Saya pikir selama melakukan perjalanan hampir tidak pernah saya kesasar. Tapi perjalanan selama di Sumatera Utara, rasanya untuk ketemu satu destinasi yang sudah jelas saja tetap tidak ketemu. Tempat tujuan yang masih di kitaran Medan mencarinya harus berputar-putar. Padahal saya sudah bawa dua putri daerah yang kita harapkan bisa memberikan petunjuk. Setiap mereka disalahkan pasti ada saja alasannya, yang baru pertama kali ke Medan lah, yang jarang ke Medan lah. Dimulai dari Bandara Kualanamu, kita salah naik Bus Damri. Ujung-ujungnya ditanya sopir yang kebingungan melihat kami, “Jadi kalian mau kemana?!!?”.
Dilanjutkan di malam yang sama dengan tujuan mencari durian Ucok. Hanya untuk mencari si Ucok, sopir dan seluruh penumpang angkot ikut bantu. Tetap tidak ketemu juga. Ternyata durian Ucok yang terkenal itu sudah pindah yang tadinya jualan di pinggir jalan menjadi di rumah. Kecewa deh semua, gagal makan durian Ucok. Ganti haluan makan durian di pinggir jalan Simpang Kwala, Medan. Selesai makan durian, lupa kalau kita tidak sedang di Jakarta yang gampang urusan transportasi. Kemalaman, tidak tahu pulang naik apa. Untung ada taksi, tapi cuma satu mobil. Padahal kita berdelapan. Kebetulan ada satu betor yang lewat. Di dalam taksi juga diomelin karena kelebihan penumpang. Walau supirnya akhirnya kasihan melihat penumpangnya semua perempuan dan tidak tahu alamat tujuan yang jelas.
Betor, Kendaraan Khas Sumatera Utara
Ada lagi cerita ketika naik 3 betor dari mal yang semula beriringan lalu tercerai-berai, karena yang punya rumah di Medan tidak ingat rumahnya sendiri. Kalau tentang betor yang ini lebih parah, karena supir yang sudah tua ini kebingungan malah bertanya ke penumpangnya, “Kalian lihat teman saya tidak? Ini namanya jalan apa ya??” Krik krik, kita semua yang di dalam betor cuma saling lihat-lihatan.
Kejadian salah jalan berulang lagi di hari terakhir kita di Medan. Untung kali ini tidak naik angkot ataupun betor. Kami tersesat menuju Graha Maria Annai Velangkanni. Mungkin karena letaknya masuk ke dalam, di antara dua kompleks perumahan yaitu Taman Sakura Indah dan Taman Alamanda Indah.
Graha Maria Annai Velangkanni Tampak Depan Berbentuk Jalan Melingkar
Sebelum masuk kita akan melalui Gapura Gapura Graha Maria Annai Velangkann dengan ciri khas Rumah Adat Sumatera Utara. Gapura ini dibuat sebagai simbol penyambutan.
Dari pintu gerbang kita bertemu pihak keamanan. Semua orang boleh masuk ke dalam, tanpa memandang suku, agama, dan ras. Tetapi sebaiknya kalau datang menggunakan pakaian yang sopan. Jika memakai rok atau celana pendek akan dipinjamkan kain, seperti yang dikenakan teman saya pada foto di atas yang memperlihatkan bagian bangunan Graha Maria Annai Velangkanni di lantai satu.
Lantai dasar Graha Maria Annai Velangkanni digunakan sebagai gedung pertemuan dengan kapasitas 500 orang. Sedangkan lantai satu digunakan sebagai tempat beribadah.
Graha Maria Annai Velangkanni memiliki balkon dan tujuh tingkat menara dengan tiga kubah yang melambangkan langit ke tujuh.
Saat kami datang, di luar bangunan utama kelihatannya sedang ada pengerjaan konstruksi yang belum selesai. Mungkin jika sudah jadi, akan digunakan sebagai pendukung kegiatan bagi peziarah.
Gedung ibadah dihiasi dengan patung, relief, lukisan, dan ornamen secara Rohani Kristen.
Karena saat itu Hari Senin, maka tidak ada yang sedang beribadah. Hanya beberapa orang yang lalu-lalang. Sepertinya peziarah dari luar negeri yang datang berbarengan dengan kami.
Setelah menikmati keindahan arsitektur Graha Maria Annai Velangkanni, dan memberikan kesempatan bagi teman kami untuk berdoa, sudah saatnya kita pulang ke Jakarta.
Graha Maria Annai Velangkanni Medan
Alamat : Perumahan Taman Sakura Indah, Jl. Sakura III no. 7-10, Tanjung Selamat Medan Sumatera Utara. Telp : +62-61 8201943. Lokasi GPS: 3.5477952, 98.6086893, Waze. Rujukan : Hotel di Berastagi, Hotel di Medan, Tempat Wisata di Medan, Peta Wisata Medan, Kuliner di Medan.Label: Fina Hastuti, Gereja, Medan, Sumatera Utara
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.