Budget yang harus dikeluarkan Rp. 475.000 per orang all in, termasuk transportasi darat, tiket kapal ASDP, alat snorkeling, tempat tinggal, sewa kapal dan makan. Bertemu di starting point, dekat plaza Semanggi, di sebelah Universitas Atmajaya. Janji pertemuan jam 8 malam, tidak boleh telat. Tapi saya yakin sekali pasti molor, karena hari Jumat jalanan Jakarta selalu macet. Dan benar sekali, ketika saya dan kakak sampai belum ada orang sama sekali, bahkan EO-nya :). Jadilah tunggu-menunggu peserta, tapi tidak lama kemudian, kurang dari 1 jam kita langsung berangkat menuju Pelabuhan Merak.
Berbeda dengan kebanyakan tur backpacker yang biasanya menyewa mobil travel, kali ini pihak penyelenggara menyewa bus. Dalam hati bicara, memang bisa balik modal ya kalo sewa bus?? Tapi ternyata strategi mereka memang berbeda. Bus ternyata hanya mengantarkan kita hanya sampai Pelabuhan Merak, tidak sampai ke Lampung. Dari pelabuhan kita masuk ke kapal secara perseorangan. Sempat intip tarif tiket satu orang nya, dan ternyata murah. Pantas saja, angkutan kapal menjadi moda transpotasi yang disukai masyarakat. Tarif nya menurut saya sangat terjangkau masyarakat. Mudah-mudahan tarif ini juga di dukung oleh tingkat keselamatan dan keamanan yang memadai.
Suasana Pelabuhan Merak di Malam Hari. Di kapal kita duduk bersama-sama di ruangan AC yang sejuk, tapi tidak memakai kursi. Duduk bersama-sama di bawah. Karena masih dini hari, sama sekali tidak terpikir nyaman-tidak nyaman. Yang ada semua dalam posisi taruh tas di kepala lanjut tidur. Di dalam kapal juga ada asongan yang menjual minuman hangat, tetapi mereka tidak mengganggu, hanya lewat bolak-balik. Sempat mengecek toiletnya, dua kali di tempat berbeda, walau tidak mewah tetapi masuk kategori toilet sehat dengan air bersih. Jadi jempol buat ASDP.
Pagi hari kami sampai di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Saya beruntung semua anggota perjalanan ini orang-orang yang menyenangkan. Baru kenal semalam sudah akrab, sampai acara foto-foto saja sudah dimulai dari mulai masuk kapal. Lebih semangat lagi pada saat tiba. Sudah seperti orang yang kenal bertahun-tahun.
Menara Siger sebagai latar belakang pemandangan Pelabuhan Bakauheni. Puas berfoto di Pelabuhan Bakahueni, termasuk dengan latar belakang Menara Siger, kebanggaan masyarakat Lampung, kita dibimbing oleh penyelenggara menuju ke suatu lokasi. Ke mana? Ternyata kita dibawa ke tempat angkot mangkal.
Jadi kita semua menyewa 3 angkot yang akan mengantarkan kita menuju Pelabuhan Canti, tempat penyeberangan ke Pulau Sabesi. Perjalanan dari Pelabukan Bakaheuni menuju pelabuhan Canti sekitar 2,5 jam, termasuk mampir sebentar di warung makan untuk sarapan.
Pelabuhan Canti, tempat penyeberangan menuju Pulau Sabesi
Tadinya saya pikir pelabuhan Canti adalah pelabuhan besar, setidaknya satu level di bawah Pelabuhan Bakaheuni. Tapi ternyata Pelabuhan Canti hanyalah pelabuhan kecil, dan sepi. Ada warung di depannya, dan beberapa angkot yang ngetem. Selebihnya tidak ada keramaian apa-apa.
Sebelum tiba di Pulau Sabesi, kita singgah sebentar di Pulau Sabesi Kecil. Pulau kecil yang tidak berpenghuni, untuk menyapa ikan. Tidak ada ikan yang menarik, tetapi pemandangan pantai dan lautnya bagus banget seperti di foto kalender. Di sana kami cuma sebentar, lalu kembali ke kapal langsung ke Pulau Sabesi.
Kapal Karam yang mulai rusak diterjang ombak
Pulau Sabesi dari kejauhan
Pulau Sabesi dihuni oleh beberapa keluarga. Tetapi jangan harapkan terdapat penginapan mewah. Hanya ada beberapa rumah-rumah sederhana yang disewakan penduduk. Grup kami menyewa dua rumah, satu untuk perempuan satu untuk lelaki. Masing-masing rumah terdapat dua kamar mandi. Tidak ada kamar tidur, hanya ada kasur-kasur yang dibentangkan seperti di barak tentara.
Cuaca di Pulau Sabesi cukup panas terik saat itu. Kami menghabiskan waktu mengobrol sambil minum welcome drink kelapa muda dari penduduk. Kami di pesan oleh panitia untuk tidak tidur terlalu larut malam, karena besoknya kita akan mendaki Anak Gunung Krakatau.
Jam 4 dini hari kita semua bersiap-siap untuk berangkat. Tepat waktu sesuai dengan instruksi panitia. Jam 4.30 kita sudah ada di atas kapal. Tetapi, setelah menunggu cukup lama, kapten kapal belum datang juga. Akhirnya awak kapal memutuskan untuk menjemput sang kapten. Ternyata kapten masih tidur. Singkat cerita, karena di pulau itu biasanya sepi, kemudian datang kami yang ramai, kapten bergadang kemalaman. Kapten disambut dengan teriakan huuu dari semuanya.
