Candi Gunung Kawi Tampak Siring Bali termasuk situs bersejarah yang juga sering disebut Candi Tebing Gunung Kawi dan tepatnya termasuk dalam wilayah Banjar Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar Bali. Saya sebutkan lagi lebih lengkap letaknya, karena dikhawatirkan salah alamat. Sebab di Bali ada pula yang disebut Gunung Kawi tetapi bukan candi atau tebing melainkan Pure Gunung Kawi yang letaknya dekat di persawahan Tegallalang yang terkenal.
Sebelum garupa jalan menuju Candi Gunung Kawi Tampak Siring, terdapat batu alam besar yang dtulis dengan tinta kuning, diterangkan bahwa kesepuluh candi tersebar di tiga tempat. Lima di antaranya berada di sisi timur Sungai Pakerisan, sementara sisanya tersebar di dua tempat di sisi barat sungai. Lima candi yang berada di sisi timur sungai dianggap sebagai bagian utama dari kompleks Candi Tebing Gunung Kawi. Di sebelah utara dari sisi barat Sungai Pakerisan, terdapat empat candi yang berderetan dari utara hingga ke selatan dan menghadap ke arah sungai. Sedangkan, satu candi lainnya berada di sisi selatan.
Menyaksikan tebing dipahat sedemikian indahnya, berbalut lumut hijau yang menebar tidak beraturan. Candi pada dinding tebing batu pasir inilah yang dianggap sebagai bagian utama dari kompleks Candi Tebing Gunung Kawi, seperti yang saya maksud di atas. Sejarah yang tertulis mengenai Candi Gunung Kawi sangatlah panjang dan menarik untuk dikupas. Candi ini bukan hanya sebuah pahatan di dinding tebing melainkan sebuah kompleks Candi yang luas, mulai dari tebing tangga menuju candi yang dipahat lengkap dengam kolam pemandian hingga ke Pura utama.
Kompleks candi ini terbagi oleh Sungai Pakerisan, sehingga candi yang terpahat di sisi tebing ini terlihat saling berhadapan. Dari keterangan yang saya baca, Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring diperkirakan telah dibangun sejak pertengahan abad ke 11 Masehi, yaitu di masa dinasti Udayana. Adapun pembangunan candi ini diperkirakan dimulai pada masa pemerintahan Raja Sri Haji Paduka Dharmawangsa Marakata Pangkaja Stanattunggadewa sekitar tahun 944-948 Saka atau 1025-1049 Masehi dan berakhir pada pemerintahan Raja Anak Wungsu di tahun 971-999 Saka atau 1049-1080 Masehi.
Di depan tebing Candi Gunung Kawi Tampak Siring, terdapat kolam dengan beberapa pancuran air yang konon dahulunya adalah tempat pemandian. Adapun air yang mengalir melaui pancuran itu, dari sumber mata air. Dari sela-sela tebing candi yang dipahat, selain lumut tumbuh pula tanaman liar. Saya sempat memercikkan air kolamnya ke pergelangan tangan, ternyata dingin dan menyejukan. Di permukaan air kolam tumbuh daun teratai mempercantik kolam, saya pun sempat berfoto di depan tebing Candi Gunung Kawi, senangnya akhirnya kesampaian juga.
Candi Gunung Kawi Tampak Siring Bali dipercaya pada awalnya diperuntukan untuk makam raja-raja Bali dan sebagai simbol kekuasaan raja Bali di masa itu, kemudian candi ini ditemukan kembali oleh tim arkeolog belanda pada 1920. Versi lain menyebutkan bahwa candi ini dibangun oleh Kebo Iwa, yaitu seorang patih kerajaan bali. Konon ia membangun candi ini dengan hanya menggunakan kuku nya dalam waktu sehari, hal ini pula yang saya baca dari beberapa catatan, dan mengenai yang dilakukan Kewo Iwa ada yang menganggap hanyalah legenda belaka.
Inilah jalan menuju Candi Gunung Kawi Tampak Siring, sebagai pintu masuknya dan sebelumnya melalui puluhan anak tangga. Kedua tebing di kiri kanan jalanan dengan anak tangga, adalah bagian dari keindahan awal sebelum menyaksikan tebing yang dipahat. Sebenarnya cukup melelahkan juga, namun karena besarnya rasa penasaran lelahpun terhalau. Menurut cerita asal mula nama Candi Gunung Kawi adalah gunung yang berarti gunung dan kawi yang berarti pahatan. Nama ini memang sesuai dengan keadaan candi yang dibuat dari tebing di pegunungan dengan cara dipahat.
Di masa lampau sangat dipastikan bahwa tempat ini dipergunakan untuk pertapaan atau meditasi, selain itu menjadi tempat pemandian karena ada kolam dan pancuran air dari sumber mata air. Di kawasan Candi Gunung Kawi tempat pertapaannya bernama Geria Penanda. Adapun pemndangan di Candi Gunung Kawi didominasi oleh tebing batu cadas yang dipahat berupa bentuk candi yang seakan dibingkai dengan lengkungan bagai pasangan yang sempurna. Saya pikir ini adalah sebuah candi yang unik dan berbeda.
Melewati Sungai Pakerisan air jernih yang mengalir membuat suasana semakin sejuk, lalu pemandangan sawah dari kejauhan. Candi Tebing Gunung Kawi Tampak Siring, memang memiliki keindahan yang lain dari pada candi atau pura lainnya yang terdapat di Pulau Bali ataupun di Pulau Jawa. Dan tebing yang dipahat terlihat sangat kokoh dengan gambaran kejayaan masa lalu yang kental. Pemandangan sawah yang berundag-undag terbentang dengan indahnya di sisi kanan dan kiri.
Sungai Pakerisan yang membelah komplek Candi Gunung Kawi Tampak Siring, memang mempunyai pesona tersendiri apalagi pohon besar yang tumbuh di sekitarnya membuat suasana semakin damai dan menenangkan. Jika anda melintasi daerah Tampak Siring, umumnya pelancong mengunjungi Tirta Empul atau Istana Tampak Siring yang jaraknya hanya 2 kilometer ke Candi Gunung Kawi. Saran saya baiknya melanjutkan perjalanan ke Candi Gunung Kawi, dijamin tidak akan mengecewakan sangat natural dan menyatu dengan alam. Bali memang esotik dan tidak pernah kehabisan keindahan.
Candi Gunung Kawi Tampak Siring memang sangat tipikal dan unik, tidak seperti candi Hindu yang lain berbentuk berupa bangunan utuh dari bahan bata merah atau batu gunung. Langit yang membungkus siang itu cukup ramah, sinar matahari sebagian tertutup tebing dan pohon besar. Walaupun harus bersusah payah, rasa lelahpun tergantikan dengan keceriaan. Pemahat keren di Candi Gunung Kawi Tampak Siring karyamu tetap lestari dan semoga tetap terjaga keasliannya menjadi karya yang legendaris sepanjang masa.
Candi Gunung Kawi Tampak Siring Bali
Banjar Penaka, Desa Tampaksiring, Kecamatan Tampaksiring, Gianyar Bali. Harga Tiket Masuk Rp.20.000Label: Bali, Candi, Gianyar, Pura, Tampak Siring, Vinny Soemantri, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.