Meski pintu masuk utama ke area rumah sakit sudah terlewati dan akan memakan waktu lama kalau harus memutar, namun beruntung ada akses masuk dari arah belakang, sehingga kami tidak perlu memutar terlalu jauh. Meski bisa dikatakan sudah sering saya berkunjung ke Surabaya, namun karena tak ada keperluan khusus, baru kali itulah sepertinya saya berkunjung ke Rumah Sakit Darmo.
Setelah berkunjung ke Rumah Sakit Darmo Surabaya dan kemudian menulis travelognya, barulah saya mengetahui bahwa ternyata rumah sakit ini bukan hanya sekadar bangunan tua, namun juga memiliki kisah serejarah yang menarik, yaotu cerita terkait dengan pertempuran heroik 10 November 1945 yang turut mengubah sejarah perjalanan bangsa Indonesia.
Sudut pandang ke bangunan Rumah Sakit Darmo Surabaya dari arah samping dengan taman luas dan terawat rapi di bagian depannya, menyejukkan siapa pun yang memandangnya, jika saja tak tengah terbelit masalah, keluarga yang sakit misalanya, atau malah meninggal di rumah sakit. Hanya pikiran yang terang memang yang bisa melihat jernih dan menerima keindahan suasana alam atau apa pun yang ada di sekitarnya.
Rumah Sakit Darmo memiliki selasar dengan tiga lengkung busur di bagian depan, dan akses utama yang juga berbentuk lengkung dengan ukuran lebih kecil, dan dua pasang jendela ganda simetris. Pada puncak gevel terdapat ornamen menara kayu pendek dengan penangkal petir di pucuknya.
Bagian depan Rumah Sakit Darmo yang berbentuk segitiga mengikuti bentuk atap, khas kolonial, yang membuat saya mengenalinya sebagai bangunan tua. Setelah kemerdekaan sempat timbul semacam penolakan terhadap gaya arsitektur kolonial, yang memunculkan gaya arsitektur yang disebut jengki, dengan diantara ciri-cirinya adalah atap pelana, gevel miring, adanya teras, kusen jendela asimetris, dan interior yang lebih cair.
Pada gevel terdapat logo Rumah Sakit Darmo, dengan tulisan pada bidang lengkung berbunyi "Salus Aegroti Suprema Lex Est" yang secara harafiah berarti "Kesehatan orang sakit adalah hukum tertinggi". Sebuah kalimat yang pertama kali saya kenal lewat lagu Konser Rakyat Leo Kristi yang berjudul sama. Saat melihatnya pertama kali secara sepintas, saya tak memperhatikan tulisan yang menciptakan lagu KRLK yang legendaris ini.
Pada sebuah dinding Rumah Sakit Darmo Surabaya terdapat prasasti tulis yang diukir indah, berbunyi "Eerste steen gelegd 15 Januari 1921 Door Mejuffr G. Hempenius Directrice SZV", yang berarti "Batu pertama diletakkan 15 Januari 1921 oleh G. Mejuffr Hempenius Direktris SZV". Arsitek gedung Rumah Sakit Darmo adalah Citroen. SZV merupakan kependekan dari Surabajasche Zieken Verpleging, sebuah perkumpulan sosial untuk pelayanan kesehatan yang didirikan pada 9 Juni 1897 dan dipimpin seorang dokter Belanda bernama HJ Offerhaus.
Lorong paviliun di bagian depan Rumah Sakit Darmo Surabaya seperti ini berada di sebelah kiri dan kanan bangunan. Setiap lorong, setiap paviliun, dan bahkan setiap tempat di rumah sakit seperti ini menyimpang kisah yang tak terhitung banyaknya, dengan ragam cerita bahagia hingga kisah pilu yang menyayat hati.
Di bagian depan Rumah Sakit Darmo Surabaya terdapat tugu prasasti berisi tulisan yang berbunyi "Gedung ini oleh Jepang dipakai sebagai kamp interniran anak-anak dan wanita. Pasukan sekutu datang, kamp diambil alih oleh Letnan Kolonel Rendall. Sebuah truk pemuda Sulawesi lewat pada tanggal 27 Oktober 1945 ditembak oleh mereka dan itulah permulaan pertempuran tiga hari 28 - 30 Oktober 1945."