Ombak di laut pagi itu cukup tinggi. Cukup membuat kami sedikit deg-degan, karena selain goyangannya suasana masih cukup gelap. Matahari terbit di saat kami berada di tengah laut. Burung-burung terbang menyambut sinar matahari. Dari kejauhan terlihat bayangan asap dari gunung Krakatau.
Cagar Alam Krakatau
Hamparan pasir hitam di Anak Gunung Krakatau
Mari kita mendaki bersama
Pemandangan indah dari atas Anak Gunung Krakatau
Satu setengah jam kemudian kami sampai di tepi pantai Anak Gunung Krakatau. Banyak terdapat pepohonan di sepanjang garis pantai. Indah, pasir hitam, dengan pohon-pohon tinggi besar. Terdapat juga spanduk dan keterangan mengenai Anak Gunung Krakatau yang didirikan oleh Departemen Kehutanan. Kami kemudian berjalan kira-kira 20 menit dari bibir pantai menuju kaki Anak Gunung Krakatau.
Saya termasuk tipe petualang air, tetapi tidak untuk pendakian. Sehingga saya hanya berencana untuk mengantarkan teman-teman sampai di tempat start pendakian. Teman-teman memang motivator ulung. Saya yang semula tidak berencana untuk ikut mendaki menjadi terpengaruh untuk mencoba. Apalagi, melihat saya yang semakin ciut nyalinya untuk mendaki dijanjikan untuk dibantu sampai ke atas.
Bagaimana tidak hilang semangat, Anak Gunung Krakatau yang kami pijak adalah gunung berpasir. Sering kali jika kita salah berpijak, atau kurang keras menginjak, maka badan saya akan merosot kembali ke bawah. Tetapi teman-teman saya berpegang pada prinsip tut wuri handayani, di depan memberi arah pijakan dan di belakang mendorong badan saya (dorongan dalam arti sebenarnya). Sehingga, walau membutuhkan waktu dan beberapa kali istirahat sebentar. Akhirnya sampai juga kami di atas. Horay!! Terima kasih teman-teman, akhirnya berhasil juga.
Dari atas pemandangannya luar biasa keren. Kami bisa memandangi laut di bawah kami dan pulau-pulau di sekitar Pulau Krakatau. Ada sedikit asap yang keluar dari Anak Gunung Krakatau, tetapi kata pemandu kami, pada saat itu asap tersebut masih dikategorikan tidak berbahaya. Kami cukup lama berada di atas, menikmati pemandangan yang indah sambil mengabadikannya dengan kamera.
Sampai tiba waktunya untuk turun. Karena saya memang tidak berpengalaman, maka urusan turun sama susahnya dengan mendaki gunung. Apalagi melihat salah satu teman yang karena kurang hati-hati sukses merosot di pasir. Mungkin ada baiknya jika terdapat papan luncur untuk turun. Jadilah teman saya kembali menjadi pemandu. Kali ini mereka semua berada di depan sehingga menurut pemikiran mereka, jika saya merosot, maka tidak akan langsung jatuh meluncur tetapi dapat di tahan oleh mereka terlebih dahulu. Ide yang sangat tepat dan saya sampai dengan selamat di bawah.
Kami kembali di titik awal di dekat pantai dan kemudian memakan bekal nasi bungkus yang kami bawa dari Pulau Sabesi. Sehabis makan, kami kembali ke kapal untuk kembali bersnorkeling di Lagoon Cabe. Di lokasi ini, ikan-ikannya lebih banyak dibandingkan dengan Pulau Sabesi Kecil. Tengah hari kami kembali ke Pulau Sabesi untuk persiapan pulang, kembali ke Pelabuhan Bakauheni.
Kali ini kami ditempatkan di ruang yang dilengkapi live music, terdapat penyejuk udara dan kursi penumpang. Jika penumpang ingin ikut bernyanyi atau meminta lagu tertentu dinyanyikan, mereka mengijinkan. Tetapi jika dapat memilih, saya dan teman-teman lebih suka ruangan pada saat menyeberang dari pelabuhan Merak ke Bakauheni, karena lebih tenang sehingga kami dapat beristirahat.
Sebelum kapal berangkat kami berjalan-jalan di sekitar luar ruangan, dan menonton orang-orang yang berenang untuk meminta uang koin dilemparkan dari atas kapal. Sebenarnya hal ini sangat berbahaya, karena mereka bisa saja mengalami kecelakaan pada saat berebut uang yang dilemparkan. Bahkan ada yang nekat naik ke atas kapal dan kemudian melompat ke laut dari atas ketinggian kapal, tentu saja dengan syarat imbalan sejumlah uang yang di janjikan. Dengan harapan mereka adalah perenang yang andal, kami terus menonton aksi mereka.
Wisata Anak Gunung Krakatau Lampung Selatan
Alamat : Kawasan Selat Sunda,Lampung Selatan. Lokasi GPS : -6.0989294, 105.4257059, Waze. Rujukan : Tempat Wisata di Lampung Selatan, Hotel di Lampung Selatan.Label: Anak Gunung Krakatau, Fina Hastuti, Gunung, Lampung Selatan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.