Sepertinya itu juga karena pengaruh budaya masyarakat Tomohon, yaitu budaya Mapalus atau bekerja sama dan saling bantu yang telah berakar. Sebelumnya gerimis hujan mengiringi perjalanan menyusuri kota Tomohon yang berjarak sekitar 22 Km dari Kota Manado. Sejak kedatangan kami di Sulawesi Utara, gerimis datang dan pergi. Menurut Sandro, salah satu kru dari gerai restoran cepat saji yang menemani selama 3 hari perjalanan saya, hujan seperti ini juga menjadi ciri dari Kota Tomohon. Alhasil kami dapat menikmati suasana sejuk Kota Bunga Tomohon.
Kami tidak membuat rencana perjalanan untuk kunjungan ke Tomohon ini. Kemana Sandro mengarahkan mobilnya, kami mengikuti saja. Saya amati, kota ini sangat bersih. Kesadaran penduduk Tomohon untuk tidak membuang sampah sembarangan, patut diacungi jempol.
Kompleks Vihara Buddhayana yang beraneka warna. Tidak ada informasi spesifik yang tersedia yang menjelaskan asal-usul Vihara Buddhayana ini.
Vihara Buddhayana terletak di Kelurahan Kakaskasen II, Kecamatan Tomohon Utara. Diresmikan penggunaannya pada tanggal 17 Mei 2009 oleh Gubernur Sulawesi Utara, Drs S.H. Sarundajang.
Di hadapan Vihara Buddhayana kita bisa melihat pemandangan Gunung Lokon. Kota Tomohon memiliki empat buah gunung, dua diantaranya masih aktif, yaitu Gunung Lokon dan Gunung Mahawu. Gunung Lokon adalah gunung tertinggi di Kota Tomohon dengan ketinggian 1580 mdpl. Selain panorama gunung, hamparan hijau tanaman dan bunga-bunga juga melengkapi keindahan vihara ini.
Pengurus vihara memelihara seluruh bangunan dengan sangat baik. Mereka tampaknya memahami bahwa selain untuk tempat ibadah, Vihara Buddhayana juga merupakan salah satu daya tarik pariwisata Kota Tomohon. Pejalan yang datang bisa menikmati keindahan arsitektur seluruh bagian vihara dengan tetap menghormati keberadaan Vihara Buddhayana sebagai tempat ibadah.
Memasuki gerbang vihara, kita disambut dengan jejeran 18 patung Lohan atau Arhats, yaitu pengikut "delapan belas jalan" Buddha. Mereka adalah Pindola, Nantimitolo, Pantha the Elder, Angida, Asita, Rahula, Nagasena, Gobaka, Pantha the Younger, Fajraputra, Nakula, Bodhidarma, Vanavasa, Kanaka The Bharadavaja, Katika, The Vatsa, Nandimitra, dan Pindola the Bharadvaja.
Pantha the Elder, dengan sifat mudah dan nyaman, menguap dan meregangkan, memiliki pengetahuan tidak terbatas, dan cermin kedalaman dimensi penciptaan. Ia adalah kakak Lohan Penjaga Pintu, dan dipercayai sebagai pangeran dari Kintota, sebuah kerajaan kecil di India. Setelah menjadi biarawan, ia senang melakukan meditasi dengan gaya setengah teratai, dan saat bangun ia akan mengangkat kedua tangannya sambil mengeluarkan napas panjang, sehingga ia disebut juga Lohan Tangan Terangkat.
Gobaka, seorang pangeran dari sebuah kerajaan kecil di India. Ketika adiknya menentang pengangkatannya sebagai putera mahkota dan mulai melakukan pemberontakan, Gobaka berhasil meyakinkan adiknya bahwa ia tidak berminat menjadi raja dan lebih memilih untuk menjadi biarawan, dengan cara membuka dadanya dan memperlihatkan keberadaan Buddha di dalamnya. Gobaka artinya 'manusia hati', yang secara fisik lemah namun kuat jiwanya.
Di depan Pagoda Ekayana terdapat kolam dengan patung naga berwarna keemasan. Saya senang mendapati bahwa tidak hanya bangunan-bangunan cantik yang berada di areal vihara ini, karena ternyata rusa cantik juga ada. Dengan adanya rusa ini bisa menjadi daya tarik bagi anak-anak untuk mengunjungi Vihara Buddhayana.
Sekitar 5 meter dari Pagoda berdiri bangunan istana Kwan Im, dan tidak jauh dari situ terdapat bangunan lain berbentuk seperti perpaduan naga dan katak besar. Di depannya terdapat kolam pancuran, yang menurut kepercayaan bisa mendatangkan rejeki. Lemparkan koin ke dalam kolam dan kemudian berdoalah serta memohonlah agar dikabulkan apa yang diminta.
Di kolam itu juga terdapat prasasti aksara Cina dengan penjelasan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris, diantaranya panjang umur, kedudukan pangkat, keberuntungan, harta, dan bahagia. Sepertinya itu merupakan harapan orang-orang yang membuat permohonan di sini. Kalau saja diijinkan maka saya ingin menambahkan harapan masuk surga.
Selesai mengitari vihara, pengunjung diharapkan untuk memberikan sumbangan berapapun jumlahnya. Sumbangan ini digunakan untuk pemeliharaan vihara. Sumbangan bisa dimasukkan ke dalam kotak yang disediakan di depan area vihara. Mengelilingi Vihara Buddhayana ini seperti wisata warna bagi saya. Kekayaan warna yang diterapkan di dalam arsitektur bangunan sangat memanjakan mata. Apalagi bonus pemandangan gunung yang dihiasi kabut yang memperindah panorama.
Vihara Buddhayana Tomohon
Alamat: Kelurahan Kakaskasen II Kecamatan Tomohon Utara, Tomohon, Sulawesi Utara. Tempat Wisata di Tomohon, Hotel di ManadoLabel: Fina Hastuti, Sulawesi Utara, Tomohon, Wihara, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.