Nama Pura Kebo Edan terkesan unik dan eksotik, seunik dan seeksotik arca-arca tua yang tersimpan di dalam lingkungan Pura Kebo Edan yang cukup luas ini.
Di sebuah teras bangunan pura terdapat beberapa buah peninggalan berupa patung, sebagian rusak, serta batu-batu bulat dan batu berukir tengkorak. Salah satu patung yang utuh berwajah raksasa dengan hiasan telinga yang bersambung sebagai hiasan dada, pada bawah perutnya terdapat bentuk yang mirip seperti bentuk pada Arca Siwa.
Papan nama Pura Kebo Edan di tepi Jl Raya Pejeng yang ditulis dengan huruf Latin dan huruf Bali, yang juga mengindikasikan bahwa Pura Kebo Edan merupakan Bangunan Cagar Budaya.
Ada pelinggih di Pura Kebo Edan dengan batu hitam berbentuk agak bulat di dalamnya, yang dijaga sepasang raksasa bermahkota susun dan bersayap. Ukiran pada puncak atap pelinggih terlihat unik dan indah.
Adanya Pura Kebo Edan memberi petunjuk bahwa ajaran Hindu Tantrayana juga berkembang di Bali, yang berasal dari Kerajaan Kediri saat Raja Kertanegara berkuasa pada abad ke-13. Raja Kertanegara, seorang penganut Hindu Tantrayana, mengangkat Kebo Parud sebagai wakilnya di Bali.
Kemudian ada Arca Siwa Bhairawa Pura Kebo Edan yang tengah menari di atas mayat dengan belitan ular pada kakinya, mukanya rata dan kemaluan (yang tertutup tempat sesaji) seperti bergoyang. Arca yang merupakan peninggalan abad XIII ini disebut sebagai arca Kebo Edan oleh penduduk setempat. Arca Bhairawa setinggi 3,6 m ini telah diperbaiki oleh Kantor Suaka Purbakala Bali pada 1952.
Di sebelahnya terdapat patung Nandi atau kerbau dalam posisi rebah dengan kepala menengok ke sebelah kanan ke arah Arca Siwa, dan di sampingnya terdapat sebuah patung kuno dengan kaki berhias tengkorak dan tangannya memegang semacam wadah.
Di sisi kiri terdapat bangunan pemujaan dengan sepasang ukiran naga batu bermahkota dan bersayap, serta payung berjumbai berwarna kuning dan putih. Di sebelahnya, agak jauh di belakang, terdapat sebuah candi dengan bentuk mengerucut ke atas, dengan payung putih di puncaknya. Pada bagian bawah candi terdapat sepasang ular naga bermahkota, sepasang raksasa bersayap, serta arca empat dewa yang masing-masing memegang benda berbeda. Pada puncak candi juga terdapat sepasang arca naga.
Pemangku Pura Kebo Edan tengah meletakkan sesajian di salah satu pelinggih. Selain sebagai bentuk penghormatan kepada dewata, sesajian juga menjadi semacam ungkap rasa dan seni karya, dengan fungsi sampingan sebagai penggerak ekonomi dan daya tarik wisata.
Pada pelinggih di sebelah kiri terdapat arca Ganesha yang sebagian ukirannya telah rusak. Betapa pun kuatnya batu, ada banyak sebab mengapa sampai rusak, dari mulai terkena imbas perseteruan pertempuran antar pasukan hingga bencan alam seperti gempa bumi.
Beberapa bale terlihat berada di bagian sebelah kiri Pura Kebo Edan, dengan ruang terbuka di bagian tengahnya. Ketika meninggalkan lokasi Pura Kebo Edan, barulah saya memperhatikan bagian punggung arca Siwa Bhairawa dengan rambut ikal tergerai sampai bawah bahu.
Pura Kebo Edan Gianyar
Alamat : Desa Pejeng, Tampaksiring, Gianyar, Bali. Lokasi GPS : -8.51792, 115.29275, Waze. Hotel di Ubud, Hotel di Gianyar, Hotel di Bali, Tempat Wisata di Gianyar, Peta Wisata Gianyar, Tempat Wisata di Bali.Label: Bali, Gianyar, Pura, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.