Sesaat setelah turun dari kendaraan saya pun menyeberang jalan, melewati samping bangunan Bale Kerta Gosa pada pojokan jalan, lalu menyeberang jalan lagi untuk masuk ke dalam area Monumen Puputan Klungkung.
Monumen Puputan Klungkung menjadi pengingat bahwa pada hari Selasa Umanis 28 April 1908 telah terjadi perang puputan, perang sampai mati seluruhnya, oleh Raja Klungkung Ida I Dewa Agung Jambe, bersama para kerabat, keluarga serta pengiring dalam upaya menentang penjajahan kolonial Belanda atas Klungkung.
Monumen Puputan Klungkung terlihat mencuat tinggi pada latar belakang, dengan latar depan Arca Kanda Pat Sari pada bundaran jalan menghadap ke empat arah mata angin, berdiri di atas bunga padma besar berhiaskan payung-payung Bali. Dalam mitologi Kanda Pat Sari, kelahiran manusia disertai kelahiran empat saudara, yaitu Anggapati, Prajapati, Banaspati, dan Banaspatiraja.
Anggapati kemudian menghuni badan mahluk hidup, sebagai mahluk yang berwenang untuk mengganggu manusia ketika batinnya sedang lemah atau tengah dirasuki nafsu angkara murka. Mrajapati adalah mahluk yang menghuni kuburan dan perempatan agung, berhak merusak mayat yang dikubur melanggar waktu.
Banaspati menghuni sungai, batu besar, berwenang mengganggu, memakan orang berjalan atau tidur pada waktu-waktu larangan Kala. Sedangkan Banaspatiraja adalah mahluk yang menghuni kayu-kayu besar seperti kepuh, beringin, berwenang memakan orang yang menebang pohon atau naik pohon pada waktu terlarang.
Bangunan Monumen Puputan Klungkung berada di atas tanah seluas 128 m2 dengan undakan menuju ke area berjumlah sembilan, gapura rendah, dan pagar besinya terbuka, sehingga saya pun berjalan mendekat untuk memasukinya. Tidak terlihat ada penjaga pada gerbang Monumen Puputan Klungkung ini.
Tengara pada sebelah kiri gerbang berbunyi "Monumen Puputan Klungkung", sebelah kanan "Kota Semarapura", yaitu ibukota kabupaten Klungkung. Area Monumen Puputan Klungkung merupakan tengah-tengah Kota Semarapura, sehingga akses bagi pejalan sangatlah mudah.
Sepasang arca raksasa menjadi penjaga gapura Monumen Puputan Klungkung. Setelah melewati gapura segera terlihat ada sebuah pintu kayu pada dasar bangunan monumen, namun sayangnya pintu itu tertutup rapat sehingga saya tidak bisa masuk untuk melihat diorama dalam ruangan yang menggambarkan perjuangan raja dan rakyat Klungkung dalam melawan penjajah Belanda.
Di bagian bawah Monumen Puputan Klungkung terdapat undakan untuk masuk ke dalam ruangan bawah pada keempat sisinya.
Pembuatan Monumen Puputan Klungkung mengambil bentuk Lingga-Yoni, seluruhnya dibuat dari susunan batu hitam setinggi 28 m, dengan kubah bersegi delapan berhias padma 19 buah diantara ruang bawah dan lingga, seluruhnya melambangkan 28 April 1908, tanggal terjadinya peristiwa Puputan Klungkung.
Sebelum peristiwa Puputan Klungkung, Kerajaan Klungkung pernah diserbu Belanda pada 24 Mei 1849, lantaran Klungkung membantu Buleleng dalam Perang Jagaraga, April 1849, serta Klungkung merampas dua buah perahu milik G.P. King, agen Belanda di Ampenan, Lombok, yang terdampar di pelabuhan Batulahak, dan membunuh para awak kapalnya karena dianggap sebagai pengacau.
Pasukan Klungkung, dipimpin Ida I Dewa Agung Istri Kanya, Anak Agung Ketut Agung dan Anak Agung Made Sangging, membuat kubu pertahanan di Goa Lawah serta Puri Kusanegara di Kusamba. Ketika perang pecah, pasukan Klungkung dipukul mundur oleh Belanda karena kalah jumlah pasukan dan persenjataan. Goa Lawah dan Kusamba jatuh ke tangan Belanda.
Namun pukul dinihari keesokan harinya, 25 Mei 1849, dengan dipimpin Anak Agung Ketut Agung, pasukan Klungkung balik menyergap tentara Belanda di Puri Kusamba. Serangan ini menewaskan Jenderal Michels, Kapten H Everste, beberapa tentara Belanda, serta puluhan lainnya luka-luka. Namun ratusan pejuang Klungkung tewas dalam pertempuran ini. Baru pada 10 Juni 1849, Kusamba jatuh kembali ke tangan Belanda setelah diserbu sepasukan tentara pimpinan Lektol Van Swieten.
Boleh dikatakan Monumen Puputan Klungkung menjadi tengara bahwa kekalahan fisik dengan pengorbanan jiwa raga bisa menjadi inspirasi, meskipun secara strategi militer merupakan kekalahan bagi kedua belah pihak.
Peresmian Monumen Puputan Klungkung ini dilakukan pada tanggal 28 April 1992 oleh Menteri Dalam Negeri RI saat itu. Area Monumen Puputan Klungkung dilengkapi dengan sebuah balai bengong pada setiap sudutnya, untuk pejalan beristirahat sambil mengingat peristiwa heroik yang terjadi di Puri Semarapura ketika itu.
Saya sempat memutari Monumen Puputan Klungkung dari arah kanan, namun semua pintu masuk ke ruang bawah tertutup rapat, sehingga beberapa saat kemudian saya pun meninggalkan kompleks Monumen Puputan Klungkung ini. Semoga saja anda bisa masuk ke ruangan bawah saat berkunjung ke Monumen Puputan Klungkung.
Monumen Puputan Klungkung
Alamat : Kota Semarapura, Klungkung, Bali. Lokasi GPS : -8.53514, 115.40344, Waze. Tempat Wisata di Klungkung, Hotel di Bali, Peta Wisata Bali, Tempat Wisata di Bali.Label: Bali, Klungkung, Monumen, Puputan, Wisata
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.