Kata ada kumpulan bunyi atau huruf yang mewakili ungkap pikir, perasaan, dan getaran jiwa. Meski setiap bunyi dan huruf sama nilainya, sama-sama tak bernilai, netral, namun bunyi suara dan tulisan yang terbentuk bisa memiliki bobot berbeda.
Tak sama dengan kata dan ucap, tindakan tidak tersusun oleh huruf atau bunyi standar tertentu. Tindakan sama dapat digambarkan dengan kata berbeda, dilukis dengan bentuk berlainan, atau diperdengarkan dengan suara tak seirama.
Tulisan, perkataan, tindakan, dan bahkan tatapan mata adalah pedang tak bermata, yang bisa menyenangkan dan melukai pada saat yang bersamaan, pada orang yang berbeda, atau orang yang sama di waktu berlainan.
Orang lahir untuk melakukan kesalahan, selain membuat hal yang benar, dan ada area abu-abu diantara keduanya. Apa yang bisa salah, bisa benar, dan demikian sebaliknya. Konteks dan waktu kadang berperan, juga suasana hati dan prasangka, baik atau pun buruk.
Jangankan dengan manusia dan binatang yang punya pikiran dan perasaan, berhubungan dengan benda mati pun bisa mendatangkan masalah dan kejengkelan, yang jika tak bisa dikendalikan dengan baik bisa berakibat buruk, bagi benda maupun orangnya sendiri.
Sepanjang umur, berapa kesalahan yang telah kau perbuat, sengaja atau pun tidak, diketahui atau pun tidak, ke orang dan binatang? Berapa pun usiamu, hampir pasti sudah tak terhitung lagi banyaknya kesalahan yang telah dilakukan lewat tulisan, perkataan, hingga perbuatan. Mungkin sekali, lebih banyak kesalahan ketimbang kebaikanmu.
Demikian pula, di sepanjang rentang hidupmu sudah tak terhitung banyaknya orang yang telah melakukan hal tak menyenangkan kepadamu, baik lewat tulisan, perkataan, maupun perbuatan. Sedikit banyak apa yang menjadi kita hari ini telah dibentuk oleh kebaikan dan kesalahan kita kepada orang lain, dan kebaikan serta kesalahan orang lain kepada kita.
Kesalahan yang kita lakukan kepada diri dan orang lain, serta kesalahan yang orang lain lakukan terhadap diri kita dapat menjadi beban hidup yang memberatkan pikiran, perasaan, dan lambat laun bisa pula mempengaruhi kejiwaan. Harus ada cara dan usaha untuk melepaskan beban itu, agar pikiran menjadi terang dan hati yang ringan nyaman.
Apakah orang lain telah memaafkan dan melupakan atau memaafkan namun tidak melupakan kesalahan yang pernah kita lakukan? Hal itu tentu berada di luar kendali dan jangkauan. Tak hanya jarak dan waktu yang menjadi sekat, namun ada banyak faktor lain yang membuat jadi tak mudah untuk memohon maaf atau untuk dimaafkan.
Ada hati yang serupa gelas, jika terluka akan membuatnya retak atau bahkan pecah dan tak bisa diperbaiki selamanya. Namun ada pula hati yang menyerupai samudera, yang lukanya menutup sendiri ketika dibelah kapal yang melewatinya.
Tak ada orang salah yang tak ingin dimaafkan. Koreksi, orang seperti itu tentu ada, namun anomali dan sering merupakan respons sesaat ketika pikiran gelap dan hati sedang panas mendidih. Lazimnya, orang pastilah berharap semua kesalahannya dimaafkan, selain berharap atas ampunan-Nya.
Setiap kesalahan yang dilakukan kepada mahluk lain, ketika menyadarinya, menjadi beban di pikir, hati, dan jiwa, yang bobotnya bergantung pada kecil besarnya atau fatal tidaknya kesalahan itu. Semakin sering dan banyak kesalahan dilakukan, semakin berat beban yang harus ditanggung.
Sama halnya, setiap kesalahan yang orang lakukan terhadap kita akan menjadi beban di pikir hati jiwa, jika kita terus menyimpan kedongkolannya. Waktu kadang bisa meringankan beban itu, namun tidak akan pernah hilang jika tak ada keinginan dan usaha untuk memaafkan dan melupakannya.
Kita tak ada kendali pada pemaafan orang, namun punya kekuasaan penuh untuk menyimpan atau membuang semua kedongkolan dan kebencian yang bertumpuk hingga menggunung di pikir hati dan jiwa. Manusia tentulah bukan Tuhan yang Mahapengampun, namun siapa kah yang tidak ingin pikir, hati dan jiwanya menjadi ringan untuk menjalani hidup dan ketika waktunya nanti menghadap Sang Pencipta?
Label:
Blog,
Percikan
Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.