Saat mengunjungi Manado beberapa waktu lalu, kami singgah di Jl. Wakeke dan bersantap siang di salah satu restoran yang bernama Dego-dego, yang letaknya tidak jauh dari jalan masuk, dengan ruangan restoran yang cukup luas dan tempat parkir yang memadai.
Di sepanjang Jalan Wakeke ini terdapat restoran-restoran dengan suasana nyaman yang menawarkan berbagai macam hidangan dan masakan khas Manado dengan harga yang cukup wajar. Meski sudah sangat lama saya berkunjung ke Tinutuan Wakeke Manado ini mudah-mudahan saja bisnis di sana masih baik dan makanannya semakin bervariasi dan enak.
Papan petunjuk berukuran besar Tinutuan Wakeke Manado yang dipasang melintang di atas Jl. Wakeke yang sangat memudahkan bagi mereka yang ingin datang untuk menikmati makanan di lokasi yang diresmikan pada 2004 sebagai Kawasan wisata makanan tradisional Tinutuan ini. Di atas gambar piring sendok ada kata 'jalur enak' di sana, jalur jalan yang menawarkan masakan dan minuman yang enak, tent unya dengan cita rasa khas dari daerah Manado.
Pengunjung yang ingin datang ke tempat ini bisa menikmati kelezatan Tinutuan Wakeke mulai jam 7 pagi untuk sarapan pagi sebelum memulai aktivitas di kota. Kadang cukup bijak jika menginap di sebuah hotel tanpa termasuk sarapan pagi, karena dengan demikian akan memiliki kesempatan untuk mencicipi kuliner pagi di kota setempat, langsung di tempatnya yang asli, bukan di hotel, biasanya dengan harga yang jauh lebih wajar.
Tinutuan adalah bubur khas Manado yang dibuat dari labu merah, beras, dan singkong, serta daun bayam, kangkung, atau daun gedi yang hanya bisa ditemukan di Manado. Buat lidah saya, campuran bumbu dan isi buburnya masih belum bisa diterima dengan baik. Lidah Jawa cenderung bisa menerima dengan mudah makanan yang manis dan sedikit asin, meski setelah merantau lama selera itu bisa berubah.
Restoran Dego-Dego Tinutuan Wakeke Manado dimana kami bersantap siang itu memiliki halaman yang cukup luas untuk menampung sekitar 5 atau 6 mobil. Jika sudah terisi penuh halaman resotorannya maka kendaraan tamu bisa parkir di tepian jalan.
Tak ingat benar kenapa waktu itu kami memilih untuk pergi ke restoran ini, tapi mungkin sekali dipilih oleh seorang teman yang memang pernah makan di sini dan telah merasakan sejumlah masakannya yang sangat enak.
Nama Dego-Dego juga terdengar sangat Manado, setidaknya mendekati kata dabu-dabu, penyedap panas dan pedas khas Manado yang selalu tersedia di setiap restoran yang menyajikan masakan Manado. Dego-dego rupanya mempunyai arti tempat duduk santai di halaman rumah, yang umumnya dibuat dari buluh atau bambu.
Sayur bunga pepaya dan bakwan jagung yang garing dan gurih di Dego-Dego Tinutuan Wakeke Manado Sulawesi Utara. Yang disebut terakhir adalah makanan tambahan yang selalu saya pesan jika bersantap di restoran Manado karena umumnya selalu sangat enak. Akan halnya bunga pepaya bukanlah kegemaran saya, seingat saya karena terlalu pahit di lidah atau mungkin juga terlalu pedas.
Sebagaimana tempe kering, bakwan jagung sangat nikmat jika dimakan saat masih panas, dan hilang 70% kenikmatannya jika sudah dingin baru dimakan. Ini berbeda dengan tempe mendoan, yang nikmat disantap baik ketika masih panas atau pun sudah dingin.
Mie Cakalang, salah satu makanan yang juga kami cicipi siang itu di Tinutuan Wakeke Manado, dengan rasa yang nikmat pedas. Mie Cakalang ini adalah makanan yang sangat populer dan bisa ditemukan dimana-mana di Manado. Ada pula tempe goreng garing yang berukuran cukup panjang, sangat nikmat disantap saat masih panas. Makanan lainnya adalah bihun yang sempat dipotret ketika sudah keburu disantap sebagian, namun belum sampai ludas habis dimakan.
Tinutuan Wakeke Manado
Alamat : Jl. Wakeke, Manado, Sulawesi Utara. Lokasi GPS : 1.4850305, 124.8387127, Waze. Tempat Wisata di Manado, Hotel di Manado, Peta Wisata ManadoBagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.