Di rumah inilah Soekarno dan Inggit dulu tinggal dari 1926 - 1934 sebelum dibuang ke Ende. Dan di rumah ini pulalah para pelopor kemerdekaan sering berkumpul dan berdiskusi menyatukan cita untuk persiapan kemerdekaan Indonesia. Inggit Garnasih, lahir dari pasangan Bapak Arjipan dan Ibu Samsi di Banjaran pada 17 Februari 1888 dengan nama Garnasih.
Nama Ganarsih memiliki makna dan harapan dari kedua orang tuanya agar kelak sang anak bisa menjadi anak yang tegar, segar, menghidupkan dan penuh kasih sayang. Lazimnya gadis Parahyangan, Garnasih bertumbuh menjadi remaja putri yang cantik jelita dan menarik hati sehingga kemanapun ia pergi selalu menjadi perhatian para pemuda.
Prasasti penanda Rumah Bersejarah Inggit Garnasih yang terpasang di halaman depan rumah. Prasasti ini diresmikan pada 23 Desember 2010. Diantara pemuda itu sering terlontar kata-kata,"mendapat senyum dari Garnasih sama dengan mendapat uang seringgit." Pada masa itu seringgit setara dengan 2½ gulden Belanda yang nilainya masih sangat tinggi.
Sejak saat itulah orang sering memanggilnya si Ringgit yang lama kelamaan menjadi Inggit. Soekarno muda jatuh cinta pada induk semangnya ketika ke Bandung melanjutkan sekolah. Soekarno kala itu datang bersama istrinya Oetari, putri HOS Tjokroaminoto, dan dengan membawa surat pengantar dari mertuanya mereka mendatangi rumah H. Sanusi, suami Inggit.
Ruang tamu Rumah Bersejarah Inggit Garnasih dengan beberapa dokumentasi perjalanan Inggit Garnasih saat mendampingi Soekarno. Pada 24 Maret 1923, Soekarno yang berusia 22 tahun menikah dengan Inggit yang saat itu sudah berusia 35 tahun. Perbedaan usia yang terpaut jauh itu tidak menghalangi cinta yang menggebu diantara mereka berdua.
Pada Inggit Garnasih, Soekarno menemukan sosok seorang ibu yang menghangatkan, melindungi, mengayomi sekaligus teman baginya untuk berbagi kasih. Pada saat menikahi Inggit, Soekarno menandatangani sebuah surat perjanjian yang berisi pernyataan yang diminta oleh Sanusi, yaitu janji bahwa Soekarno tidak akan menyakiti Inggit.
Inggit menjadi tulang punggung keluarga, membiayai kehidupan rumah tangga dengan cara berjualan jamu, bedak dan menjahit kutang. Ketika Soekarno mendekam di penjara Sukamiskin, setiap hari Inggit menjenguknya untuk memberi semangat dengan berjalan kaki pergi pulang dari rumah mereka di Ciateul ke Sukamiskin demi mengirit ongkos.
Replika batu pipisan yang digunakan Inggit untuk membuat ramuan jamu sebagai sumber mata pencaharian untuk menghidupi rumah tangganya ketika bersama Soekarno. Inggit mendampingi Soekarno saat dibuang ke Ende hingga Bengkulu. Namun di Bengkulu, sejarah yang terjadi di Rumah Inggit Garnasih di Bandung ternyata berulang kembali.
Soekarno jatuh hati pada Fatma yang saat itu dititipkan oleh orang tuanya di rumah Soekarno - Inggit untuk melanjutkan bersekolah. Kepada Inggit, Soekarno menyampaikan niatnya untuk menikahi Fatma dengan alasan untuk mendapatkan keturunan. Namun Inggit yang tidak mau dimadu, meminta kepada Soekarno untuk dikembalikan ke Bandung.
Inggit diantarkan Soekarno ke Bandung, diserahkan ke keluarganya dan diterima oleh Sanusi, mantan suaminya yang menyambutnya sebagai adik. Pada 29 Pebruari 1942, Inggit resmi bercerai setelah dua puluh tahun mendampingi Soekarno. Inggit Garnasih menghabiskan masa tuanya di Bandung hingga tutup usia pada 13 April 1984 di usia 96 tahun.
Ruangan bagian tengah Rumah Bersejarah Inggit Garnasih Bandung dengan koleksi sejumlah foto dokumentasi pada saat Soekarno dan Garnasih masih hidup bersama.
Bertepatan dengan pemberian tanda kehormatan Bintang Mahaputera Utama kepada Inggit, Jalan Ciateul pun berubah menjadi Jl Inggit Garnasih pada 10 November 1997. Rumah Bersejarah Inggit Garnasih resmi menjadi Bangunan Cagar Budaya setelah diserahkan oleh keluarga ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat pada 23 Desember 2010.
... sesungguhnya aku harus senang karena dengan menempuh jalan yang tidak bertabur bunga, aku telah mengantarkan seseorang sampai di gerbang yang amat berharga. Ya, gerbang hari esok yang pasti akan lebih berarti, yang jauh lebih banyak diceritakan orang secara ramai. [Inggit Ganarsih, Kuantar ke Gerbang - Ramadhan K.H.]
Senja perlahan berganti gelap, kami pun beranjak dari rumah ibu Inggit menuju Gedung Landraad atau yang sekarang dikenal sebagai Gedung Indonesia Menggugat.
Rumah Bersejarah Inggit Garnasih Bandung
Alamat : Jl Inggit Garnasih No 8 Bandung. Lokasi GPS : -6.93128, 107.602597, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Rujukan : Hotel di Lembang, Tempat Wisata di Bandung, Peta Wisata Bandung, Hotel di Bandung, Hotel Murah di Bandung.Label: Bandung, Inggit Garnasih, Jawa Barat, Olyvia Bendon, Rumah Bersejarah, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.