Pertempuran tiga hari itu membuat pasukan Mallaby yang berjumlah 6000 orang nyaris tumpas semua, jika saja Soekarno - Hatta tidak datang untuk mendamaikan. Namun demikian korban di pihak kita juga tidak sedikit, dan tewasnya Mallaby pada 30 Oktober menyulut aksi balas dendam pasukan Inggris yang dimulai pagi 10 November 1945 dan baru berakhir tiga minggu kemudian.
Ada prasasti lainnya di Rumah Sakit Darmo Surabaya yang berbunyi "Darmo Ziekenhuis / Rumah Sakit Darmo (1919). Rumah Sakit Perkebunan pada masa Jepang sebagai tempat orang-orang Belanda yang diinternir (ditawan) oleh Jepang, kemudian dijadikan kubu pertahanan pasukan Sekutu (Inggris). Pada 27 Oktober 1945 menjadi salah satu lokasi pertempuran antara tentara Inggris dan arek-arek Suroboyo."
Sebuah lorong di Rumah Sakit Darmo Surabaya dengan logo dan tulisan "Salus Aegroti Suprema Lex Est" di atas gerbang lengkungnya. Di sinilah sebenarnya saya terperangah ketika melihat ada tulisan ini, karena tulisan yang sama di depan atas gedung baru saya kenali setelah melihat hasil fotonya. Lebih terperangah lagi ketika ada petugas rumah sakit, seorang pemuda berusia sekitar 26 tahun, yang secara spontan menjelaskan dari balik loket bahwa tulisan itulah yang menginspirasi (mendiang) Leo Kristi.
Si anaka muda bercerita bahwa ketia Leo sedang berdiri di lorong dan seorang wanita lewat dengan wajah tertunduk basah oleh air mata karena jiwa anaknya tidak tertolong. Pemuda itu pun menunjuk arah pada lorong pedestrian dimana wanita itu melangkah. Bahwa ada seorang anak muda yang mengenal Leo Kristi, dan bisa bercerita mengenai bagaimana lagu itu tercipta, benar-benar tidak saya sangka, namun ada rasa perasaan senang juga di dalam hati.
Lirik lagu Konser Rakyat Leo Kristi itu adalah sebagai berikut:
Lily putih di tepi taman biru, gedung putih luas tenang damai
Serasa tak lagi ada kotor dan perang, karena saat telah dekat jalan Tuhan
Salus Aegroti Suprema Lex Est
Di lorong pedestrian tunduk melangkah, lorong pedestrian basah air mata
Salus Aegroti Suprema Lex Est
Sebelum mendirikan RS Darmo, SZV telah lebih dahulu mendirikan sebuah klinik di Ngemplak dengan kapasitas 78 tempat tidur, yang dipimpin oleh Zr. Bonnekamp. Di masa pendudukan Jepang, para suster Belanda sempat membuka klinik di Jalan Jawa, namun akhirnya terpaksa ditutup.
Setelah Jepang pergi, gedung rumah sakit dikembalikan kepada SZV, yang membangun kembali gedung dan fasilitas rumah sakit berkat bantuan "Stichting Medisch Contact Oost Java", sebuah yayasan yang pendanaannya mendapat dukungan dari 55 perusahaan Belanda yang terbesar di Indonesia ketika itu.
Ketika hubungan diplomatik dan sosial Indonesia - Belanda memburuk karena sengketa Irian Barat pada 1959, serta dengan terjadinya nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda, maka dokter dan perawat Belanda pun satu persatu dipulangkan ke negri asalnya dan digantikan oleh orang Indonesia.
Rumah Sakit Darmo Surabaya
Alamat : Jl. Raya Darmo No. 90, Surabaya. Lokasi GPS : -7.28784, 112.73918, Waze. Rujukan : Hotel di Surabaya, Tempat Wisata di Surabaya, Peta Wisata SurabayaLabel: Jawa Timur, Surabaya, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.