Supir pun saya minta untuk menghentikan kendaraan dan kemudian mundur ke belakang sampai di seberang jalan masuk ke museum. Pintu pagar ternyata digembok. Tidak mau menyerah, saya pun berjalan menuju ke sebuah warung yang berada di seberang Museum Purbakala Pleret untuk bertanya. Rupanya warung ini milik penjaga museum, Sukidi, dan beruntung ia ada di tempat.
Setelah berbincang-bincang sejenak, Sukidi lalu membukakan gembok pagar, dan mengantar kami masuk ke area museum yang lumayan luas ini. Entah apa sebabnya, Museum Purbakala Pleret yang dibangun tahun 2004 dan selesai tahun 2009 ini tak kunjung juga diresmikan, sehingga hampir selalu terlihat tertutup. Mudah-mudahan saja museum ini sekarang sudah diresmikan dengan koleksi yang lebih lengkap dan penataan yang baik.
Tampak depan Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta dengan papan nama yang meskipun agak terlihat gelap, namun tetap bisa tertangkap mata saya yang terlanjur terbiasa jelalatan. Ada dua bangunan utama di kompleks Museum Purbakala Pleret ini, namun kami hanya masuk ke dalam gedung yang ada di sebelah kanan, seingat saya karena gedung yang satu lagi belum cukup koleksinya. Kecukupan koleksi itu juga yang tampaknya menjadi sebab belum diresmikannya Museum Purbakala Pleret.
Di bagian depan terdapat dua buah cungkup dengan atap limasan. Cungkup yang berukuran lebih besar di sebelah kiri merupakan tempat dimana terdapat sebuah situs yang disebut Sumur Gumuling. Dua buah arca batu dengan bentuk tidak sempurna dipajang di halaman museum. Arca ini tampaknya digunakan sebagai pancuran di kolam pemandian yang biasa digunakan untuk melukat. Arca batu lainnya yang berada di halaman Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta, menyerupai bentuk Nandi, kerbau kendaraan Siwa. Arca-arca batu ini ditemukan di sekitar daerah Pleret, seperti Dusun Keputren dan Pungkuran.
Memasuki ruangan museum, terlihat cukup banyak arca batu berbagai bentuk dan ukuran di simpan di dalamnya. Tidak hanya arca, Museum Purbakala Pleret ini juga menyimpan beberapa koleksi peninggalan kuno lainnya. Paling kiri pada foto adalah Arca Durga Mahisasuramardini yang berasal dari Guyangan, Wonolelo, Pleret, Bantul. Durga adalah isteri Siwa, sedangkan nama belakang Mahisasuramardini memiliki arti yang membunuh kerbau jelmaan Asura, bangsa Daitya atau raksasa musuh para dewa yang mengganggu kahyangan.
Arca Durga ini berdiri di atas kerbau yang tengah mendekam, bermahkota, mulutnya menyungging senyum, seuntai kalung meililit di leher, sepasang buah dada menggantung terbuka, dan bertangan delapan. Satu tangan kanan telapaknya terbuka menghadap ke depan, dan masing-masing tangan lainnya memegang sesuatu. Di sebelah kanan Durga terdapat raksasa kerdil.
Lalu berjejer tiga Arca Agastya dengan bentuk dan ukuran berbeda, berasal dari Code, Trihanggo, Bantul; dari Guwosari, Pajangan, Bantul; dan dari Gokerten, Srigading, Sanden, Bantul. Agastya adalah nama seorang resi yang lahir di Kasi, Benares, India Selatan, yang sangat terkenal karena jasa-jasanya dalam menyebarkan Agama Hindu, sehingga ia disebut juga sebagai Batara Guru, perwujudan Siwa yang mengajarkan dharma. Di sebelahnya lagi adalah Arca Ganesha, terbuat dari batu andesit, berasal dari Karanggede, Sewon, Bantul.
Sebuah lemari kaca kecil di Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta yang berisi uang kepeng dan tembikar, serta koleksi lingga, arca, dan batu. Belasan uang kepeng Tiongkok yang terbuat dari bahan perunggu itu berasal dari Kedaton, Pleret, Bantul. Lalu ada talam terbuat dari perunggu yang ditemukan di Pelemmadu, Sriharjo, Imogiri, Bantul. Ada kemuncak atau puncak bangunan candi; ada Lingga Semu dari Situs Mantup, Baturetno, Banguntapan, Bantul; serta Lingga Patok asal Potorono, Bangunatapan, Bantul. Paling ujung kanan adalah sebuah potongan meriam terbuat dari perunggu asal Jambon, Bawuran, Pleret, Bantul.
Ada koleksi Yoni di Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta yang asalnya dari Panjangjiwo, Patalan, Jetis, Bantul. Dalam upacara, Lingga yang diletakkan di atas Yoni dibasuh dengan air suci yang kemudian mengalir melewati cerat dan ditampung, untuk kemudian dibagikan sebagai penyubur sawah dan ladang. Kolesi lainnya adalah Arca Jambhala, dewa kemakmuran dalam agama Buddha, yang ditemukan dalam penggalian situs Gampingan pada 1997. Penganut agama Hindu mengenalnya sebagai Kubera.
Papan di tengah ruangan Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta yang tengah dilihat Sukidi dan Pak Agus (tertutup papan, rental mobil: 087739187935), berisikan foto-foto situs-situs yang ada di sekitar daerah Bantul. Informasi yang ada papan itu sangat membantu pengunjung yang hendak menelusuri situs-situs yang ada di wilayah Bantul secara langsung. Hanya saja waktu tak ada informasi GPS-nya, sehingga bisa cukup merepotkan bagi pejalan luar kota.
Di Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta disimpan Arca Jambhala yang biasanya digambarkan memiliki perut gendut, dalam posisi duduk bersila di atas padmasana, dengan kaki kiri menumpang di atas kaki kanan, tangan kanan menggenggam buah Jambhara (buah jeruk), tangan kiri memegang sekantung mutiara. Mahkota yang dipakainya disebut Kirimakuta, dengan Sira Cakra di belakangnya.
Di sebelah kanan Jambhala ada Arca Chandralokeswara, yang dibuat dari batu andesit, juga berasal dari Situs Gampingan, Sitimulyo, Piyungan, Bantul. Chandra berarti bulan, sedangkan lokeswara berarti "tuan di dunia". Nama Lokeswara berasal dari bahasa Sanskerta yang juga merupakan sebutan penghormatan di India untuk Awalokiteswara, perwujudan sifat welas asih dari Buddha. Lalu ada guci dari bahan keramik yang berasal dari Jayan, Kebonagung, Imogiri, Bantul.
Setelah beberapa saat berada di dalam ruangan museum, kami pun keluar kembali ke halaman untuk melihat Sumur Gumuling yang kabarnya tidak pernah kekeringan meskipun pada musim kemarau, berada di bawah cungkup di halaman depan Museum Purbakala Pleret Bantul Yogyakarta. Konon di sini adalah bekas tamansari, yang dibuat atas permintaan Nyai Roro Kidul, sehingga ada yang mengatakan bahwa Sumur Gumuling ini merupakan pusernya Laut Selatan.
Museum Purbakala Pleret Bantul
Alamat : Desa Kedaton, Pleret, Bantul, Yogyakarta. Lokasi GPS : -7.8685443, 110.405117, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Bantul, Peta Wisata Bantul, Hotel di Yogyakarta.Label: Bantul, Museum, Wisata, Yogyakarta
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.