Ketika kami tiba di lokasi, yang letaknya lebih rendah dari jalan dimana kami memarkir kendaraan, suasana Pasar Tondano Minahasa saat itu terlihat tidak begitu ramai, mungkin waktu belanja sudah lewat. Di Tondano ternyata ada dua pasar, dan yang kami kunjungi mungkin adalah yang disebut pasar bawah.
Jika melihat citra satelit, kompleks Pasar Tondano Minahasa ini cukup luas, dan tak ingat benar saya ada di bagian mana kami waktu itu berhenti. Hanya dua hal yang saya ingat benar, yang pertama telah disebut dimuka yaitu bahwa tempat dagangannya lebih rendah dari jalan, dan yang kedua adalah di sana ada ikan segar dan ikan yang telah diasap.
Seorang Ibu pedagang pasar berusia tengah baya yang paras dan sosoknya masih terlihat menarik tampak tersenyum ramah melayani ocehan kami yang ingin tahu apa saja yang tersedia di sana. Si Ibu tersipu-sipu malu bercampur senang saat saya lancang memuji topinya yang terlihat manis menempel di kepalanya. Bukan pujian basa-basi, karena memang tampak pas buatnya.
Tidak sebagaimana teman lain yang sempat berjalan-jalan di dalam lorong pasar, saya lebih banyak diam mengamati dagangan yang ada di sana, serta mengambil beberapa foto untuk dokumentasi. Meski sederhana, layaknya kebanyakan pasar tradisional di tanah air, namun pasar ini terlihat relatif bersih dan jauh dari kesan kumuh.
Suasana pasar tradisional yang pelan namun pasti mulai terpinggirkan dan tergusur dengan pasar modern di kota-kota besar. Beruntung ada kepala negara dan kepala daerah yang memiliki perhatian untuk meningkatkan mutu pasar tradisional agar bisa sebaik dan senyaman pasar modern, tanpa pembeli harus membayar lebih mahal.
Fenty Effendy, seorang teman, tengah gatal tangan mencari obyek yang menarik di dalam pasar. Entah apa yang didapatnya, karena saya kira tak semua dagangan yang ada di pasar ia tahu namanya. Itu karena kebanyakan orang kota sekarang sudah relatif jarang memasak sendiri, dan nyaris sepenuhnya bergantung pada rumah makan dan cafe.
Selain ikan segar, di pasar ini juga dijual ikan yang telah diasap, seperti ikan cakalang yang berwarna kemerahan di sebelah kanan, serta ikan Roa yang telah diasap di sebelah kirinya. Ikan Roa adalah sejenis ikan laut terbang yang dijumpai di perairan laut Manado dengan ujung panjang lancip seperti ikan cucut.
Pada satu ketika, Lita Jonathans berbincang dengan seorang ibu pedagang pasar, dan akhirnya ia membeli beberapa ekor ikan cakalang yang kemudian dimasak rica-rica di tempat kami menginap. Salah satu ciri masakan Manado adalah rasa pedas, sayangnya rasa itu tak sanggup masuk ke dalam perut saya yang langsung mules jika terlalu banyak kemasukan cabai.
Cabai, begitulah, merupakan bagian yang sangat penting dalam hampir setiap masakan Minahasa, yang rata-rata memang sangat pedas menyengat lidah. Kadar cabai dalam masakan Minahasa di tempat kami menginap, terpaksa diturunkan agar saya tidak sampai kurus kelaparan selama tinggal di sana.
Sangat menyenangkan untuk mampir ke pasar tradisional ketika mengunjungi suatu daerah, dan menyempatkan berbincang dengan pedagang pasar yang rata-rata ramah dan mudah dekat dengan pendatang. Bahan makanan khas setempat juga bisa dibeli dengan harga yang relatif murah.
Pasar Tondano Minahasa
Alamat: Tondano Minahasa, Sulawesi Utara. Lokasi GPS : 1.3029209, 124.9108976, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Minahasa, Peta Wisata Minahasa, Hotel di Manado.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.