotel di Manado.Label: Makam, Minahasa, Sulawesi Utara, Tondano
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.